When the Last Flower Blooms Pt 1

1.8K 198 24
                                    

"Jeno-ya, kau sedang melihat apa?" Tanya Renjun, siluman rubah yang sedang bertengger di salah satu dahan kokoh milik Jeno si roh pohon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jeno-ya, kau sedang melihat apa?" Tanya Renjun, siluman rubah yang sedang bertengger di salah satu dahan kokoh milik Jeno si roh pohon.

"Kau lihat pemuda kurus itu?" Tanya Jeno sembari menunjuk pemuda kurus tinggi yang sedang duduk di pinggir jendela rumah sakit tua itu.

Renjun menganggukan kepalanya pelan, telinga rubahnya bergerak-gerak dengan lucu. "Kau kenal dengannya?"



Jeno menggelengkan kepalanya. "Tidak, tapi sepertinya dia memiliki kemampuan khusus"

Renjun menoleh ke arah Jeno yang melompat turun dari dahan di sebelahnya, lalu melompat turun mengikuti si roh pohon itu.

Renjun mengikuti arah pandang Jeno, pemuda berbaju rumah sakit itu tengah terbatuk-batuk dengan cukup kronis. Renjun mengernyit seakan bisa merasakan penyakit pemuda itu.



Kemudian si pemuda itu merapatkan jaket yang tersampir di bahunya, angin yang berhembus masih dingin padahal sudah memasuki bulan April.

"Kelihatannya dia manusia biasa, Jeno-ya. Kemampuan khusus darimana?"

"Kau tidak tahu, Renjun-ah. Senyumnya bisa memekarkan bunga-bunga yang tumbuh di pohonku!" Jelas Jeno dengan excited.


Pasalnya, sudah bertahun-tahun lamanya bunga di pohonnya tidak kunjung bermekaran.

Baru kali ini pohonnya berbunga, dan kali ini warna bunganya adalah yang terindah yang pernah ia lihat seumur hidupnya.

"... Jeno-ya. Kalau menurutku, itu bukan karena kekuatan manusia itu"

"Apa maksudmu, Renjun-ah?"


"Kapan pertama kali bunga mulai bermekaran di pohonmu?"

Jeno terdiam sejenak, menghitung hari dalam kepalanya sebelum akhirnya menjawab dengan penuh percaya diri.

"Sejak pemuda itu dirawat di sini! Kan, dia memiliki kekuatan khusus, Jun!" Seru Jeno, semakin excited.


"Haa," Renjun menghela nafasnya karena roh pohon ini benar-benar tidak menyadarinya.

"Bunga-bunga di pohonmu bermekaran bukan karena kemampuan khusus yang dimiliki pemuda itu. Melainkan, karena perasaanmu kepada pemuda itu!"


🌺🌺🌺


"Pagi Jisung-ssi" sapa Mark sang dokter resident yang ditugaskan untuk mengambil sampel darah Jisung setiap paginya.

"Pagi, dok. Hari ini berapa tube lagi?" Tanya Jisung pasrah sembari menepuk-nepuk siku bagian dalamnya guna mempersiapkan nadinya agar tidak terkejut saat jarum suntik menembusnya nanti.

Mark memaksa senyumnya. Hatinya mencelos saat melihat lengan Jisung yang dipenuhi dengan luka bekas jarum suntik.



Pemuda itu baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke dua puluh, beberapa bulan yang lalu. Dan kini, ia harus menghabiskan sisa harinya di rumah sakit tua renta ini.

Where our Stars MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang