aku baik dan aku diam

39 27 18
                                    

******************************

"Orang jahat sebenarnya orang yang lebih menderita dari karakter protagonis. Jangan menilai dariluar."

******************************
HAPPY READING

******************************

Aku tertidur dalam kamar mandi, tangan ku lipatkan ke tubuhku agar hangat. Namun, percuma saja karena tanganku saja dingin. Bagaimana bisa menghangatkan?

Pintu kamar mandi terbuka, menampakkan Asaka di ambang pintu. Dia memapahku keluar kamar mandi sambil mengendap ngendap takut ada Aksara padahal ia bisa bersikap leluasa saja karena ini rumahnya dan bi Lena.

Asaka mempapahku masuk dalam kamarnya, ia membaringkan tubuhku mengecek suhu badanku.

"Dingin sekali," ujarnya.

Dia keluar lalu kembali dengan segelas coklat hangat diberikan padaku. "Thanks, Sa."

Aku meminum coklat itu, kini aku bisa merasakan hangatnya karena coklat panas dan selimut. Detak jam terdengar dikesunyian malam ini, tepatnya pukul 01:00

Tubuhku sudah lelah, lemah dan tak kuasa lagi tuk bergerak. Aku mengenjapkan mataku, mulai memasuki alam mimpi yang indah namun sayang sedikit kemungkinan hidupku bisa seperti dalam mimpiku

*****************************

Sinar mentari pagi mulai naik, menerpa kedua kelopak mataku hingga terbuka karena sorotannya yang begitu tajam.

Tubuhku lentangkan, masih menguap dan menggeliatkan tubuhku. Seorang wanita tua masuk dalam kamar yang ditiduri olehku dan Asaka.

"Ka bangun, den Angka bangun. Ini sudah pukul 05:30 nanti kalian telat masuk sekolah apalagi hari ini ada ucapara bukan?" teriak bi Lena membangunkanku yang masih malas tuk bangun.

Karena 'tak ingin bi Lena marah padaku, apalagi aku hanya menumpang tidur di rumahnya. Aku pun bangun.

"Den Angka mandi dulu, bibi mau bangunin anak bibi," ujarnya.

Anaknya itu ialah Asaka, Asaka baru pindah ke sekolah yang sama dengannya. Asaka sudah mengatur pendaftaran dan ke terima.

"Biar Angka saja yang bangun Asaka, Bi," sekasku melihat bibi yang lelah membangunkan si kebo Asaka.

Bibi pun menurut saja, dia keluar kamar ini.

"ASAKAAAA, BANGUN WOI! DASAR KEBO," teriakku sengaja ku berteriak dekat telinga kebo itu agar bangun dan akhirnya kebo itu pun bangun.

Aku berdiri menyilangkan tangan depan dada masih melihat Asaka terbaring di ranjang. "BANGUN!" Kembali ku berteriak.

Kini Asaka benar benar bangun sampai wajahnya terlihat kesal, melempar bantal ke wajah polosku.

"Berisik, Ka! Ngapain sih teriak teriak, 'kan bisa bangunin pake cara normal bukan abnormal gini," gerutu Asaka.

"Lo-Nya aja yang kebo, bukan gue yang salah cara bangunin lo. Mending lo mandi, lo sekolah dan katanya sekolah di SMA gue," tuturku.

"Iye iye, bawell banget lo jadi cowok!"

"Gue bawell karena gue peduli dan gue dah anggap lo sodara sendiri," tegasku yang lalu berjalan keluar meninggalkan kamar dengan Asaka masih di dalamnya.

Aku berjalan ke kamar mandi dengan handuk di bahuku, baru saja akan masuk ke dalam namun sudah di cela oleh Asaka.

"Anj!" ucapku, nyaris saja aku berkata kasar dekat bi Lena yang sedang menyiapkan makanan untuk kami semua yang ada di sini termasuk ayah.

Sembari menunggu Asaka, aku membantu bi Lena menyelesaikan masakannya agar cepat selesai. Masakannya sudah selesai tepat bersamaan dengan Asaka yang keluar.

Aku berjalan mendekati Asaka yang memakai handuk sepinggang dengan telanjang dada memperlihatkan roti sobek enam biji yang ia punya.

"Lo lama banget sih mandinya, sambil mainin sabun ya." Baru kali ini seorang pria mandi begitu lama 30 menit.

"Ngadi-ngadi lo!" terka Asaka yang tak suka dengan lelucon Angka.

"Iyain dah," ucapku lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi.

******************************
Kang ngadi ngadi telah masuk ke kamar mandi untuk mandi, aku masuk ke kamar memakai seragam namun terhalang oleh hodie merah darah. Setelah berpakaian aku pun berjalan keluar lalu membantu ibu menata makanan di atas meja.

"Nak," panggilnya.

"Iya bunda?"

"Kamu jaga den Angka ya, jangan biarin dia terluka. Bunda kasihan padanya,"pinta bunda begitu sayang sekali pada Angka.

"Iya bunda, Asaka akan jaga dan penuhi permintaan Bunda ini," ucapku.

******************************

Angka POV

Aku berjalan menyusuri setiap lorong kelas yang terus dilirik oleh para siswa dan siswi sambil saling membisik. Aku mencoba menepis pikiran jelekku.

"Liat tuh, anak gak tau diri lewat. Ogah gue temenan sama tuh orang," ujar seorang pemuda berjacket yang berdiri sambil menyandarkan punggungnya ke tembok ditemani dua teman prianya.

"Biasa anak durhaka, orang tua kesusahan malah kesenengan. Dah gak sehat mentalnya tuh," cibir teman yang berada di samping kanannya.

Aku mulai tak kuat menahan omongan pedas mereka.

"Cowok kok ngegosip mana omongannya pedes kayak ibu ibu," gumamku dengan suara pelan nyaris tak bersuara.

Aku melangkahkan kaki tuk memberikan mereka balasan karena telah memfitnahku namun tangan Asaka mencegahku tuk mendekati mereka.

"Sudah, diemin aja. Mereka gak tahu apa yang lo rasain, jadi buat apa lo ngurus urusan mereka? Biarin mereka mau ngomong apapun tentang lo, berfikir jelek tentang lo. Lo yang jalanin hidup lo bukan mereka," jelas Asaka yang langsung datang begitu saja menghalangiku dan bahkan menceramahiku.

"Udah, lanjutin jalannya. Kita langsung ke kelas," lanjutnya.

Aku pun kembali melanjutkan perjalanan menuju kelasku bersama Asaka yang berada di belakangku. Aku berhasil melewati ketiga pemuda itu tanpa sedikitpun marah.

"Jangan gangguin Angka! Atau hidup lo berakhir cepat," ancam Asaka pada mereka tanpa sepengetahuanku.

Aku menoleh ke belakang terlhat Aaka berlari mendekat. "Lo kemana tadi? Perasaan tadi ada di belakang gue," tanyaku.

"Toilet,"jawab Asaka.

******************************

Angka sudah sampai dalam kelas sedangkan Asaka keluar, pergi ke kantin katanya. Terdapat notifikasi wa dihpku.

Aku mengeluarkan hpku membuka chat yang baru saja ku terima.

Hai orang jahat

Angka kaget, siapa orang ini? Tiba tiba chat langsung bilang jahat.

Lo pasti mikir. "Siapa ini? Kok tiba tiba nuduh jahat."
Iya kan?

Lo siapa sih? 

Gua orang baik dan lo jahat karena lo seneng di atas
Penderitaan ayah sendiri.

Lo tau apa yang gue rasain? 
Orang jahat sebetul orang yang 
Sangat terluka  

Aku kesal, aku pun memblok nomernya. "Orang gak jelas," gumamku.

******************************

To Be Continue

Salam sayang dari author

-Alvano

Angka (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang