; 3

226 35 1
                                    

Ucapan Sasuke membuat keadaan di ruangan yang mereka tempati mendadak hening. Sejujurnya Sakura tidak menginginkan hal buruk itu terjadi. Tidak mudah melepaskan seseorang yang telah bersama selama lima tahun lamanya. Namun, ia tidak ingin terus menerus hidup dalam genggaman ego milik suaminya. Lima tahun sudah menjadi waktu yang cukup untuk dirinya terbebas dari jeratan rantai tersebut dan dalam waktu tersebut tidak ada perubahan signifikan yang berubah dari suaminya.

Memang benar, manusia tidak mampu merubah sifat dan perilaku pasangannya. Hal itu hanya dapat terjadi jika mereka memang ingin melakukannya.

"Sasuke, kurasa kita pernah membahas hal ini sebelumnya dan tidak ada hal yang harus kita bahas lagi."

"Jawab pertanyaan ku, Sakura. Apa kau benar-benar ingin aku berhenti menjadi suamimu?"

"Kita akan berpisah Sasuke, suka ataupun tidak, hal tersebut tetaplah terjadi." Sakura mencoba untuk tetap tenang. Menarik nafas lalu menghembuskan nya secara beraturan. Ia tidak ingin terpancing terus-menerus dalam topik ini.

"Aku tidak bisa, Sakura. Sungguh. Aku tidak mampu untuk melanjutkan hidup tanpa kau menyiapkan sarapan di pagi hari atau Sarada mencoba membangunkanku. Aku tidak bisa melihat Sarada menangis dan menginginkan ayahnya untuk menenangkannya sementara aku tidak berada disana. Tinggal berbeda atap beberapa hari ini sudah cukup membuatku gila."

"Lalu, apa kau mampu mengontrol ego milikmu? Kau sendiri tahu Sasuke, ego milikmu akan selalu mengalahkan perasaaan dan akal sehatmu. Jika kau mampu mengatasi itu, akan kupertimbangkan kembali mengenai perpisahan kita." Wanita itu beranjak meninggalkan kursi yang ia singgahi sebelumnya dan kembali mengucapkan sepatah kata sebelum akhirnya meninggalkan Sasuke dalam keheningan lebih dalam. "Aku berencana untuk meninggalkan Los Angeles dan melanjutkan masa residensiku di Saint Hospital, New York, kau tentu tidak asing bukan? Aku akan mengurus berkas-berkas perpindahan secepatnya."

Sasuke menggeram tertahan dalam emosinya. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya wanita itu rencanakan. Jika Sakura hanya menginginkan perceraian, ia tidak perlu sampai meninggalkan Los Angeles dan pergi menuju New York terlebih berkerja di rumah sakit milik keluarga Uchiha, Saint Hospital.

Ia hanya sebatas tahu wanitanya hanya ingin bercerai. Hanya itu saja.

Semenjak kasus perceraian ini ada diantara mereka, tidak, bahkan jauh sebelum itu Sakura enggan bercerita dan memberitahu apa yang wanita itu inginkan. Tunggu, ini tidak benar. Sasuke melewatkan satu hal. Sakura pernah mengajaknya untuk meninggalkan LA dan tinggal di New York, kota kelahiran pria itu. Namun, ia menolaknya. Sasuke tidak mengingat jelas alasan yang dilotarkan Sakura pada saat itu, karena yang ia ingat sesudah menolak lalu Sasuke pergi meninggalkan sakura dan mengatakan keinginannya sungguh konyol. Ya, pria itu mengingatnya.

Jika seandainya pada saat itu ia lebih memilih mendengarkan penjelasan Sakura, apa keadaan rumah tangganya akan jauh lebih baik-baik saja? Apa hal itu merupakan salah satu alasan Sakura ingin melepaskan diri darinya? Sungguh, Ia tidak tahu pasti alasan dibalik keinginan perceraian yang diinginkan oleh Sakura. Wanita itu terus berkata bahwa ia tidak sanggup melihat ego milik suaminya lebih jauh lagi. Namun, Sakura enggan menjelaskan ego seperti apa yang pria itu telah lakukan.

"Semuanya akan terlihat sama. Kau enggan untuk mendengarkan keinginanku." Begitu katanya.

Apa memang benar ia seorang pria dengan tingkat egois yang sangat tinggi?

Semua pertanyaan yang bersangkar di dalam pemikiran Uchiha Sasuke dapat terjawab jika dan hanya jika wanita itu memang ingin membicarakannya. Semakin terlelap dalam pertanyaan semakin sadar bahwa ini sudah terlalu larut malam. Sudah seharusnya ia pulang. Sungguh ia tertawa miris.

Marriage StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang