Hamil

18.4K 586 8
                                    

"Aku hamil!" lirih Arumi sembari membekap mulutnya dengan telapak tangannya sendiri.

Gadis itu meremas benda kecil panjang yang telah menunjukkan dua garis merah digenggaman tangannya. Hingga ia tak kuasa membendung butiran air mata yang menetes dari sudut mata bulatnya.

Kejadian naas malam itu pun kembali melintas di dalam memori otaknya.

Satu bulan yang lalu.

Waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Saat hujan begitu deras mengguyur bumi, kilat dan petir saling menyambar.

Rumah besar ini semakin terasa sunyi karena majikan perempuannya telah pergi ke luar Negeri untuk melakukan pekerjaan sebagai seorang desainer.

Arumi mengeratkan selimut di tubuhnya karena udara dingin yang kian menusuk kulit. Baru beberapa saat terlelap samar-samar Arumi mendengar suara bell pintu berbunyi. Arumi menajamkan pendengarannya karena suaranya terganggu dengan suara hujan.

"Astaga, mungkin Pak Raka sudah pulang!" Arumi pun melompat dari tempat tidur dan berlari ke ruang depan.

Arumi memutuskan untuk mengintip dari jendela dengan sedikit menyibak gorden-nya guna memastikan siapa yang telah memencet bell sebelum membuka pintunya.

Ternyata benar orang yang tengah berdiri membelakangi pintu saat ini adalah sang pemilik rumah, Raka Herlambang. Arumi pun bergegas membukakan pintu untuk majikannya.

Ceklekk-

"Maaf Pak Raka. Kalo saya lama buka pintunya," ucap gadis itu sopan.

Arumi meminggirkan tubuhnya untuk memberi akses jalan kepada majikannya itu agar bisa segera masuk ke dalam rumah.

Namun, Raka tetap bergeming menatap gadis di hadapannya itu dengan sorot mata yang tidak bisa diartikan. Penampilan pria itu terlihat sangat berantakan, jauh berbeda dari biasanya. Matanya tampak memerah dengan rambut acak-acakan. Serta tiga kancing atas kemeja yang sengaja dibiarkan terbuka hingga sedikit memperlihatkan dada bidangnya.

Tiba-tiba Raka menyentak tubuh mungil pembantunya itu ke dalam dekapannya. Meraup bibir gadis itu dengan ganas hingga membuatnya kesulitan bernafas.

"Mmph ... mmph ... mmph!"

Arumi yang mendapat serangan mendadak itupun tidak bisa berbuat banyak. Ia berusaha berontak dengan memukuli dada bidang Raka agar menghentikan aksinya.

"Lepasss ... mmph tolong mmph lepaskan sa-saya!" mohon Arumi disela ciuman Raka.

Raka yang sudah di sulut gairah semakin menyerang Arumi dengan brutal. Bahkan ia menggiring tubuh Arumi untuk masuk ke dalam salah satu kamar tamu yang berada di lantai dasar tanpa melepas ciumannya tersebut.

Cekalan tangan Raka semakin menguat saat Arumi berusaha melepaskan diri. Mungkin akan menimbulkan bekas esok hari. Dengan tidak sabar Raka menghempas tubuh Arumi ke atas ranjang king size dan segera menindih tubuhnya.

"Lepaskan! Tolong ... jangan!"

Arumi yang mulai melemah karena kehabisan tenaga membuat Raka semakin leluasa menguasai tubuh gadis itu. Dengan beringas Raka merobek baju yang melekat di tubuh Arumi tanpa mau  memperdulikan rintihan dan isak tangis gadis itu agar dapat dilepaskan.

"Tidak ... jangan ... tolong lepaskan saja! Saya mohon!"

Raka semakin kalap melihat tubuh polos Arumi yang ada di hadapannya. Hingga ia tak kuasa untuk segera melakukan penyatuan tubuh.

"Tidakkkkkkk ...!"

Malam ini menjadi saksi bisu bagaimana seorang Raka mengambil kehormatan Arumi secara paksa dan menyakitkan.

*****

Keesokan harinya Arumi terbangun sendirian di atas sebuah ranjang besar. Yang bisa dipastikan bukan ranjang milik pembantu seperti dirinya. Gadis itu mengamati keadaan sekitar sembari berusaha mengumpulkan kembali ingatannya. Arumi terperanjat saat ia melihat semua bajunya tergelak di lantai dengan mengenaskan.

"Pak Raka! Hiks hiks hiks!" Arumi baru menyadari apa yang telah terjadi padanya semalam dengan sang majikan.

Pandangan matanya mencari sosok yang semalam telah berhasil membawanya berada ke tempat ini tapi nihil. Pria itu pergi begitu saja setelah berhasil menghancurkan masa depan seorang gadis.

Arumi baru menyadari bahwa ia hanya memakai sehelai selimut untuk menutupi tubuhnya saat ini. Tidak ada sehelai benang pun yang melekat di tubuh polosnya. Antara sedih, takut dan juga kecewa yang Arumi rasakan saat ini. Kejadian semalam merupakan mimpi terburuk baginya.

"Apa yang telah Pak Raka lakukan padaku. Kenapa ia tega melakukan ini? Hiks! Hiks! Hiks!"

Dengan langkah tertatih Arumi memunguti pakaiannya yang tercecer di lantai dengan menahan sakit di sekujur badan terutama di bagian bawah tubuhnya. Dan segera meninggalkan kamar yang menjadi saksi bisu hilangnya kegadisannya.

Flashback off

Tok ... tok ... tok!

Suara pintu diketuk dari luar membawa Arumi kembali alam sadarnya.

"Arumi apa kamu di dalam, Nak. Kenapa lama sekali?" Suara Bi Tun memanggil.

Dia seorang wanita paruh baya yang merupakan asisten rumah tangga senior di rumah besar ini. Orang yang sudah dianggap Arumi seperti orang tua sendiri. Karena wanita itu lah yang paling dekat dengan Arumi sejak bekerja di kediaman Herlambang.

Arumi adalah seorang gadis yatim piatu sejak berumur 10 tahun. Ia dibesarkan oleh Paman dan Bibi-nya di desa. Saat berumur 15 tahun Arumi sudah hijrah ke kota besar untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga, atas ajakan salah satu tetangganya yang sudah sukses dalam perantauan.

Karena hanya lulusan sekolah dasar, menjadi asisten rumah tangga merupakan satu-satunya pekerjaan yang bisa Arumi dapatkan. Namun, gadis lugu itu mempunyai kesempurnaan fisik di atas rata-rata gadis desa lainnya.

Bentuk tubuhnya yang porposional, dengan wajah cantik natural tanpa polesan make up. Dan memiliki kulit kuning langsat khas gadis pribumi pada umumnya.

"Iya sebentar Bi, Arum lagi sakit perut," jawab Arumi memberi alasan.

"Apa kau butuh obat? Bibi punya obat sakit perut jika kau mau?" Terdengar nada cemas dari suara wanita paruh baya itu, kepada gadis yang kini sedang meringkuk di dalam kamar mandi.

"Tidak usah Bi terima kasih, ini cuma sakit perut biasa kok." Sekuat tenaga Arumi menahan isakannya.

"Ya sudah Bibi mau pergi ke pasar dulu. Bu Nadia nyuruh belanja keperluan dapur," pamit Bi Tun kemudian.

Nadia adalah majikan perempuan Arumi yang juga merupakan istri Raka. Ia berprofesi sebagai seorang desainer terkenal. Sudah 2 tahun Arumi bekerja di rumah besar keluarga Herlambang. Setelah Arumi keluar dari pekerjaan lamanya, dengan alasan majikan lamanya sudah bangkrut, dan tidak mampu menggajinya lagi.

"Baik Bi hati-hati," jawab Arumi dari dalam kamar mandi.

Air mata Arumi kembali menetes setiap kali mengingat kejadian malam naas itu. Sementara orang yang telah membuat kehancuran untuk masa depannya, seakan acuh bahkan lebih terkesan menghindar.

Beberapa kali Raka membuang muka jika mereka tak sengaja berpapasan. Sebenarnya Arumi juga ingin menghindari laki-laki yang telah menghancurkan hidupnya itu. Tetapi tanggung jawab pekerjaannya yang membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa. Apalagi ia hanya seorang pembantu di rumah ini.

Terkadang Arumi bertanya-tanya apa kesalahannya. Bukan kah dialah korban di sini, dan dia merupakan pihak yang paling dirugikan.

Apalagi saat ini telah tumbuh janin di dalam kandungannya. Darah daging Raka sang majikan. Arumi bingung harus berbuat apa. Haruskah ia berkata yang sebenarnya kepada Raka. Dan apakah Raka mau menerima kehadiran anaknya nanti.

Anak Dalam Sengketa (Pindah Ke Dreame/Innovel) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang