01

20 1 0
                                    


Sisa hujan semalam masih membasahi jalan, butiran butiran air pun masih menggantung didaunan. Ditambah sang mentari yang terlalu enggan menampakkan diri. Suasana pagi yang sangat pas untuk bermalas malasan. Harusnya Rere masih meringkuk di balik selimut tebalnya sambil memeluk guling kesayangan. Sayangnya tugas bejibun ditambah ulangan harian matematika memaksanya untuk bergegas pergi ke sekolah.

"Tumben Re, Semangat banget jam segini udah siap" ucap mamanya yang sedang menyiapkan sarapan.

"Palingan mau nyiapin contekan ulangan ma" papanya menyahut sambil terkekeh pelan.

Rere memanyunkan bibirnya. "ih pagi-pagi jangan bikin bad mood deh pa, lagian anak papa yang super cantik ini gak mungkin dong bikin contekan. dah aku berangkat dulu" ucapnya sembari mengambil 2 potong roti di meja.

"Gak mau dianterin nih Re ?" tanya Papanya.

"Gak perlu pa, Rere mandiri kok. Mau naik ojek online aja"

Relia Anggara. Dia cantik, namun bukan primadona sekolah. Bukan juga gadis pintar. Dia hanya gadis biasa-biasa saja. hari ini ia harus berangkat lebih pagi untuk menyalin jawaban dari PR yang sudah dibagi rata sama teman temannya. Ya, itu emang sudah jadi kebiasaan Rere dan ketiga sahabatnya. jika ada PR, mereka selalu membagi tugas untuk mengerjakannnya. Memang itu bukan hal yang baik, tapi prinsip mereka, jika pekerjaan dilakukan bersama-sama akan lebih mudah dan menghemat waktu. Selagi tidak ketahuan sama gurunya.

Harusnya Rere bisa menyalin tugas itu semalam. Tugas matematika bagiannya pun sudah selesai ia kerjakan sejak kemarin sore. tapi karena teman-temannya yang juga pemalas itu belum juga menyelesaikan bagian mereka, terpaksa dia harus menyalinnya pagi ini disekolah.

Jalanan masih lenggang. Tak banyak orang yang berlalu lalang, karena ini masih terlalu pagi untuk memulai bekerja ataupun berangkat sekolah.
sebelum sampai di sekolah, Rere menyempatkan untuk singgah di shine cafe, sebuah coffe shop 24 jam yang berada tidak jauh dari sekolahnya. sekedar membeli kopi untuk menghangatkan tubuh. Baru saja ia akan memasuki cafe, tiba-tiba ponselnya berdering.

"woyyy.. buruan datenggg!!!" suara cempreng dari sebrang telepon mengagetkannya. spontan ia menjauhkan telepon dari telinga, dan mengurungkan niat untuk masuk ke dalam cafe.

"astagaa.., suaranya tolong dikondisikan bestiee. gue masih di shine cafe nih. mau nitip nggak" jawabnya.

"hehe iya dong,, seperti biasa ya. oh iya buruan dateng gih. nanti keburu gak sempet nyalinnya"

"kalian dah selesai ngerjain semuanya kan?" tanyanya dengan ragu.

"bahasa inggris gue udah selesai semua. tugas kimia yang bagiannya Xevin juga udah. Tapi kimia yg bagiannya si kampret nih belum selesai"

"kan udah gue... " brakkkk tiba-tiba seseorang keluar dari pintu dan menabraknya. Rere terkejut, sebuah cairan hangat menumpahi seragam yang ia kenakan. meninggalkan bekas coklat di seragam putihnya. yups gak salah lagi itu pasti kopi.

gadis itu berdecak kesal lalu mengadahkan kepalanya. Nampak seorang pria tinggi yang baru saja menabraknya. cowo itu memakai jaket hitam, topi hitam. dan lebih tepatnya pakaian serba hitam.

"Sorry, gue buru-buru" ujar cowok itu dengan nada datar "ehmm.. seragam lo.. " cowok itu melepas jaketnya lalu memberikannya kepada gadis itu. Tanpa sempat Rere berbicara, cowok tersebut sudah berlari dan pergi begitu saja.

"Eh sialan..!! enak aja abis nabrak langsung cabut. Awas aja lu gue sumpahinn...." Rere menghentikan makiannya.

"Astaga Rere, jangan emosi. kan salah sendiri berdiri di depan pintu" lanjutnya pada dirinya sendiri. Rere memang tipe orang yang moodnya gampang berubah. The real of gemini. Sebisa mungkin ia menjaga moodnya, apalagi pas banyak tugas seperti ini. Sekali badmood bisa hancur nilai ulangannya, bakalan sia-sia usahanya belajar semalaman.

RELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang