Ledakan dan kematian

33 18 13
                                    

************************************
"Menjadi orang baik itu tidak mudah, harus kuat terus merasa lelah dan putus asa karena hinaan."

-Angka
***************************************
HAPPY READING

Gue berhasil sekap Angka dan bawa tuh anak ke gudang ini, pasti pihak sekolah dan yang lain pada nyariin banci itu.

Gue yang lagi duduk diruangan yang deketan sama Angka ngerasa bosan dan mau keluar sebentar.

"Lo berdua jaga tuh anak, jangan biarin kabur. Gua ada urusan bentar," perintah gue ke anak buah buat jagain si Angka di gudang jaga jaga kalau tuh anak kabur dari sini.

"Siap boss!"  tegas mereka berbarengan sambil bersikap hormat ke gua.

Gua keluar dari gudang ninggalin tuh anak sama kedua orang suruhan gue.

Handphone berdering dari dalam saku, nampak nama kontak yang jelas bertuliskan "Boss" nelpon gue.

"Hallo boss," ucap gue mengawali pembicaraan di telepon.

"...."

"Tenang saja boss, kita dah nangkep orang yang boss minta dan orang itu udah kita sekap di sebuah gudang samping gedung terbengkalai," jawab gue.

"...."

Telepon ditutup sama si boss, sepertinya boss senang mendapatkan kabar kalau orang yang dimintanya tuk disekap sudah tertangkap siapa lagi kalau bukan si Angka.

Gue masuk ke dalam gudang yang tadinya mau jalan jalan malam tapi gak jadi gara gara si boss nyuruh jangan kemana mana.

"Gak jadi keluarnya?" Kepo banget nih orang, emang kalau gue keluar kenapa? Gua gak keluar kenapa?

"Kepo lu," jawab gue sinis.

"Sewot banget lo, PMS?" tanya Ghezireo salah satu anak buah gue yang lagi duduk di samping gue.

/Takk.

Gue kesel, masa iya cowok PMS gak bisa mikir si Reo. "Tuh anak gimana? Belom bangun 'kan?" tanya gue.

"Belom boss," jawab Kergadio anak buah gue yang satunya, yang lagi duduk dibawah lantai.

"Gue pengen bunuh tuh anak, gue dah geram kesel sama tuh anak," cibir gue.

"Bunuh sekarang ajalah, jasadnya entar kita sembunyiin sebelum itu kita potong potong dulu bagian tubuhnya baru rebus dan masukin ke tempat penjual bakso atau apalah itu. Biar gak ketahuan," jelas Dio memberikan sebuah ide, gue mau laksanainnya tapi boss gak ngebolehin gue buat bunuh tuk anak.

***************************************

Mataku terbuka, rasa sakit pening pusing dikepalaku terasa begitu sakit begitu pun dengan sekujur tubuhku yang lainnya.

"Arghh," jerit sakitku bertambah akibat pusing yang begitu hebat.

Aku takut, entah berada di tempat apa ini, bagaimana aku bisa sampai di sini? Aku berfikir namun pusing itu semakin bertambah.

Lebih baik diam.

Seorang pria bermasker hitam, jacket hitam semuanya serba hitam sampai rambutnya pun berwarna hitam itu datang memghampiriku yang terikat oleh tali ditangan dan kakiku. Ia berjalan melangkahkan kaki dengan hentakan keras, ia berjongkok menangkup daguku.

"Eh si banci dah bangun," serunya.

"Lepasin gue!"

"Lepasin gue!"

"Lepasin gue!"

"Enggak!" bentaknya sambil  memukul kelas pipi sebelah kananku.

Pipiku sakit terkena hantaman tangannya namun lebih sakit hidungku yang serasa remuk tulangnya.

"Lo siapa?" tanya gue sedikit bersentak.

"Lo gak perlu tahu gue siapa, intinya gue benci sama lo." Orang itu kembali berjalan keluar ruangan ini seakan ada yang memanggilnya keluar.

Terdengar percakapan dua orang antara pria dan wanita diluar sana, beberapa kali mereka menyebutkan namaku.

"Siapa mereka," gumamku.

***************************************

"Kamu nyuruh aku nyulik si Angka buat apa sih? Tuh anak'kan gak bisa apa apa, gak berguna. Mau dijual pun pasti gak bakal laku," tanya gue.

"Udah, kamu mending diem. Jaga Angka biar gak kabur dari sini, kamu gak tahu kalau si Angka bakal jadi ladang duit buat kita," jawab cewek gue.

Dia berdiri dari kursi yang ditempatkan diteras ini, dia berjalan mendekati mogenya. Main jalan gitu aja tanpa pamit sama gue sebagai cowoknya.

"Ck! Kayak gak dihargain gue sama cewek sendiri," decak gue.

Reo sama Dio ngintip dan mereka malah ketawa keras banget ngeledekin gue.

"Diem lu berdua! Mau gue pecat!," ancam gue seketika buat mereka diam.

"Dah, gue capek. Mau tidur dan buat lo berdua tidur diluar, gue mau di dalam," ucap gue.

Meski ini gudang, tapi di dalamnya terdapat dua ruangan. Ruangan belakang yang ditempatin sama Angka dan satunya buat tidur gue, udah ada kasur di sana.

"Mengsedih men, kita kena hukuman si Ragil lagi," cetus Dio.

***************                  ****************

My Queen
Bawa si Angka keluar dari gudang itu, cepet! Polisi dah mulai tahu keberadaan kita.

Mata gue yang masih buram karena baru bangun langsung membaca pesan dari cewek gue, gue buru buru panggil Reo sama Dio buat bantuin angkat si Angka yang kelihatan lagi tidur.

Baru aja mau diangkat, tuh anak udah bangun aja. Terpaksa harus dibekam pake kain yang udah dikasih obat bius biar gampang masukin ke mobilnya.

Gak lama obat itu bekerja, si Angka pingsan terkapar lemah memudahkan buat gue angkatnya.

Gue sama Reo mempapah, gak jadi di angkat ternyata nih anak berat juga kalau diangkat. Gue pun papah Angka keluar, berpas pasan dengan mobil, dibukain sama Dio dan berhasil masukin Angka ke dalam mobil.

Dio sama Reo duduk didepan, Dio yang nyetir sementara gue dibelakang buat jaga jaga takutnya sadar dan kabur begitu saja.

Tiba-tiba muka Dio terlihat begitu sangat panik, kakinya terus mencoba injak rem tapi tidak berhenti juga.

"Kenapa Dio?" tanya gue.

"Rem-Nya blong, Gil," jawab Dio begitu paniknya.

Semuanya panik sehingga Angka pun tersadar dari obat bius yang gue kasih.

Mobil mulai berjalan tak beraturan, mengeleok kanan dan kiri. Sampailah pada tikungan yang terdapat jurang bagian kanan, Dio berusaha sebisa mungkin mengarahkan kemudi tapi tak bisa. Mobil yang mereka tumpangi terperosok dalam jurang yang dangkal dan meledak hebat sampai mengeluarkan api yang menjalar ke pepohonan dekatnya.

Warga yang tinggal diatas tebing itu langsung menelpon ambulance tuk segera mengevakuasi kecelakaan ini.

Sudah bisa dipastikan bahwa tidak mungkin ada yang bisa selamat dari kecelakan yang disertai kebakaran hebat ini.

To Be Continue

Angka (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang