chapter 1

13.5K 914 38
                                    

"Bagaimana keadaanmu, Jihan?". Ucap seorang guru wanita yang juga merangkap sebagai pelatih cheerleader itu saat tiba didalam sebuah klinik sekolah.

Si gadis cantik itupun lantas mengulas senyuman tipis di wajahnya, " Sedikit lebih baik dari sebelumnya, Coach".

Seulgi—sang pelatih cheers itupun lantas menghela nafasnya perlahan. "Waktu yang kita miliki tidak banyak. Secepatnya kita harus menemukan pengganti, Jihan".

"Tapi Coach, kenapa kita harus mencari pengganti? Aku yakin kakiku bisa sembuh dengan cepat". Ujar si gadis cantik itu sembari menatap wajah pelatihnya berusaha meyakinkan.

Seulgi menggeleng pelan. Jemarinya lantas terulur mengusap lembut bahu sempit milik siswinya tersebut. "Dengarkan aku Jihan, aku akan tetap tak mengijinkanmu untuk ikut berpartisipasi dalam kompetisi meskipun kau sudah sembuh nanti. Kau masih harus memiliki waktu untuk masa pemulihanmu sendiri. Jadi sebaiknya.. kau beristirahat saja dulu ya? Kesembuhanmu adalah yang paling utama".

Pada akhirnya Jihanpun hanya dapat menganggukkan kepalanya, menyetujui ucapan sang pelatih.

"Yasudah kalau begitu, aku pergi dulu. Tapi jika terjadi sesuatu lagi segera beritahu aku".

Lantas setelahnya Seulgipun beranjak pergi meninggalkan Jihan bersama kedua temannya.

" Guys, sorry..". Ujar si gadis cantik itu begitu menatap wajah kedua teman satu timnya.

"Jangan meminta maaf. Karena itu bukan salahmu, Jihan. Lagipula musibah siapa yang tau kan?". Sahut Soojin sembari mengusap bahu temannya.

"Tapi tetap saja aku merasa sangat cemas sekarang. Siapa yang akan menggantikanku di tim? Kalian semua juga tau bukan? kalau ekskul cheers itu tidak terlalu banyak peminatnya".

Ketiga gadis cantik itupun lantas terdiam dan saling melempar pandang satu sama lain.

"Mm.. Kita bisa pikirkan lagi hal itu nanti". Ujar Soeun sembari mengulas senyum tipisnya.

'Braak'

Suara bantingan pintu yang cukup keras itupun sontak saja membuat ketiganya terperanjat.

" Kak Jungwon..". Lirihnya.

Pemuda manis itupun lantas berjalan menghampirinya.

"Apa yang terjadi sebenarnya? Ya Tuhan... Kakimu!". Ujar Jungwon begitu maniknya jatuh menangkap sebuah kain perban yang telah membalut luka di kaki sang Adik.

Jihan lantas menatap wajah saudara laki-lakinya itu sembari menggigit bibir bawahnya. Jujur saja, ia merasa takut sekarang. Karena bagaimanapun juga, Jungwon adalah salah satu orang yang paling menentang keinginannya untuk bergabung dengan grup pemandu sorak.

"A-aku kehilangan keseimbanganku saat akan melakukan jump dan ya... seperti inilah akhirnya". Tutur Jihan sembari mempoutkan bibirnya lucu.

" Jangan marah, ya?". Cicitnya sembari bergelayut memeluk lengan sang Kakak.

Jungwon hanya dapat menghela nafas beratnya perlahan. Sebenarnya ia sangat ingin meluapkan amarahnya namun begitu melihat keadaan Adiknya saat ini, ia merasa cukup iba.

cheerleader | jaywon (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang