1

384 47 10
                                    

Arin memandang sendu mobil porsche 911 milik Dery yang baru saja keluar parkiran. Tidak, jangan sampai ia menangis disini. Kemana jiwa tahan bantingnya? Kenapa melihat Dery dan Kayana tadi membuat hatinya terasa hancur?

"Arin!"

Gadis itu menengok kebelakang,"Eh Dimas, kenapa?"

"Pulang bareng gue yok! Gue jajanin nasi padang,"ajak Dimas yang kini sudah memasangkan helm berwarna hijau army di kepala Arin.

Ia tersenyum penuh arti, Dimas selalu ada saat ia membutuhkan tempat untuk bersandar,"Lo baik banget deh."

"Selama ini kemana aja Bund?"

Arin tertawa lepas lalu naik ke motor besar milik sahabatnya ini,"Nasi padang Mang Oleh kan?"

"So pasti! Gue udah semingguan nggak kesana, kangen pengen godain Mbak Yewen." Dimas mulai melajukan motornya meninggalkan parkiran sekolah.

"Lo sama aja kayak Dery, suka godain cewek."

Pria itu tertawa,"Sembarangan! Beda tau, gue kan cuma godain kalo Dery langsung pacarin."

"Bodoamat."

***

"Lo mau pesen apa Rin?" tanya Dimas saat mereka sudah sampai disana. Warung nasi padang kepunyaan Mang Oleh ini selalu ramai, apalagi di jam-jam makan siang dan pulang kerja seperti saat ini.

"Nasi rendang deh, minumnya es teh anget."

"Nghokey."

Mereka duduk tepat di kursi yang berhadapan langsung dengan jalan raya didepan warung.

Arin menelisik ke sebrang jalan, tepatnya di Dream's Cafe yang juga padat pengunjung. Tidak, bukan itu yang menjadi titik fokus Arin sekarang. Tapi...

"Dery?" lirihnya.

Lagi, ia melihat keduanya. Dery terlihat sedang menggandeng tangan Kayana mesra. Mereka terlihat sangat serasi.

"Liat apa lo?" tegur Dimas mengikuti arah pandang sahabatnya.

Arin hanya menggeleng pelan.

"Pindah kesana yuk Rin? Disini gerah, gue pengen ngadem deket kipas angin."

Gadis itu menurut membuat Dimas tersenyum lega. Ia tak mau senyum dan tawa Arinnya menghilang hanya karena pemandangan itu.

"Abwis ini ikwut gue ke grahmed ye?"

"Telen dulu!" cetus Arin.

Lelaki tampan didepannya ini menelan nasi bercampur ikan dendeng yang tadi mengganjal mulutnya,"Abis ini temenin gue ke gramed ye?"

Arin mengangguk saja. Setelah itu keduanya memilih diam dan berfokus pada piring masing-masing.

***

"Capek banget gila!"

Ting!

"Siapa sih?" geram Arin menatap malas handphonenya.

"Dery? Kenapa lagi ni anak?"

Hendray

Ayin! Tolongin gue!

Tolongin ape dulu ni?
kalo suruh mijitin lagi gue ogah

Bukan! Gue bingung milih
hadiah buat birthday Kayana
mingdep.

Ya Tuhan, tidakkah cukup umbaran kemesraan mereka hari ini?

Bukannya hal2 kegini
passion lo?

Hm iy sih, tapi gue
beneran bingung kali ini.
Gue nggak mau salah pilih hadiah buat Kayana.

Beliin aja mobil, Kayana kan hedon orangnya, pasti seneng.

Ok. Makasih sarannya.

Arin kira Dery akan mengatainya bodoh karena saran yang terkesan ngawur, tapi ini diluar dugaan.

"Apa se-spesial itu Kayana buat lo Der?"

"Apa udah nggak ada ruang lagi buat gue?"

Ia membuka diary usang pemberian ibunya. Diary yang sudah menemani hari-harinya sejak lima tahun silam.

13/4/20
Gue masih jadi Arin yang dulu kan? Gue nggak mungkin jadi selemah ini kan?

Tubuhnya lelah, Arin perlu istirahat.

***

Keesokan harinya

"Semoga hari ini nggak seburuk kemarin," batin Arin berbicara.

Gadis dengan tinggi 168 cm itu memulai ritual mandinya. Ia bukanlah tipe gadis neko-neko yang memerlukan waktu berjam-jam hanya untuk sekedar mandi.

Bukankah disekolah kita dididik untuk hemat? Yasudah mandi sekali sehari dengan waktu sepuluh menit saja cukup.

Sebelum berangkat sekolah ia menyempatkan diri untuk mengecup pigura berisi foto keluarganya.

"Arin berangkat dulu, makasih udah dateng ke mimpi Arin tadi malam."

***

Pendek bgt si ini

Semoga suka yaa

Yang mau mutualan boleh drop uname disini

Babay

All About You || HenderyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang