Awalnya baik, namun saat memasuki remaja semuanya berubah. Hai, aku widya, seorang siswi SMA yang sulit untuk menerima diri sendiri untuk saat ini. Bukan karena fisik ataupun materi. Aku hanya tidak suka jika disalahkan oleh kesalahan yang tidak kuperbuat. Aku emosional dan tidak dapat menahan kemarahan, bahkan jika aku marah aku akan bertriak dan membanting apapun disisiku. Sejak dini aku sangat nakal dan susah diatur. Ayahku bilang aku anak yang aktif dan periang. Aku punya saudara perempuan yaitu adik kandungku. Kami berbeda satu tahun. Berbeda dariku yang sekarang. Dia cantik, ideal, pandai, cerdas dan pemberani. Dari kecil aku tidak punya teman, karna aku sanggat buruk.
Suatu ketika aku melakukan kesalahan besar, aku membentak dan memarahi adikku karena dia memasuki ruangan tempat melukisku, tidak hanya itu tetapi dia merusak salah satu lukisan faforitku dan mengakuinya bahwa dia tidak sengaja. Aku marah menjadi- jadi dan sanggat kessal padanya. Ibu memarahiku dia berkata "dasar anak tidak sopan, cuma coret- coret gak jelas aja sombong. Berani nya kamu memarahi adik, perbaiki muka dan badan mu saja sana dasar gaberguna." Hatiku hancur, sakitt sekali rasanya. Tidak kusangka Ibuku seperti bukanlah Ibuku. Dulu dia sanggat mencintaiku. Tapi berbeda dengan yang sekarang. Bahkan dia mengadu kejelekan ku pada ayah. Ayah hanya menasihatiku dan tidak pernah membentaku seperti yang dilakukan Ibu. Hari demi hari sudah berlalu. Ibu sanggat berbeda, dia sering mencaci dan memarahiku seolah semuanya adalah salahku. Bahkan dia tidak mau mengenalkan ku dengan teman-temannya. Tidak hanya itu Ibu pun mencaci ku bahwa aku tidak baik dan jauh lebih baik adikku daripada diriku. Aku tidak cemburu jika Ibu lebih menyayangi adik, tapi setidaknya tolong hargai aku bu. Ayah,, ayahku sayang kepadaku, tapi dia tidak membelaku jika aku dimarahi Ibu. Setiap hari aku lelah dengan cacian dan hinaan yang dilakukan Ibu padaku. Prestasiku selalu dibandingan dengana adik, walaupun mencoba tak perduli, aku tetap lelah.
Sangking lelahnya aku memilih lari dari rumah dan tinggal dengan kakek ku. Kake membuat meja kayu dibelakang rumah dan menyuruhku mempalu paku ketika aku sedang marah dan emosi. Aku kadang berfikir bahwa, "i hate myself" bukan karna fisikku yang jelek, gendut, dan berkulit gelap, tetapi sifatku yang membuatku membenci diriku sendiri. Setiap Ibu datang dan membuatku kesal, aku selalu berlari kebelakang dan mempalu paku diatas meja kayu. Setiap aku kesal dengan teman aku tidak lagi memukul dan bertriak. Aku meluapkan semua kemarahanku dibelakang rumah kake. Seiring waktu berjalan aku dapat memperbaiki sifatku. Aku tidak lagi mempalu paku diatas meja. Rasanya bosan dan tidak akan berguna. Kake mengajakku melepas paku- paku yang menancap diatas meja. "Lihatlah, walaupun sudah dicabut, bekasnya masih tetap ada. Seperti kemarahanmu yang kamu keluarkan untuk orang- orang disekitarmu." Kini aku sadar, aku menyesali kesalahanku dan meminta maaf kepada orangtua dan sudaraku. Aku tidak perduli dengan fisik dan omongan orang dan aku melanjutkan semua karya- karyaku yang aku sukai. Orang- orang disekitar tidak perduli dengan fisikku, mereka lebih menyukai perilaku dan keunikan serta lukisanku. Ibu berkata dia bangga padaku. Jika kamu berada dititik terbawah mungkin tidak semua mau ada bersamamu, walau keluargamu. Tetapi jika kamu berada diatas, mungkin musuhmu bisa menjadi temanmu. Belajarlah dari kesalahanmu, jangan pikirkan orang lain dan tetaplah menjadi dirimu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Inspiratif
Short StoryCintai dirmu sendiri, karna itu kewajibanmu. Bukan orang lain. Cerita ini saya pelajari dimana seorang remaja jaman sekarang lebih banyak cenderung memiliki psikologis yg emosional. Dan bagaimana sebagian orangtua salah dalam mendidik dan menyikapi...