Ia memandang malas tumpukan kertas yang berada di atas meja kerjanya. Ada beberapa dari mereka yang berserakan di lantai, menambah kesan berantakan tempat yang biasa disebut sebagai ruang OSIS ini. Kini jam sudah menunjukkan pukul lima sore, sedangkan pria manis itu tak kunjung beranjak dari duduknya. Sepertinya ia masih betah berlama-lama di sini, berkutat dengan laporan-laporan sialan itu.
Junkyu menjabat sebagai wakil ketua OSIS di sekolahnya. Menjadi wakil saja sudah sangat merepotkan, apalagi Jaehyuk, yang berperan sebagai ketua. Junkyu sendiri juga heran, bisa-bisanya sahabatnya itu terpilih menjadi ketua OSIS dengan sikapnya yang sangat kekanak-kanakan. Tapi biarlah, lagipula pemuda bermarga Yoon itu tidak pernah lari dari tanggungjawabnya selama ini.
Seharusnya Junkyu heran dengan dirinya sendiri, mau-maunya ia dipaksa untuk menemani Jaehyuk menjadi wakilnya, yang akhirnya dia sendiri yang repot dan merasa terbebani. Ayolah, hal ini begitu menyita waktu tidurnya. Meskipun begitu Junkyu tetap mengerjakan tugasnya hingga rela pulang larut seperti ini juga, kan? Ya, itulah Junkyu.
Pemuda Kim itu menutup layar laptopnya, ia memutuskan untuk segera menyudahi pekerjaannya dan melanjutkannya besok. Junkyu sudah sangat lelah, sebelum muak dan berujung fatal lebih baik ia segera beranjak pulang saat ini juga.
Setelah mengunci rapat pintu ruangan yang terletak di ujung koridor lantai dasar sekolahnya ini, Junkyu melangkahkan kaki menuju gerbang. Dengan menggendong ransel di punggungnya, Junkyu sesekali bersenandung bermaksud menepis rasa sepi yang menyeruap.
Sesampainya di area depan sekolah, Junkyu duduk di bangku yang memang sudah disediakan. Menikmati angin sepoi-sepoi dan semburat jingga di langit senja petang kali ini. Ngomong-ngomong, Junkyu sedang menunggu jemputan sahabatnya, Jaehyuk, yang tak kunjung datang.
Samar-samar mata bulatnya dapat melihat sejumput manusia yang masih mengenakan seragam yang sama dengan dirinya sedang bergerombol di salah satu kedai yang terletak di depan gedung sekolahnya.
Junkyu mengacuhkan hal tersebut, ia terlalu malas untuk sekadar meladeni siswa-siswa urakan yang susah diatur semacam mereka. Palingan saat ini mereka sedang menghirup nikotin dengan ditemani kopi dan juga game-online di ponselnya. Benar-benar tidak berguna, batin Junkyu.
"Kak Junkyu!"
Itu teriakan salah satu dari siswa amburadul di kedai tadi. Oh, adik kelas rupanya, batin Junkyu.
Seolah tak terjadi apa-apa, Junkyu mengabaikan teriakan itu, sebelum sebuah kalimat yang keluar dari mulut salah satu dari mereka berhasil menarik atensinya.
Dengan samar ia dapat mendengar, "ayo hompimpah, yang menang boleh nganterin Kak Junkyu balik, setuju?"
Mendengar hal itu Junkyu memutar bola matanya, jengah. Rasa muak dan ilfeel di dalam dirinya meningkat hingga menyentuh angka seratus persen. Bukannya apa-apa, tapi apa maksud dari perkataan itu, mengantarkan dirinya pulang dijadikan sebuah taruhan? Ayolah, apakah itu hal yang menarik hingga patut untuk diperebutkan, batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Bonita [Junkyu x All]
Fanfiction[JUNKYU HAREM] Sepenggal kisah tentang si Bonita, Kim Junkyu. __________________ Treasure's Boyslove Fan Fiction, a One/Two Shot Stories. koala_insom, 2021.