Tear: Choi Hyunsuk

2.1K 189 13
                                    

"Junkyu?"

Pemuda yang dipanggil namanya itu pun mendonggakkan wajah, memperlihatkan tampang manisnya yang semakin menjadi-jadi berkat ulasan senyumnya. Bukan sembarang senyum, ia sedang tersipu sekarang. Orang yang memanggil namanya adalah pria yang dirinya taksir.

"Kak Hyunsuk?"

Hyunsuk membalas senyumannya. "Ternyata benar itu kau, sedang apa di sini sendirian malam-malam begini?"

Angin malam berhembus sedikit lebih kencang dari sebelumnya, membuat siapa pun akan lebih memilih tidur di kamarnya dengan ditemani selimut yang tebal. Tapi tidak dengan mahasiswa baru yang memiliki nama lengkap Kim Junkyu itu, ia dengan beraninya keluar di tengah malam seperti ini hanya untuk mengambil buku yang tertinggal di kelasnya siang tadi. Ah, bahkan Junkyu tidak membawa jaket tebal untuk menghangatkan tubuhnya.

"A-aku ingin mengambil buku catatanku yang tertinggal di kelas," lirihnya.

Hyunsuk terkekeh menyaksikan tingkah menggemaskan adik tingkatnya yang satu itu. Dengan tanpa sadar, tangannya sudah terulur untuk mengacak surai halus Junkyu. "Kamu bisa mengambilnya besok, kenapa harus sekarang, hmm?" tanya Hyunsuk setelahnya.

"Lihat, bahkan sekarang sudah jam sepuluh malam."

Junkyu mengangguk malu. Ia sadar, kok, sekarang jam berapa. Junkyu juga tidak sedang mengigau yang secara tidak sadar melangkahkan kakinya menuju kampus dengan sendirinya. Ia sepenuhnya sadar. Hal ini Junkyu lakukan semata-mata hanya untuk buku hariannya yang sangat berharga baginya itu. Iya, ia berbohong kepada Hyunsuk soal ini. Junkyu hanya terlalu malu untuk mengakui bahwa dirinya memiliki buku harian. Apalagi, isi buku itu adalah curahan hatinya tentang kakak tingkatnya yang saat ini sedang bersamanya.

"Aku harus mengerjakan tugasku, dan semua materinya ada di buku itu," elak Junkyu dengan kembali memasang senyum manisnya.

"Ya, sudah, biar kakak antar."

"T-tap-"

"Kenapa, kamu tidak mau kakak temani?" tanya Hyunsuk memotong perkataan Junkyu yang hendak menolak tawarannya.

Junkyu kembali menundukkan kepala, berusaha menyembunyikan wajahnya yang ia yakini sudah memerah seperti tomat sekarang. Ayolah, siapa yang tidak gugup saat orang yang disukai tiba-tiba menawarkan diri ingin menemani?

"Bukan begitu, Kak Hyunsuk pasti lelah setelah rapat BEM, kan?"

Hyunsuk menahan tawanya. "Apa kamu mengkhawatirkanku, hmm?"

Setelah itu, Junkyu dibuat terkejut saat sebuah almamater universitasnya sudah berada di pundaknya. Itu milik Hyunsuk. Junkyu mematung, berusaha kembali meluruskan pikirannya yang entah sedang terbang kemana, menyiapkan hatinya untuk terbiasa akan sengatan hangat yang tiba-tiba, dan menetralkan jantungnya yang berdetak tidak tahu aturan. Junkyu salting!

"Khawatirkan dirimu sendiri, badanmu menggigil kedinginan sedari tadi. Kenapa tidak membawa jaket, sih?"

"T-terima kasih, Kak," jawab Junkyu dengan iringan tawanya yang terdengar kikuk.













Lampu temaram yang menyusuri sepanjang trotoar fakultasnya menemaninya berjalan beriringan dengan pria yang sudah ia suka sejak pertama kali melihatnya. Junkyu melirik ke arah Hyunsuk sekilas, meyakinkan dirinya bahwa hal ini bukanlah mimpi. Kalaupun mimpi, ia akui bahwa ini adalah mimpi terindahnya. Dan tidak ingin terbangun.

Junkyu sudah menaruh perasaannya kepada Hyunsuk sejak lama. Hal itu dimulai saat ia melihat kakak tingkatnya itu sedang berpidato di depan murid-murid satu SMA-nya yang sedang berkumpul di lapangan. Saat itu pria yang bernama lengkap Choi Hyunsuk itu sedang mencalonkan diri untuk menjadi ketua OSIS di sekolahnya. Iya, Junkyu sudah menjadi adik kelas Hyunsuk semenjak masa putih abu-abu.

Waktu itu Hyunsuk terlihat sangat tampan, dengan keringat yang membasahi dahinya akibat pancaran sinar matahari, ia terlihat berkali-kali lipat lebih keren. Ditambah dengan pidatonya yang kharismatik, Hyunsuk membuktikan intelegensinya yang tidak main-main. Terbukti, saat ini ia dipercayai untuk menjadi ketua BEM universitasnya.

Sedangkan Junkyu? Ia hanyalah mahasiswa biasa. Junkyu tidak sepopuler Hyunsuk yang memiliki banyak penggemar. Junkyu adalah pribadi yang lebih suka menutup diri dan mengiritkan bicaranya. Bukan, ia tidak sombong ataupun cuek, Junkyu hanya pemalu.

Nasib baik saat ini ia sudah memiliki beberapa teman baik yang tulus kepadanya. Orang-orang sudah menganggap eksistensinya di muka bumi ini sekarang. Tidak seperti dulu, penampilannya yang culun dengan kacamata bulat bertengger di atas hidungnya itu mengundang siapapun ingin merundungnya. Ah, mengingat hal itu semakin membuatnya merasa rendah di samping Hyunsuk.

Namun, tidak dengan saat ini, lambat laun Junkyu mulai mengubah penampilannya. Mengganti kacamata itu dengan kontak lensa, dan sedikit menata rambutnya. Dan, lihat saja kini Junkyu sudah berubah menjadi laki-laki manis, menjadikannya primadona para Seme di kampus, ia saja yang tidak peka selama ini.






"Terima kasih, Kak, sudah mengantarkanku mengambil buku," ujar Junkyu di tengah keheningan yang melanda keduanya.

Hyunsuk mengarahkan sorot matanya ke samping, lebih tepatnya di manik pemuda yang layak jika dikatakan cantik itu, dalam. "Sama-sama, Junkyu. Aku senang bisa menemanimu."

Junkyu mengulas senyum. Hyunsuk membalasnya.

"Terima kasih juga," ucap Hyunsuk tanpa melihat ke arah lawan bicaranya dan tetap fokus mengarahkan pandangannya lurus ke dapan menyusuri jalan.

Junkyu mengerutkan alisnya bingung. "Kenapa berterima kasih?"

Hyunsuk mengehela napasnya, kembali menaruh atensinya kepada Junkyu yang sudah berhenti berjalan, termasuk dirinya yang saat ini telah memposisikan tubuhnya menghadap ke Junkyu secara utuh.

"Terima kasih sudah menyukaiku," lirih Hyunsuk, terdengar teduh.

Tapi tidak bagi Junkyu. Ia membolakan matanya terkejut, hatinya seperti sedang dihujani paku yang sangat menyakitkan. Entah kenapa ia merasakan perih di relung hatinya, perkataan Hyunsuk terdengar seperti penolakan meskipun halus sekalipun. Tapi, bagaimana bisa Hyunsuk mengetahui perasaannya?

"B-bagaiman ka-"

"Itu terlihat jelas di matamu, Junkyu-ya," potong Hyunsuk.

Tak lama setelah itu, bisa Hyunsuk lihat Junkyu meneteskan air matanya. Pertahanan hatinya runtuh seketika, ia tidak tega melihat pria yang sudah ia anggap sebagai adik kandungnya sendiri itu menangis tersedu-sedu, terlebih itu karena dirinya sendiri.

Hyunsuk lantas mendekat ke arah Junkyu dan merengkuh badan rapuhnya ke dalam pelukannya. Dengan lembut tangan kiri Hyunsuk mengelus punggung Junkyu, sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk membelai rambut Junkyu halus.









"Maaf," lirih Hyunsuk.









"Maafkan aku, Junkyu-ya," tambahnya.







"Aku sudah memiliki pacar yang sangat kucintai," finalnya.













-Beauteous-








A/n:

Hai! Jika kalian sudah membaca cerita ini tidak ada salahnya untuk memberinya dukungan dengan cara vote!

Btw, aku mengubah judul book ini, dan juga cover-nya hehe, kuharap itu lebih baik.

Our Bonita [Junkyu x All]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang