UTD [0.1]

373 65 20
                                    

Untold The Darkness
-

UTD [01. It's Crazy]

 It's Crazy]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Not forgetting, it's just that making peace takes quite a long time,"

Kejadian yang sama dalam kurun waktu yang saling berentetan, bahkan hanya berjarak 1-3 hari saja. Sebuah berita yang ditayangkan televisi mengabarkan bahwa keadaan kota tengah merasa waswas akibat ditemukannya 3 mayat yang tewas mengenaskan dengan keadaan tubuh hancur menjadi beberapa bagian. Dugaan sementara, setiap korban di tusuk menggunakan senjata tajam yang sampai saat kini belum diketahui jenisnya dan bahkan motif dari pelaku. Ada yang berspekulasi jika pelaku merupakan pembunuh yang profesional sampai-sampai tidak meninggalkan jejak sedikitpun.

"Serem ya," celetuk seorang gadis sambil memeluk bantal sofa dengan erat. Matanya melirik 3 orang lelaki secara bergantian yang tidak lain adalah kakak dan para sepupunya. "Kalian percaya kalo psycopath itu ada?"

Satu diantaranya menoleh dengan dahi berkerut heran. "Lo kebanyakan baca novel,"

Gadis itu lantas mengerucutkan bibirnya kesal. "Apasih, kan aku cuma tanya,"

Masih penasaran, gadis itu kembali bertanya. Kali ini hanya memfokuskan pada satu lelaki yang tidak lain adalah kakak sepupunya. Dia yang paling pendiam, bahkan wajahnya saja terlihat kurang bersahabat.

"Kak," gadis itu menarik sebelah tangan sang empu agar di perhatikan. "Menurut kakak gimana?"

"Who knows how dark and cruel the human mind," lelaki itu menjawab sekenanya.

(Siapa yang tahu mengenai seberapa gelap dan kejam isi pikiran manusia)

Benar, batin sang gadis bersuara. Lantas setelahnya ia memilih untuk diam dan berhenti penasaran.

•/ΘΤΔ\•

Derap langkah kaki mengisi keheningan lorong sekolah yang tampak sepi. Waktu telah menunjukkan pukul 9. Tetapi, lelaki dengan perban di telapak tangannya itu tampak santai berjalan untuk menuju kelasnya.

Sesampainya di depan pintu, di liriknya pintu berwarna putih itu dengan tatapan datar. Terbesit sedikit rasa malas yang membuatnya enggan untuk masuk ke dalam. Setelah membuang nafasnya kasar, barulah ia menarik knop pintu dan berjalan menuju bangkunya tanpa mengindahkan seorang guru dan beberapa murid yang kini menatapnya dengan cengo.

"Sopan bener," celetuk salah satu murid lelaki yang tidak jauh dri tempatnya duduk. "Berasa sekolah punya nenek moyang," lanjutnya lagi dengan kekehan kecil di akhir.

Untold The DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang