Part 4

17 2 0
                                    

Aku dan Sania sekelompok dalam olimpiade matematika. Sudah 2 hari ini diumumkannya tentang kelompok itu. Tapi aku belum mengabarinya. Malam ini akan kucoba test contact dengannya.

***

Setelah 2 jam kurang latihan baris-berbaris di sekolah, aku bisa merasakan kasur yang empuk. Lelah pun terasa. Beruntungnya, jarak rumahku hanya 5 Km dari sekolah. Tadi, kubawa sepedaku dengan kecepatan cepat.

Kusegera mandi, untuk menghilangkan lelahku ini. Saat baru saja keluar kamar, tiba-tiba terdengar suara teriakan umi.

"Ris, umi mau kumpul kajian. Nanti makan malamnya, ambil saja di meja makan yaa"
"Iya, hati-hati umi"
"Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam"

Setelah umi pergi, kuberjalan menuju kamar mandi. Lalu shalat maghrib dan mengaji. Setelah beribadah, aku pun makan malam sendirian.

Ada yang bertanya, abiku dimana?
Hm, abiku sudah tiada. Disini hanya ada aku dan umiku. Aku ditinggal abi saat masih berumur 3 tahun.

Setelah makan malam selesai, aku kembali ke kamar. Membuka buku, melihat-lihat tugas apa saja yang harus diselesaikan. Kutulis semua jawaban tugas itu.

Ditengah-tengah fokusnya mengerjakan, aku teringat. Aku harus test contact dengan Sania.
Kunyalakan handphone dan data selulerku. Kubuka aplikasi chat Whatsapp. Kusimpan nomornya, lalu kukirim chat padanya.

Me : Save + tc

Me : Faris

Tak lama kemudian, dia pun membalas.

Sania : Anak basket?

Me : Bukan, anak tonti.

Sania : Owh, ok.

Me : mksh ya.

"Hm cuma diread, yasudahlah mungkin dianya sibuk nugas. Apa dia sempurna seperti yang dibilang Dito?"
…………………………………………


Hari Senin jam 03.00

"Hoamm, alhamdulillah"
Aku terbangun karena suara alarm yang bedentum di telingaku. Segera aku shalat tahajud berjamaah dengan umi. Makan sahur hari kali ini ditemani umi, karena hari ini seperti biasa aku akan puasa sunnah. Umi sebenarnya tidak ikut puasa, tapi umi kukuh ingin memasakkan sahur untukku. I love you, umi.

Jam 06.45

Aku sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Berpamitan dengan umi. Lalu kukayuh sepeda hitamku dengan cepat. Setelah bersepeda selama 7 menit, akhirnya aku sampai di sekolah.

Tiba-tiba Dito memanggilku.
"Hey Faris!!"

Aku menghampirinya,
"Hey, ada apa bro?"
"Kau jadi pemimpin upacara pagi ini, sudah biasakan?"
"Hm oke siap" Jawabku singkat dengan ketawa kecil.

Jam 07.00

Membakar diri bersama matahari pagi yang walau belum menyengat tapi tetap saja panas.  Pantat ini rasanya cuma mau menempel di bangku saja. Dinginnya pendingin ruangan di dalam kelas semakin membuatku enggan untuk ikut upacara bendera. Apalah dayaku untuk menolak ini.

"Upacara bendera hari senin tanggal.. akan segera.. kelompok menyiapkan.." suara protokol yang tidak terlalu lantang.

Aku harus menempatkan diriku secara profesional. Memimpin upacara Ini dengan baik. Waktu pun terasa cepat berlalu.

"Untuk amanat istirahat ditempat graak!" Teriakku saat amanat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Test Contact!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang