Bab 1

73 14 3
                                    

"Dasar wanita brengsek!!" Bentak Tasya.

Suara nyaring itu nyaris membuat orang sekeliling jantungan. Bagaimana tidak? Disaat orang orang bersantai karena lelah akan aktivitasnya justru mereka terganggu oleh bentakan Tasya kepada Aurel.

Semua memandang seperti mereka sudah terbiasa melihatnya, melihat dua gadis yang selalu bersama tapi sering mempermalukan satu sama lain di tempat terbuka.

Tasya Syafitri. Dimana ada dia, disitu ada Aurel Andini, dua manusia yang tak bisa akur karna masalah cinta.
Kedua-Nya teman dekat, tapi masalah perkataan? Mereka tak pikir rasa malu dan tempat. Selalu saja asal bicara.

Bentakan Tasya tadi membuat Aurel tersipu malu, ia seolah menjadi sorot pandang karena ucapan yang menyebutnya "Wanita brengsek".

Mereka satu sekolah di sekolah SMA, hanya saja keduanya berbeda kelas. Tapi meskipun berbeda kelas rasanya sama saja seperti neraka bagi Aurel yang memiliki teman seenaknya seperti Tasya. Tak hanya Aurel, Tasya pun merasakan berteman dengan Aurel hanya membuatnya merasa membuang buang waktu.

Tapi ada saja semacam itu, saling merasa terugikan, tapi tidak mau berpisah.

Tasya yang membentak Aurel di kantin itu hanya sebuah kesalah pahaman, ia merasa Aurel menandinginya. Padahal Aurel tak suka sama sekali kepada lelaki yang di bucini Tasya, baginya lelaki itu lelaki biasa bukan tipenya sama sekali.

Tasya yang bersifat keras itu tak hanya diam membentak, ia juga menarik kerah baju Aurel hingga kancingnya terlepas satu.

"Mana hp lu?! Gua mau liat, jangan jangan lu DM Andre juga. Iya kan?!" Teriak Tasya.

"Sumpah gua ga nge DM Andre, lagian dia bukan cowo tipe gua!"

"Gada bukti, gua ga percaya. Meskipun lu temen gua sendiri, jaman sekarang banyak temen makan temen"

Tasya semakin menjadi, ia buta karena terobsesi kepada Andre. Karena tak ada satupun chat yang dibales Andre kepadanya, terlebih sekarang dia tahu bahwa Andre diam diam menyukai Aurel.

Aurel yang bersifat lugu itu sebenernya sudah biasa menghadapi tindakan Tasya, tapi ia takut kalo lidah Tasya memutar balikan fakta jika ditanya kepala sekolah.

Di sekolah itu tak ada seorang pun yang mau berteman dengan Tasya, bisa dilihat dari wataknya. Dia terlalu over dalam pilihan, dan suka seenaknya jika sudah berteman.

"Sumpah" lirih Aurel.

"Mana hp lu?!"

Dengan rasa emosi Aurel menyodorkan Hpnya, yang baru saja ia ambil dari saku. Dan menyerahkannya sesuai permintaan wanita itu.

Namun siapa sangka? Seorang Aurel yang bersifat lugu itu mampu membuat Tasya tertekan.

"Puas lu hah?! Mempermalukan gua seenaknya, dateng kalo butuh?! Puas sekarang?! Jawab gua Tas. Gua ngomong ama lu bukan sama tembok, lu punya mulut kaga?!" Teriak Aurel yang membuat Tasya tersipu malu didepan umum itu.

Tasya terdiam, seketika.
Tapi dia juga merasa tidak ingin kalah. Setelah Aurel pergi meninggalkannya dia malah membanting hp Aurel. Sudah pasti rusak, bantingan Tasya tidak main kerasnya.

Langkah Aurel hanya untuk membuang air mata, dia merasa malu yang tiap hari tak pernah absen di permalukan temannya itu.
Ia sudah tak mengerti bagaimana cara membeli hp baru atau membawa hp yang rusak itu ke konter, tabungan-Nya pun sudah habis untuk biaya obat ibunya.

"Aurel,.." Teriak seorang dari kejauhan.

Aurel yang meneteskan air mata itu, tak ada niat menghentikan langkahnya. Ia terus berjalan sampai halaman belakang, tapi?

DEAR "A"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang