3

2 0 0
                                    

Di jalan menuju gerbang sekolah, Arini mendengar ada yang memanggil namanya. Ia menoleh kebelakang tepat suara itu berasal. Dilihat kedua sahabatnya itu menghampirinya.

"Rinn lo kok ga cerita ke kita kalau selama ini lo di bully" Ucap Dara.

"Kok lo tega si Rin, Kita sahabat kan? Tapi gue bisa ga tau kalo teman gue sendiri menderita gini" Timpal Azka.

"Gue ga mau tambah beban pikiran kalian, gue tau selama ini udah cukup membuat kalian jadi ikut terlibat dengan keluarga gue, jadi gue pikir ini semua benar."Jawab Arini.

"Rinn asal lo tau, yang ada dipikiran gue saat ini adalah sahabat macam apa gue, temannya sendiri butuh sahabat untuk bersandar untuk meluapkan kekesalannya tapi gue nya malah asik pacaran."Pinta Dara.

"Dar udah yaa, gue gapapa kok, baju gue cuma basah doang."Ucap Arini sambil menepuk pelan siku Dara.

"Yaudah sekarang lo pulang bareng gue aja" Tambah Azka.

"Iyaa lo pulang sama Azka aja"

Arini mengangguk dan mengikuti Azka menuju parkiran motor. Mereka pulang bersama tanpa ada yang membuka suara untuk mengeluarkan sepatah kata apa pun. Arini juga sekarang merasa sangat lelah, yang ada di pikirannya hanyalah untuk cepat sampai dirumah dan segera beristirahat.

Azka menepikan motornya di depan pagar rumah Arini dan menatap Arini dengan tatapan teduh.

"Rinn...sahabat itu gak ada di saat senang aja Rin, mau susah atau seburuk gimanapun, kita bakal ada Rinn buat lo. Jadi lo jangan pikir ini semua jadi beban kami, kalo emang lo nya belum siap cerita ke kita, oke gapapa gue bakal nunggu lo siap, pokoknya lo jangan pernah mikir gitu lagi, lo ga sendiri lo ada gue, ada Dara juga. Jadi pliss Rin, gue sedih liat lo begini." Ucap Azka.

"Iyaa ka makasih, gue tau gue salah maaf kalo gue jadi ga mikirin kalian, maaf juga udah buat kalian jadi khawatir gini, nanti gue bakal cerita kok...Yaudah gue masuk yaa, lo hati hati"

"Iyaa rin okee byee"

"Byee"

Hingga suara motor Azka tidak terdengar lagi, Arini pun sudah berada di dalam rumahnya. Sepi, seperti inilah kehidupan Arini setiap harinya, hanya ada dirinya sendiri disini. Lagi lagi Arini hanya bisa tersenyum getir melihat keadaannya sekarang.

Kak Rasa Arini rindu kakak, kakak kapan pulang. Papa, mama Arini sebenarnya gak kuat disini sendiri, Arini hanya pura pura kuat disaat kalian bertanya mau tinggal dengan siapa.

Arini takut disini sendiri...
Arini pengen keluarga kita kayak dulu lagi...

***

Disisi lain Rasa bekerja di kafe keluarga Zino tiap pagi hingga sore. Ia juga belum tahu kalau Zino satu sekolah dengan Arini. Sudah beberapa bulan ini, Rasa tinggal sendiri meninggalkan keluarganya. Bahkan hingga detik ini orang tuanya tidak pernah mencarinya. Walaupun tinggal di rumah kecil yang sangat berbeda jauh dengan lamanya, tidak membuat Rasa susah beradaptasi. Karena dari kecil ia tidak pernah terlalu bermanja dengan kekayaan orang tuanya. Sebenarnya Rasa merindukan Arini, tapi ego nya untuk kembali sangatlah besar, rasa kecewa yang telah dibuat oleh orang tuanya sangat membekas bagi Rasa.

"Pak ini ditaruh dimana" tanya Rasa kepada sang punya kafe.

"Di situ aja Ras" Seraya menunjuk meja di belakang Rasa.

AriniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang