Nana, gadis itu sedang duduk memegang handphone miliknya sambil memutar musik dengan alunan yang lembut. Lagu tahun 60an.
I love you because you understand, dear...
Every single thing i try to do...
You're always there to lend a helping hand, dear...
I love you most of all because you're you...
No matter what the world may say about me...
I know your love will always see me through..
...
I love you because - Jim Reeves
Nana menghela napas, saat mendengar lantunan demi lantunan.
"Kisah cinta yang indah...Apakah suatu hari aku bisa mendapatkan kisah cinta yang indah? Tapi aku takut. Kisah cinta yang aku impikan bagaikan dongeng pengantar tidur yang tidak nyata."
Nana gadis itu menatap langit langit kamarnya dengan tatapan bimbang. Ia menghela napas kasar mengingat semalam cerita novel buatannya ditolak karna tidak mendapatkan feel apapun. Padahal ia sudah bersusah payah membuatnya.
'Apa benar aku harus mencoba membuka hati dan mencoba menjadi layaknya remaja pada umumnya? Aku merasa ragu...' Batinnya.
Ia merasa akhir akhir ini dirinya sangat membosankan. Sepertinya ia butuh udara segar untuk menyejukkan diri. Gadis itu lalu bangkit dari posisinya saat ini dan mengambil jaket berwarna merah yang ia gantung di kursi meja belajarnya.
Ia menuruni tangga sembari memakai jaketnya lalu memakai sneakers miliknya. Ia keluar dari rumah tak lupa mengunci pagar dan pintu.
Gadis itu hanya berjalan jalan dengan santai sembari menikmati udara sejuk sore hari yang menusuk kulitnya. Ia tak terlalu merasakan dingin, karna ia memakai celana dengan bahan yang lumayan tebal serta panjang.
Ia mampir sebentar ke minimarket untuk membeli beberapa camilan. Saat hendak menuju kasir untuk membayar Nana tak sengaja menabrak seseorang.
"Ah maaf, apakah anda baik baik saja?" Tanya orang itu dengan suara yang terdengar berat namun masih tergolong lembut.
Nana menengok perlahan menatap orang tersebut. Nana sempat terkejut sekaligus bingung.
"Kamu? Loh kamu anak yang dibully di sekolah tadi kan?" Laki laki itu nampaknya juga sedikit terkejut namun sepersekian detik ia tersenyum dengan sangat manis.
"Iya, saat itu maaf aku sangat merepotkan mu dan teman mu." Nana yang melihat senyuman laki laki itu entah mengapa bibirnya jadi ikut terangkat.
"Tidak sama sekali, kenalin nama aku Naira Aurelie kamu bisa manggil aku Nana, kalau kamu?" Ujar Nana dengan ramahnya.
Tentu saja dibalas tak kalah ramah oleh pria dihadapannya. "Nama ku Arka Deandra, kamu bisa memanggil ku Awan." Nana mengernyit bingung.
"Jauh banget nama panggilannya."
Awan hanya terkekeh. "Emang kenapa? Kan biar keren gitu."
"Oiya, kamu kesini sendirian? Emang mau beli apa?" Tanya Nana yang seperti menelisik isi keranjang laki laki dihadapannya.
"Gak sendirian kok, aku bareng sepupu. Cuma mau beli perlengkapan rumah yang harus dibeli kebetulan sepupu juga mau kesini jadi bisa sekalian dibantuin deh." Lagi lagi Awan menampilkan kekehannya.
Entah mengapa Nana yang biasanya tak suka jika diajak berbicara tiba tiba menjadi seseorang yang suka berceloteh. Ia tak henti hentinya bercanda bercerita dengan Awan bahkan sampai mereka berdua selesai berbelanja.
KAMU SEDANG MEMBACA
°° NOT PERFECT °°
Romance~° Di dunia ini banyak takdir yang tak bisa di lawan ataupun kita rubah. Yaitu ketidak sempurnaan, tak ada manusia yang sempurna. Bahkan seseorang yang kita anggap sempurna sekalipun belum tentu sempurna dimata orang yang melihatnya. Ketidak sempurn...