Chapter 2 - Pulang

14 4 0
                                    

Keesokan harinya, Sani pun berangkat ke pasar untuk membeli tempe dan buku resep yang sudah ia janjikan kepada suaminya, sementara itu, Suna bekerja di rumah.

Tidak lama setelah berpindah ke desa terpencil tersebut, Suna dan Sani sudah dikenal sebagai sepasang suami - istri yang kaya. Suna memegang posisi sebagai Chief Marketing Officer pada perusahaan teknologi Amerika yang merupakan pekerjaan bergaji tinggi. Karena posisinya, perusahaan tersebut tidak mengharuskan Suna untuk bekerja di kantor, oleh karena itu Suna nekat untuk pindah ke desa terpencil bersama istrinya. Selain itu, Sani adalah seorang dokter kandungan, namun atas saran sang suami, Sani berhenti sementara menjadi dokter kandungan  untuk membangun keluarga. Warga di sekitar desa tahu bahwa mereka adalah pasangan yang kaya, namun mereka tidak mengetahui persis apa pekerjaan mereka. Meskipun begitu, suami istri tersebut tidak pernah memamerkan kekayaan mereka, alhasil mereka disenangi oleh orang - orang sekitar.

Sesampainya di pasar, Sani bertemu dengan seorang ibu hamil yang sedang mengantri di belakangnya. Ia memulai percakapan dengan ibu tersebut dan menanyakan tentang kehamilannya. Setelah dari pasar, Sani berjalan pulang sembari mengobrol bersama tetangganya yang hamil tersebut. Sesampainya di rumah, ia bertemu dengan suaminya yang sedang duduk di depan laptop.

"Memangnya jam segini internetnya masih kencang, Sun?" Sani bertanya kepada suaminya.
"Hm, nggak sih, tapi ini masih ada sisa internet sedikit" jawab Suna.

Karena lokasinya yang terpencil, desa tersebut sulit mendapatkan internet yang stabil.

"Ani, tadi aku lihat berita, katanya tadi ada gempa di daerah dekat dari sini" ucap Suna. "Oh serius?" tanya Sani.

"Iya, tadi sih aku baca katanya begitu" jawab Suna.

"Ya Allah, kasihan. Insyaallah kita gak kena ya, Sun" tutur Sani.

"Aamiin, iya Insyaallah kita gak apa - apa" balas Suna.

Itu adalah percakapan terakhir mereka sebelum Sani terbangun oleh bunyi air dan barang berjatuhan. Tidak butuh waktu yang lama baginya untuk menyadari bahwa rumahnya terendam air. Ia langsung membangunkan suaminya dan berlari ke atap rumah dalam upaya untuk tetap berada di atas permukaan air. Sementara mereka mencari cara untuk menghindari air, tetangganya, Mbak Raya dan Mas Arga, datang dengan perahu karet dan Mas Arga memberi isyarat kepada mereka untuk masuk ke dalam perahu tersebut. Tidak lama setelah menaiki perahu karet tersebut, Sani menyadari bahwa mereka hanya berdua, tanpa anak mereka, Rama.

Sani memandang muka ibu dari anak tersebut dan ia melihat wajahnya yang penuh dengan kesedihan. Ia melihatnya berkali kali mengucap kata - kata "Rama, pulang nak...". Sani hanya bisa mengusap - usap punggungnya sambil membacakan doa untuk keselamatan anak tersebut. Sementara itu, Suna membantu Mas Arga menemukan jalan yang aman untuk mencapai tempat yang aman. Sani mendengar Mas Arga mengatakan bahwa nantinya akan ada tsunami besar yang menyusul, mereka tidak terkena banyak kerusakan pada tsunami pertama karena posisi rumah mereka yang sedikit lebih jauh dari garis laut.

KulawargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang