🍀

214 35 7
                                    

"Kamu yakin mau nonton ini?" Hyewon kembali bertanya Minju yang berdiri satu langkah dibelakangnya. Ia sedang mengacu pada sebuah poster film horror yang ada di depannya.

"Ya–yakin kok. Aku kan udah janji bakal nemenin kamu nonton." Minju mengeratkan pegangan pada tas selempangnya.

Hyewon sebenarnya ingin tertawa lepas di tempat itu juga, soalnya dia sendiri tidak pernah memaksa Minju ikut nonton film horror bersama karena dia tahu sahabatnya ini gak bisa nonton yang begituan. Minju sendiri yang bersikeras mau nemenin.

Mungkin karena waktu itu Hyewon pernah nemenin Minju yang pengen banget nonton satu film yang udah dinanti-nantikan Minju gara-gara sempat ditunda rilisnya.

Akhirnya mereka benar-benar membeli dua tiket nonton untuk film itu. Tidak lupa membeli makanan pelengkap supaya tidak kelaparan saat menonton. Itu adalah kewajiban kalau di kamus seorang Kang Hyewon.

"Ngapain beli popcorn sih? Nanti kalau misalnya kamu kaget terus popcornnya malah tumpah gimana?" omel Minju.

"Itu mah kamu kali." balas Hyewon mengelus puncak kepala Minju sambil tersenyum kecil.

"Snack pas nonton tuh hukumnya wajib. Mending beli sekarang, emangnya kamu mau aku tinggal beli popcorn di tengah-tengah film tayang?" ucapan itu langsung mendapat gelengan kepala dari Minju. Kedua tangannya menggenggam lengan kiri Hyewon dengan sangat pasrah.

"Jangan ya, Hye. Gapapa deh beli sekarang, beli yang banyak."

"Kamu lucu banget deh, Kim Minju."

"Apaan sih. Gaada yang lucu ah."

Hyewon menatap Minju yang berjalan duluan menuju snack stalls untuk memilih rasa popcorn dan minuman yang mau dibeli. Tersenyum dengan hangat.

Ia ingin terus bisa bersama dengan Minju seperti ini, selamanya. Terlepas dari apapun yang nanti akan terjadi ke depannya.

~🍀~

"Duh coba tadi kamu lihat ekspresi kamu waktu kaget padahal jumpscarenya gak seram." goda Hyewon pada Minju diperjalanan mereka keluar bioskop.

Kalau menurut Hyewon, filmnya memang bagus tapi tidak seseram yang ia bayangkan, dan Minju hanya terlalu penakut, bahkan sampai hampir menumpahkan semua berondong jagung yang mereka beli.

Untungnya Hyewon sedang dalam mood yang baik, jadi ia mencoba tidak mengomeli gadis yang sedang berjalan di sampingnya dengan wajah bete.

"Kamu kan tahu aku paling gak suka film horror!" celetuk Minju merasa tidak adil dia diketawain terus sama Hyewon.

"Siapa suruh ikut nonton."

"Ya habisnya waktu itu kamu juga pernah nemenin aku nonton!"

"Oh~ Jadi pengen balas budi gitu ceritanya~"

"Dih, kamu sendiri juga waktu itu nangis padahal ceritanya gak sesedih itu."

Hyewon membelalakan matanya. "Kamu lihat?!" Sekarang skornya 1-1. Minju tersenyum puas. Ia punya bahan bagus kalau Hyewon mengungkit kejadian hari ini lagi.

Beberapa waktu yang lalu...

Pemeran utama prianya berlari sepanjang peron stasiun kereta, berharap ia dapat menemukan sang kekasih. Terdengar pemberitahuan dari pengeras suara yang mengatakan bahwa kereta menuju Ulsan akan segera berangkat.

Mendengar hal itu si pemeran utama prianya semakin panik, takut ia tidak dapat mengucapkan perpisahan dengannya.

Gadis itu disana, menunggu pintu kereta terbuka dan tidak sengaja melihatnya. Kemudian sang pria segera berlari dan menghampiri gadis itu, memeluknya dengan hangat. Mengelus kepalanya.

"Maafkan aku terlambat." ucapnya lirih, gadis itu menangis.

"Aku yang minta maaf..Aku sudah mengecewakanmu."

"Kenapa tidak bilang kepadaku kalau kau mau pergi?"

"Aku..aku pikir kau tidak ingin bertemu denganku lagi..Setelah semua yang telah kuperbuat kepadamu..Aku rasa aku tidak pantas—"

"Tidak, Jiyeon-ah. Kau adalah satu-satunya gadis yang bisa aku cintai, dan akan selalu menjadi satu-satunya. Aku mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu, Seokmin-ah."

Mereka berciuman untuk yang terakhir kalinya, kemudian gadis itu segera masuk ke gerbong kereta dan mereka berpisah disana.

Walaupun ini film yang dinanti-nantikan Minju setelah sekian lama, entah kenapa menurutnya ending dari cerita ini tidak begitu memuaskan. Happy ending sih tapi masa iya lanjutnya malah LDR.

"Filmnya agak membosankan ya." celetuk Minju menghadap ke orang di sebelah kirinya, Hyewon, yang tengah menitikan air mata setelah melihat scene itu. Gadis itu sedikit terkejut melihat ekspresi Hyewon. Ternyata Hyewon bisa menikmati melo-romance juga.

~🍀~


"Jadi, grafik kuadrat akan memotong sumbu x di y = 0, sehingga membentuk persamaan
ax² + bx + c. Terus, akar-akar dari persamaan tersebut adalah absis dari titik potong. Oleh karena itu, nilai diskriminan (D) berpengaruh pada keberadaan titik potong sumbu x, persyaratannya ada 3.

Kalau D > 0, maka grafiknya memotong sumbu x di dua titik

Terus kalau D = 0, maka grafik menyinggung sumbu x

Terakhir, kalau D < 0, artinya grafik tidak memotong sumbu x."

"Sampai disitu paham gak?" Minju menggaruk kepalanya dengan ujung pulpen.

"Hye, sejujurnya aku gak ngerti sama sekali apa yang kamu bilang, bisa dijelasin dengan bahasa yang lebih mudah gak? Hehe.." Ini sudah ketiga kalinya Hyewon mencoba menjelaskan tentang materi yang sama. Gadis ini mulai frustrasi.

"Min, aku bingung deh. Kamu tuh pinter di semua pelajaran, tapi kenapa kalau matematika kamu lemot banget waktu diajarin, sih?"

"Ya namanya juga manusia..Ada kelebihan dan kekurangan, Hye." usai Minju mengatakan itu, Hyewon hanya manggut-manggut soalnya dia juga gak ada bedanya.

Kalau Minju paling tidak paham pelajaran matematika, Hyewon hanya jago di pelajaran matematika. Dia bisa ikut kompetisi yang berhubungan dengan matematika untuk mewakili sekolah tapi tetap saja nilai rapornya tidak sebagus itu.

"Iya deh tutor bahasa inggrisku." balas Hyewon malas. Hal itu justru membuat Minju tertawa mendengarnya.

"Kita tuh saling melengkapi ya."

"Maksudnya?"

"Kamu jago matematika, aku jago bahasa inggris, jadi kita bisa belajar dari satu sama lain." sambung Minju sambil tersenyum kearah Hyewon, membuat gadis itu terdiam.

"Min, bahasa inggrisnya 'aku cinta kamu' apa?"

"Eh, kenapa nanya? Bukannya kamu harusnya udah tahu?"

"Bilang aja cepat."

"I love you."

"I love you, too."


–to be continue🍀

strawberry & mint [hyejoo/mongmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang