Chapter 1 - Bacem

28 6 4
                                    

"Berjalan sekitar hutan, rasanya seperti ada sesuatu yang mengawasiku" ujar Sani kepada Suna, sang suami.

"Mungkin mimpi burukmu dikarenakan novel horor yang kamu baca semalam?" tanya Suna. "Huft, sepertinya sih gitu, habisnya novel itu detail sekali menceritakan bagian seramnya" ucap Sani.

"Udahlah, you need to read something more relaxing, so you don't get nightmares anymore" saran Suna kepada istrinya.

"Ugh, okay fine, it's not my fault this book is so fun to read!" jawab Sani kepada Suna.

Begitulah kehidupan sehari - hari sepasang pengantin baru itu. Suna dan Sani bertemu di sebuah perguruan tinggi di Amerika, lalu mereka menikah dan memutuskan untuk berpindah ke desa terpencil di sekitar daerah Jawa Tengah. Menurut mereka, desa tersebut adalah tempat terbaik untuk membesarkan anak. Mereka baru menempati rumah baru mereka tersebut selama 4 minggu, dan selama itu mereka sudah dikenal sebagai pasangan yang sangat ramah.

Sani sering bermain dengan anak - anak di sekitar desa itu dan satu ketika setelah dari pasar, Sani bertemu dengan anak tetangganya yang terjatuh setelah bermain sepeda. Sani akhirnya mengantar anak tersebut pulang dan Ia bertemu dengan ibu anak tersebut.

"Aduh, maaf Mbak, jadi ngerepotin mengantar si Rama pulang" ujar ibu tersebut.

"Oh, bukan masalah kok Mbak, kebetulan saja rumah Mbak searah sama rumahku, jadi sekalian saja kuantar si Rama" balas Sani.

"Nuwun sewu, aku belum pernah liat Mbak di sekitar sini, jadi aku nih ndak tau nama Mbak" ucap ibu tersebut.

"Ampun, aku juga lupa memperkenalkan diri. Jenengku Sani, aku iki pindahan dari luar bareng suamiku Suna, niatnya pengin ngebesarin anak disini" jawab Sani.

"Oalah, yen Suna aku wis ketemu. Kemarin Mas Suna bantu suamiku, Arga, bersihin sawahku di belakang rumah".

"Jenengku Rayani, wong sekitar panggilku Raya" lanjut ibu itu.

"Kowe saka ngendi, Mbak Sani?" tanya tetangga Sani tersebut.

"Aku asli Jawa Mbak, cuman waktu itu aku sekolah di luar saja, dadi aku ora trampil ngomong bahasa Jawa" balas Sani.

"Oalah, kalau suamimu?" tanya Mbak Raya.

"Suamiku asli Indonesia, tapi besar di Amerika, jadinya sedikit kaku kalau berbicara bahasa Jawa" balas Sani.

Mereka melanjutkan obrolan mereka hingga sore dan akhirnya Sani pulang menjelang maghrib.

"Assalamualaikum, aku pulang!" sahut Sani.

"Waalaikumsalam, kamu habis dari mana? Tumben sekali jam segini baru pulang" tanya Suna.

"Iya, tadi aku ngobrol sama Mbak Raya, tetangga kita. Katanya dia kenal kamu Sun?" tanya Sani sambil menaruh belanjaan di meja.

"Oh iya, dia istrinya Mas Arga, aku sempat kenalan sama dia"                                                      "Setahuku, Mas Arga itu bukan orang asli sini, kalau ndak salah, Mas Arga asli Bali" lanjut Suna.

"Ah pantas, aku tadi sempat berpikir namanya sedikit asing untuk orang Jawa" balas Sani.

"Kamu tadi beli tempe ndak? Aku mau coba masak tempe bacem" tanya Suna sambil membuka plastik belanjaan.

"Iyah, aku beli kok. Kamu yakin mau masak tempe bacem sendiri?" tanya Sani dengan heran.

"Iya, aku mau bergantian sama kamu, hari ini aku masakin untuk makan malam" jawab Suna dengan bangga.

"Wah, baguslah! Kalau gitu aku lanjut membaca saja deh" sahut Sani. Setengah jam kemudian, Sani mendengar panggilan suaminya.

"Aniii" panggil Suna.

"Iyah Sunn?" sahut Sani.

"Gosooong" balas Suna.

"Hah? Apanya yang gosong?" tanya Sani sambil berjalan ke arah dapur.

"Lah iki, bacemku gosong kabeh" balas Suna dengan polos. "Padahal aku udah mengikuti sesuai dengan resep buku. Sepertinya bukunya nih yang salah memberi resep!" lanjut Suna. "Gusti Allah, kamu apain ini tempe Suun?" tanya Sani sambil mengangkat tempe yang sekarang sudah gosong.

"Ini sepertinya bukan salah buku resepnya Sun, kayaknya kamu saja yang kelamaan memasak!" ucap Sani sambil tertawa.

"Enggak, aku yakin ini sih salah orang yang menulis buku resepnya" balas Suna tidak mau kalah.

"Ini sampai hitam gini loh!" Sani berkata sambil tertawa terbahak - bahak.

"Loh, kan tempe bacem memang hitam, hanya saja punya aku lebih hitam dibanding biasanya!" jawab Suna terang - terangan.

"Sudah, kamu duduk kalem saja disini, aku lanjut memasak tempe bacem dan sayur asem" balas Sani sambil menuntun suaminya kembali ke meja makan.

"Tapi aku mau coba lagi bikin tempe bacem! Aku tinggal ganti resep saja kok!" Suna bersikeras. "Sudahlah! Kasihan dapur ini jadi bau gosong karena ulahmu. Besok saja ya? Besok aku belikan kamu tempe lebih banyak dan buku resep baru" jawab Sani sambil tertawa.

"Okay, deal!" balas Suna.

KulawargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang