That Summer... We Fell in Love

4.2K 290 3
                                    

1 Juni, permulaan musim panas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1 Juni, permulaan musim panas.

Jam 2 siang, puncak teriknya matahari.

Jeno mengemut es lolinya sembari menggenjot sepedanya menaiki tanjakan menuju bukit kecil di belakang sekolah.

Di belakangnya Jeno membonceng Jisung, yang menghadap ke belakang dan menyenderkan kepalanya pada punggung sang kakak kelas.



Mereka berjanji untuk menghabiskan sore mereka berburu kumbang gunung untuk tugas musim panas Jisung.

Setelah beberapa genjotan yang cukup menguras tenaga Jeno, mereka tiba di sebuah kuil kecil yang tak berpenghuni.

Mereka memutuskan untuk berteduh sejenak di sana sebelum mulai mencari kumbang gunung.



Jisung turun dari boncengan Jeno, dan bocah bersurai ungu pudar itu menghempaskan tubuhnya pada sisi bangunan kuil yang tertutup rimbunnya pohon.

Jeno dapat melihat bagian punggung kemeja putih sang adik kelas basah karena keringat, namun tidak seburuk keadaan kemejanya sendiri.

"Hei" Jeno menawarkan es lolinya kepada Jisung, karena bocah itu sudah menghabiskan esnya selama perjalanan tadi.



Jisung menggelengkan kepala untuk menolaknya, dan menyuruh Jeno untuk duduk di sebelahnya—ingin mencari senderan, katanya.

Jeno tertawa dan meledek "tidak mau~" sambil menjulurkan lidahnya seperti anak kecil.

Namun saat Jisung memanyunkan bibirnya, dengan patuh Jeno duduk di sampingnya dan membiarkan yang lebih muda menyenderkan bebannya pada Jeno.



Panas terik, tubuh yang lengket karena keringat saling bersentuhan. Rasanya tidak enak, tapi Jeno tidak memperdulikannya karena itu adalah Jisung.

"Hyung" panggil Jisung tanpa menoleh sedikitpun kepada Jeno.

"Apa" Jeno sendiri pun membalas tanpa menoleh ke arah yang lebih muda.



Ada jeda yang cukup mengusik hati, sehingga Jeno menoleh ke arah Jisung ingin memastikan anak itu baik-baik saja.

"Jangan lihat kemari!" Seru Jisung yang suaranya sedikit bergetar. Entah apa yang sedang ada di pikiran Jisung, hingga suaranya bergetar seperti itu?

"...kudengar hyung mau pergi dari kota ini?" Ah, rupanya mengenai rencana kepindahan Jeno ke kota Asan.



Bukannya Jeno tidak betah tinggal di Sokcho. Teman-temannya—Haechan dan Jaemin, semuanya melanjutkan studi mereka di kota ini.

Kota pesisir yang dipenuhi dengan keindahan alam yang begitu lengkap; pantai, bukit dan danau, menghiasi kota ini bagai intan permata.

Namun Jeno memiliki cita-cita yang lebih dari sekedar keindahan itu, yang tidak akan bisa dicapai di kota kecil seperti Sokcho ini.



Where our Stars MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang