UTD [0.6]

181 44 48
                                    

Untold The Darkness
-

UTD [06. Move!]

•••

"Never knew what i had until i lost it,"

Sial! Alteir terus mengumpat dalam hatinya ketika penuturan tak terduga keluar dari sang ayah. Yang mengatakan jika Calesta akan pindah dan menetap bersama mereka. Tidak sampai disitu, bahkan nyatanya Calesta akan dipindahkan ke sekolah dan kelas yang sama. Hal apalagi yang lebih memuakkan daripada selalu bertemu dengan orang yang memiliki signal negatif dalam kamusnya?

"Nerima keadaan apa susahnya sih?!" Mars berucap ngegas. Sedaritadi ia terus merecoki sikap kakaknya yang berlebihan. "Ayah cuma mau dia tinggal dan satu sekolah sama kita. Bukan bikin lo sama dia balik," jelas Mars dengan nafas memburu.

Bukan tanpa alasan Mars berkata demikian, karena keputusan yang diambil oleh kedua orang tua mereka membuat Alteir melampiaskan segala bentuk kesal kepada dirinya.
Bahkan, sebelum berangkat sekolah mereka harus berdebat lantaran ibu dari sang gadis menginginkan jika Alteir pergi bersama Calesta.

"Gue tau lo kesel sama dia. Lo muak, lo enek sama dia, tapi dengan lo nunjukin sikap lo yang begitu apa dia nggak akan tersinggung? Dia juga manusia,"

Alteir melirik Mars sekilas dan bergumam kecil. "Bukan urusan lo,"

Mars melotot mendengar jawaban yang terlampau santai dari Alteir.

Karena tidak ingin membuang waktu dan energinya lebih banyak, Mars memilih untuk menarik seorang gadis agar dihadapkan dengan sikap keras kepala Alteir. Mars yakin jika gadis itu akan berhasil membuat Alteir bungkam bahkan sepertinya apapun yang gadis itu katakan dengan mudah akan Alteir turuti.

Awalnya gadis itu bingung, tapi setelah melihat air wajah Alteir yang kurang bersahabat lantas ia berusaha membujuk.

"Alteir jangan galak-galak," pintanya. "Bukan kemauan dia juga ada di situasi kayak gini. Yang penting kalian sama-sama bebas kan?" lanjutnya.

Alteir mendesah berat. Senyum miring terbentuk dari bibirnya. Ada satu yang tidak mereka sadari. Jika yang berada dihadapan sekarang bukanlah Alteir yang biasa mereka temui. Saking kesalnya, Mars tidak memperhatikan dengan jelas tiap detile dan gesture yang berusaha ditunjukan oleh sang empu.

"Udah puas?"

Isse mengerutkan dahi. Gadis itu menatap lekat wajah Alteir yang semula menunduk dan kini menunjukan netra dengan sorot tajam lebih tajam dari biasanya.

Isse nyengir dengan kaki melangkah mundur mendekati Mars.

Gadis itu berdiri dengan kepala agar menoleh bermaksud membisikan kalimat berisi pernyataan. "Kayanya kita salah orang deh,"

Untold The DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang