"Kau sudah aku ceritakan tentang Ophiuchus, kan? Yang katanya menjadi konstelasi bintang ketiga belas dan tidak dimasukkan ke penanggalan zodiak." Linda memulai percakapan.
Tangannya sedari tadi sibuk menempatkan lensa pada pembesaran mili tertentu, agak mencondongkan wajahnya untuk sesekali melihat pada lubang kecil dengan menutup sebelah matanya. Teleskop berwarna putih itu adalah salah satu benda kesukaan Linda, begitupun dengan hal berbau astronomi.
Semenjak kehilangan orang tuanya dua tahun yang lalu, kakak-beradik itu mempunyai kebiasaan baru; memandang hamparan bintang di puncak mercusuar sambil mengenang kembali kebersamaan keluarga yang takkan pernah terganti oleh apapun, atau lebih tepatnya Lyv menemani Linda yang asyik melihat taburan bintang selagi dirinya melamun tak jelas.
Meninggalkan warisan (perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata) dan mau tidak mau harus dilanjutkan oleh Linda. Sebagai pewaris yang bergelimang harta, mereka berdua memilih tinggal di pulau yang agak terisolasi dari hiruk pikuknya kehidupan kota. Hanya ada perkampungan kecil para nelayan yang ada di pulau itu. Berjarak empat puluh lima menit dengan menaiki boat dari kota.
Mercusuar yang katanya dibangun oleh Henry─sang ayah─ untuk memudahkan para nelayan yang ada, karena listrik pun belum menyentuh pulau itu jika keluarga Lyv tidak membeli sebagian lahan disana.
Setiap tanggal delapan Desember mereka akan menjadi teman bagi angin malam yang menyengat kulit. Setidaknya ada satu malam dalam setahun Lyv akan pasrah mendengarkan ocehan sang kakak tentang benda-benda langit. Meskipun ia hanya merekam beberapa dari ratusan kata yang keluar dari mulut kakaknya. Semua itu tak pernah sampai pada otak kecilnya yang entah bagaimana cemerlang jika saat-saat tertentu saja.
Lyv yang sedari tadi berdiri mengamati sang kakak dari belakang, mendaratkan tubuhnya untuk duduk di pinggiran pembatas besi dan menggelantung kan kakinya. Cardigan rajut abu-abu yang melapisi dress lima sentimeter di bawah lutut berwarna putih itu, tak dapat menghalau semua angin malam yang semakin dingin.
Sama juga dengan rambut hitam kesayangannya yang membuai searah angin membawa. Kedua tangannya memegangi pembatas besi seakan tahanan yang memohon belas kasih. "Hmm ... yah, aku ingat sedikit," jawabnya tak yakin.
Berbeda dengan warna rambut Lyv yang hitam legam dan lurus, Linda mempunyai rambut berombak dengan warna merah kecokelatan yang tampak selaras dengan mata sipit berwarna hitam. Dinaungi oleh sepasang alis nan lebat membuat sulit berpaling dari wajah tegas rangkap meneduhkan itu. Mereka berbeda.
Memang ada hukum yang mengharuskan kakak-adik untuk selalu sama dalam segala hal? Itu konyol.
Linda yang kalem dan Lyv yang seakan 'meletup-letup', Linda yang anggun dan Lyv yang cenderung barbar, Linda yang rendah hati dan Lyv yang percaya diri (bisa dikatakan mendekati sombong), tapi betapapun berbedanya, mereka akan tetap saling melindungi. Hanya satu sama lain yang mereka miliki sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi yang Lain : Menara Api dan Ophiuchus
Fantasia[Fantasi - young adult] ⚠ Cerita ini menggantung dengan sangat haqiqi ⚠ Karena membaca sesuatu yang muncul tiba-tiba di langit, Lyv tanpa sengaja memasuki portal yang menuju antah berantah. Suatu peradaban yang saling berdampingan-dengan bumi yang k...