Tukang Sampah
"Aku datang maa!" Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun berlari menghampiri sang Ibu disebuah jalan raya yang penuh sampah dan kotoran. "Sini ma biar dimas yang menyapu, pasti mama lelah." Dia bernama dimas, setiap pulang sekolah membantu sang Ibu membersihkan sampah jalanan karna itu pekerjaan Ibunya. "Dimas pulang nak, kerjakan PR sekolah mu dan bermain bersama teman-teman." Ujar Ibu dimas dengan lesu akibat kelelahan. "Tidak ma, dimas lebih cepat kalau menyapu jalanan ini, jadi kita bisa pulang bersama- sama. Mama duduk saja yaa." Ujar Dimas sambil menuntun Ibunya untuk duduk. Selesai membersihkan sampah-sampah yang ada disepanjang jalan, Dimas menghampiri Ibunya. "Tint.. tintt" suara klakson mobil yang hampir saja menyerempet Dimas, hampir saja dia terjatuh karna mobil itu. Bukannya minta maaf, mobil itu makin melaju dengan sombong dan tidak memperhatikan seseorang yang tengah berjalan. "Dimas hati-hati naak, dijalan bahaya nak." Ujar sang Ibu dengan khawatir, namun Dimas tersenyum kepada Ibu sehingga Ibu ikut tersenyum dan menghadapinya dengan tawa. "Tidak apa-apa ma, Dimas pintar jaga diri. Kaki mama masih sakit? Dimas pijat ya ma." Dimas memijat kaki Ibunya dengan sepenuh hati. Lalu mereka pulang.
Setiap pagi, Dimas bersekolah dan setiap jam pelajaran selesai, Dimas langsung berlari kejalan yang disinggahi Ibunya bekerja untuk membantu Ibu membersihkan sampah dijalan. Tidak seperti anak-anak lainnya, setiap pulang sekolah mereka selalu bermain dahulu dihalaman sekolah. Dimas juga selalu menjaga kebersihan disekeliling tempat yang dia lewati dan membuang sampah yang berserakan ketempat sampah. Siang itu, bu guru memperiksa lukisan yang digambar Dimas, tak terlalu indah namun sungguh bermakna dalam. Dimas mengambar sebuah seseorang mengunakan seragam sampah dan membawa alat kebersihan yang berjudul "pahlawan". Dibawah lukisan orang, dia menulis tambahan bahwa, "melindungi mama dari bahaya, membawanya pulang kerumah dengan selamat". Ibu guru menangis dan sangat tersentuh ketika melihat lukisan Dimas, karena teringat tentang masa kecilnya bersama Ibu.
Namun, kaki Ibu Dimas yang semakin parah karena tidak memiliki biaya pengobatan semakin parah. Kaki Ibu sakit dikarenakan tertabrak mobil oleh orang yang tidak bertanggung jawab 1½ tahun lalu. Sedangkan Ayahnya meninggal karena sakit saat Dimas masih balita. Dimas tidak bisa berangkat sekolah beberapa hari karna harus menjaga Ibunya. Pagi itu saat Dimas masuk sekolah dan sedang mengerjakan soal, teman wanita nya bertanya "Dimas! Aku denggar mama kamu masih sakit dan tidak bisa membayar rumah sakit ya? Lalu bagaimana mama kamu berobat dan bekerja?" Ujar teman wanita Dimas. "Hei! Kenapa kamu bertanya disini? Kasihan dia!" Cela dari teman sekaligus tetangga Dimas. Tak sengaja Ibu guru mendengar percakapan mereka dan memotongnya. "Mama kamu sakit nak? Bagaimana bisa kamu tidak memberi tahu Ibu? Jika begini pihak sekolah bisa membantu nak. Nanti sore kami sama- sama membantu Ibumu kerumah sakit ya nak." Ujar Ibu guru. Dimas hanya menganguk dan menangis dipelukan Ibu guru. Sore harinya, Ibu guru sekaligus wali kelas Dimas dan teman-teman kelasnya membantu Ibu Dimas kerumah sakit dan memberikan sumbangan untuk biaya oprasi kaki Ibu Dimas agar dapat sembuh kembali.
Esok paginya, Ibu guru menyuruh anak-anak dikelas Dimas untuk menjelaskan bagaimana makna dan maksud dari lukisan mereka masing- masing. Saat gilitan Dimas, dia menyampaikan bahwa "Dimanapun kalian berada, dimanapun kalian melihat sampah, sebaiknya kalian membuang ketempat yang layak, karna membersihkan sampah tidaklah mudah. Kita harus menghargai kebersihan karna itu sangat penting untuk bumi kita. Tolong bersyukur yaa teman-teman, jaga orang tua kalian. Karna kalian akan merasakan sakit dan hampa saat mereka tidak ada, seburuk-buruk apapun perlakuan mereka kepada kita, kita harus tetap menjaganya." Semua teman-teman Dimas turut menangis atas ucapan Dimas. Mereka tidak menyangka teman mereka yang masih kecil sudah bisa berfikiran dewasa. Mereka pun menjalankan kebersihan mereka disekolah dengan membuang sampah selalu ditempat sampah yang benar. Mereka semakin belajar lebih banyak dari Dimas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Inspiratif
Cerita PendekCintai dirmu sendiri, karna itu kewajibanmu. Bukan orang lain. Cerita ini saya pelajari dimana seorang remaja jaman sekarang lebih banyak cenderung memiliki psikologis yg emosional. Dan bagaimana sebagian orangtua salah dalam mendidik dan menyikapi...