Give

934 4 0
                                    


"Sini kamu dasar maling! Sini lihat, apa saja yang kamu curi?" Seorang Ibu muda menarik dan menjambak anak laki-laki dibawah umur, yang jika dilihat usianya kira- kira masih 7 tahun. Ibu muda itu mengambil obat-obatan yang ada ditangan anak laki-laki itu. "Mau buat apa ini? Jawab!" Bentak ibu muda itu, sambil mendorong kepala anak laki-laki itu. "Untuk Ibuku." ujar anak laki-laki itu dengan lirih dan lesu. "Tunggu sebentar!" Teriak seorang Bapak-bapak penjual bakso didepan apotek itu. Bapak itu bernama Pak Bino, ia pun bertanya kepada anak itu. "Ibu kamu sakit nak?" Lalu anak laki-laki itu pun mengangguk-anggukkan kepalanya. Pak Bino lalu membayar obat-obatan itu kepada Ibu muda, obat yang telah anak itu curi dari apotek itu. Pak Bino mengajak anak itu duduk di warungnya sejenak. "Rita, ambilkan bakso 2 dengan kuah dipisah, dan tambahkan nasi bungkus 2 ya nak." Teriak Pak Bino kepada anaknya. Rita lalu memberikan pesanan yang ayahnya suruh kepada ayahnya dengan wajah marah. Pak Bino pun membungkus isi pesanannya, serta memasukan obat-obatan itu kedalam bungkus plastik, lalu memberikan kepada anak laki-laki tadi. "Kalau Ibu kamu butuh obat, atau kamu lapar, jangan mencuri ya nak, minta ke bapak. Bapak usahakan akan bantu yang bapak punya ya nak, kamu gak harus mencuri." Ujak Pak Bino. Anak laki-laki itu sejenak menatap wajah Pak Bino tanpa berkedip sampai matanya berkaca-kaca. Tanpa berterimakasih anak laki- laki itu mengambil yang diberi Pak Bino. Sambil menangis dia berlari menuju rumahnya. Rita seusia anak laki-laki itu, dia membantu Ayah dan Ibunya berjualan bakso. Rita selalu kesal karna setiap hari, hampir puluhan mangkuk bakso ayahnya diberikan kepada orang yang kelaparan diluar sana. Rita berfikir bahwa ini semua sudah rugi besar. Namun, Pak Bino tidak pernah berfikir bahwa dirinya akan rugi. Dia berfikir itu juga merupakan hak orang-orang diluar sana untuk menikmati makanan.

20 tahun kemudian, pendidikan Rita hanya sampai di SMA. Selama beberapa tahun dia hanya membantu ayahnya berjualan bakso karena Ibu nya bercerai dengan ayahnya dan tidak kuat hidup miskin. Hari demi hari warung bakso Pak Bino semakin ramai. Bahkan dari Rita kecil warung itu tetap ramai. "Ayaah!" Teriak Rita sambil menatapnya dengan sinis, lalu menunjuk seseorang didepan warung dengan matanya. Pak Bino lalu tersenyum dan membungkus kan sebuah bakso dan memberikannya kepada pengemis didepan warungnya. Lalu Pak Bino melanjutkan pekerjaannya. "Silahkan pak bu, mau pesan apa saja." Ujar Pak Bino melayani pembeli. Awal permasalahan pun tiba, selama puluhan tahun Pak Bino tidak pernah memperhatikan kesehatan dan periksa ke klinik, sehingga saat membuat pesanan orang tiba-tiba ia terjatuh pinsan.

Rita berlari sambil menangis menghampiri ayahnya, lalu meminta bantuan tetangga untuk membawa Pak Bino kerumah sakit. Pak Bino menderita tumor otak yang harus dioprasi dan tumor itu harus diangkat secepatnya. Rita menelfon Ibu nya mengabari bahwa ayahnya masuk rumah sakit. "Bu, ayah masuk rumah sakit. Kami didaerah semarang, tolong kesini bu. Rita tidak bisa bayar biaya pengobatan ayah." Ujar Rita, "Lalu Ibu harus apa Rita? Ibu tidak kerja, suami Ibu yang kerja. Jika ayahmu mati, kamu ikut Ibu saja, dan menikahlah dengan anak dari teman Ibu." Tegas Ibunya kepada Rita. Rita langsung menutup telponnya dan menangis histeris. Dia tidak menyangka Ibunya tega kepada dia dan ayahnya. Tiba- tiba seorang perawat menghampirinya dan memberikan kwitansi yang harus dibayar, totalnya sekitar Rp400.000.000,00. Rita semakin binggung, lalu dia menaruh poster dan menjual rumahnya disertakan nomor telponnya. Rita juga mencari pekerjaan paruh waktu sampingan. Tanpa Rita ketahui, ayahnya sudah di oprasi. Saat Rita menjenguk ayahnya, dia menemukan surat diatas meja sebelah ayahnya. Itu adalah surat kwitansi biaya pengobatan. "Oprasi sudah dibayar. Total Rp0. Semua sudah dibayar 20th yang lalu, dengan 4 buah obat dan 2 bungkus bakso serta 2 bungkus nasi. Salam hormat, Dr.Wijaya." Rita menangis sejadi-jadinya. Dia sangat menyesal ketika dia tidak ikhlas memberikan makanan kepada orang tidak mampu disekitarnya. Dia sadar akan kesalahannya ketika dia tidak rela memberikan makanan itu. Setiap pemberian tidak harus kembali, dan janganlah mengharapkan kembalian dari yang kamu beri untuk orang-orang tersebut. Rita dan ayahnya yang sehat sekarang hidup bahagia bersama, menjual dagangan bakso bersama dan tetap selalu memberi orang-orang yang kelaparan diluar sana. Dan Rita berjanji, untuk semasa hidupnya dia akan terus saling memberi kepada orang-orang disekitarnya.

Kumpulan Cerpen InspiratifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang