"Misi itu adalah sebagian dari hidup gue."
Prinsip dari seorang Senata yang dianggap tidak wajar oleh sebagian orang. Tapi itu lah dia, spesies langkah yang entah kenapa bisa lahir didunia.
Cantik? sudah pasti, imut? tentu saja, nakal? oh jangan di...
Note : Untuk pembaca sekalian... Bila ada kesamaan tokoh, latar belakang, organisasi, nama, dan sebagainya, itu hanya kebetulan semata. Alur cerita ini dibuat berdasarkan imajinasi saya sendiri. Jadi tolong bijak lah dalam berkomentar 🙂
Sudah seminggu Sena bersekolah di SMA Violet. Berkat sifat ceria juga rupanya yang cantik, ia sudah menjadi siswi populer di SMA itu. Banyak laki-laki yang mengaguminya karena menurut mereka, Sena adalah gadis manis dan polos.
Ah.. Tapi belum tentu dalamnya seperti itu 'kan?
Nathan dan Sena pun menjadi agak dekat, namun Nathan masih berbicara seadanya pada Sena. Well, Sena sudah senang akan hal itu.
Misinya disekolah ini ada dua, yaitu menyingkirkan gadis jalang dan membuat Nathan bertekuk lutut di kakinya. Cowok angkuh yang tidak ada apa-apa nya bagi Sena, namun sayang, Sena mencintai nya. Sungguh!
Saat ini, Sena dan ketiga sahabat nya tengah berada di lapangan indoor. Sebenarnya, bel pulang sudah berbunyi lima menit yang lalu. Hanya saja, Alya meminta mereka untuk menemaninya bertemu Alan.
Tunggu dulu! Alan!?
"Lo ada hubungan apa sih, sampe minta kita buat nemenin lo disini?!" Tanya Tania kesal.
Pasalnya hari ini dia ada jadwal pemotretan satu jam lagi, dan otomatis waktu rebahan nya akan berkurang jika menemani Alya untuk bertemu si tukang ngaret itu.
"Tan, kalau mau pulang, pulang aja. Nanti Aku sama Anin yang temenin Alya. Kamu pasti capek, mana gak lama lagi ada pemotretan." Jelas Sena.
Mata Tania berbinar, "uhhh.. Makasih Sena! Kalau gitu gue balik yah, papay!"
Setelah Tania menghilang dari balik pintu, Alya langsung menghembuskan napas kasar.
"Dasar Alananjing! Datengnya lama banget, jadi gagalkan?!!" Alya berucap frustasi.
"Hmm, lama banget. Ampe kita bejamur juga kagak dateng-dateng dia!" Anin yang sedari tadi diam menekuk wajahnya, kini bersuara meluapkan kekesalan nya. Begitulah Anin, jika kesal ia akan berbicara banyak.
"Sebenarnya Alan pengen ketemu Alya apa Tania sih?" Tanya Sena bingung.
"Jadi gini, Alan minta bantuan kita buat comblangin dia ke Tania. Dan hari ini dia bakalan nembak Tania, ehh malah ngaret dianya. Gue sumpahin, si Alan bakal lama dapetin Tania!" Ucap Alya menggebu-gebu.
Sangat. Alya dan Anin sangaaaatt dibuat kesal oleh Alan. Pasalnya cowok itu meminta mereka untuk membawa Tania ke lapangan basket indoor sepulang sekolah, katanya sih ingin menyatakan perasaannya pada Tania. Namun, karena cap “ngaret” yang memang sudah melekat di dalam diri Alan makanya semua rencana yang disusun telah hancur.
Lebih dari tiga puluh menit mereka menunggu, akhirnya yang ditunggu pun datang dengan antek-antek nya. Alan yang seragamnya agak acak-acakan juga dia terlihat buru-buru dengan raut wajah yang tidak bisa diartikan.
"Tania mana?" Tanyanya begitu sampai.
Anin mendengus sebal, "balik. Hari ini dia ada pemotretan dan butuh istrahat, sekitar dua puluh atau tiga puluh menit lagi dia bakal langsung ke lokasi."
"Lo dari mana aja sih?! Gue sama temen-temen gue ampe lumutan nungguin lo pada." Tanyanya dengan nada yang tinggi. "Noh, liat! Sampe laper gue nungguin kang ngaret kek lo!" Sungut nya sambil menunjuk dus pizza dan Starbucks disana.
Alan mendesah kecewa, "sorry"
Tak tega melihat raut wajah Alan, Sena yang tadinya masih sibuk memantulkan bola basketnya kini berucap. "Gih, samperin. Jangan sampe Tania nya udah dilokasi. Niat baik jangan ditunda-tunda," Diakhir kalimat dia tersenyum manis lalu memasukkan bola itu kedalam ring.
Gotcha!
Bola itu masuk dengan sempurna.
Alan pun segera berlari keluar dari sana.
"Nathan! Mau jadi pacar Sena gak?" Tanya Sena.
Nathan mengernyit bingung. Pasalnya dari tadi gadis itu diam, lalu setelah Alan pergi, kenapa malah bertanya hal seperti itu.
Tama langsung tersedak air liur nya sendiri.
"Pacar? Kenapa?"
"Nathan ganteng banget sih, Sena kan jadi oleng.." Jawabnya.
Alya, Anin dan Tama dibuat cengo mendengar jawaban gadis itu. Apa-apaan itu? Hanya karena tampan, Sena sudah berani menembak Nathan.
Entah kenapa, Jantung Nathan dibuat tak nyaman akan tatapan berbinaf yang diberikan oleh Sena untuknya. Perutnya serasa ada yang menggelitik. Geli.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✥✥✥✥✥
WAJIB BACA!!
✥✥✥✥✥
Ohayou! 🖐
Balik lagi sama Nay. Maaf yah, untuk part ini agak pendek. Tapi Nay bakal usahain bab 04 akan lebih panjang dari ini.