Part 3

24 4 0
                                    

Hai, readers!!
Dipart 3 ini aku nyeritain dari sudut pandang Faris yaa..

Jangan bingung, oke? Dipart 1 dan 2 sudut pandang Sania dan rencananya 2 part kedepan dari sudut pandang Faris yaa..

Terimakasih dan selamat membaca!!

______________________________

Faris POV

Hari jumat jam 12.00
"Hayya 'Alah falaah.. Hayya 'alal falaah.. Allahu akbar Allahu akbar.. Laa ilaaha illa Allah"

Suara adzan shalat jumat berkumandang keras. Mengumandangkan adzan itulah tugasku. Di Mushala Bangsa. Suara ayat suci al-Quran mengalun indah. Hening tentram susana saat ini. Sedikit terdengar suara ketawa ketiwi dari arah mushala putri. Angin bertiup sepoi-sepoi. Menambah kesejukan shalat jumat siang ini. Tak lupa, setelah shalat berdzkir terlebih dulu.

'Astagfirullah al-adzim.. Astagfirullah al-adzim.. Astagfirullah al-adzim.. Alladzi laa illaaha illa huwal hayyul qayyumu waatuubu ilaihi min jami'il ma'ashi wadzzunubi walaa haula walaa quwwata illa billahil 'aliyyil adziim'

Eh iya, namaku Faris Abrimansyah. Biasa dipanggil Faris. F A R I S. Sudah kebiasaan, namaku harus kueja agar tidak kebalik antara F dan V. Sekolah di SMA Bangsa. Kelas 10 IPS 1. Tinggi 170 cm.

Baru-baru ini, aku terpilih menjadi anggota paskibra. Hm, dan juga selalu latihan disetiap sepulang sekolah.

Akhir-akhir ini pula, aku merasa banyak cewek eh salah (kalau di tonti nggak boleh bilang 'cewek' yang benar 'perempuan' atau 'putri'). Aku merasa banyak perempuan yang mendekat ke aku. Mulai dari menaruh cokelat di lokerku, lebih parahnya lagi ada yang jarinya berdarah-darah kemakan saat aku melewati mereka. Apa aku terlalu tampan?

Karena aku tak tertarik kepada mereka, teman-temanku akhirnya membicarakan tentang Sania. Entah apa yang merasuki mereka. Setiap aku didekat mereka, selalu saja membahas Sania. Entah itu 'Sania itu cantik, pinter, intinya sempurna! Masa mas Faris Abrimansyah tak tertarik dengan mbak Sania Anastasya'. Bosan mendengar itu setiap hari.

Hari ini, pagi tadi. Aku tengah duduk santai menikmati angin pagi di mushala. Aku melihat sosok yang namanya Sania itu. Dia sedang latihan basket. Terlihat Via sedang berteriak menyemangati Sania. Ternyata dia teman dekatnya Via. Cantik seperti yang dibilang teman-temanku. Tapi tak tau bagaimana sifat aslinya.

"Apa aku minta nomornya ke Via?"
"HA!!"

Semua teman-temanku kaget mendengar perkataanku.

"Kalian kenapa seh?" Tanyaku dengan logat jawa timur.
"Tadi kau bilang minta nomor ke Via, nomornya siapa?" Tanya Dito dengan logat kalimantannya.
"Ha? Emang aku bilang itu tadi, salah denger kalian. Miss Rose minta nomornya Via"
"Ooo" Jawab mereka serempak.

Hampir saja aku ketahuan. Kalau mereka tau, bisa-bisa aku dibullynya. Segeralah kuchat Via.

Me : P
Me : P

Via : Hm, kenapa?

Me : Punya nomornya Sania?

Via : Eits, untuk apa?

Me : Mau tanya tentang materi olimpiade.

Via : Oh, sebentar.
Via : Via send contact.

Me : Thanks.

Via : sama-sama.

Aku dan Sania sekelompok dalam olimpiade matematika. Sudah 2 hari ini diumumkannya tentang kelompok itu. Tapi aku belum mengabarinya. Malam ini akan kucoba test contact dengannya.

Test Contact!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang