02

8 0 0
                                    

"RERE, NAYA, ZEFA, XEVIN!!!" Suara lantang Bu Mega berhasil membuat seisi kelas terdiam. "bagaimana bisa jawaban tugas kalian berempat sama semua ?" Tanyanya saat sedang memeriksa PR matematika murid kelas 10 IPA 2.

Sontak seluruh mata kini tertuju ke 2 baris bangku belakang, tempat duduk Rere, Naya, Zefa dan juga Xevin.

"Eh anuu bu..ituu mm.. keknya Ibu salah periksa deh. Gak mungkin jawaban kita sama semua" Jawab Xevin dengan terbata-bata. Sedangkan ketiga sahabatnya hanya mengangguk-angguk saja, meskipun mereka sangat sangat sadar jika memang jawaban mereka sama.

Bu mega membenarkan kacamatanya yang sedikit merosot, lalu bergantian melihat ke 4 buku yang berjajar di mejanya "Ya, memang jawaban kalian tidak semuanya sama. Hanya di nomor 3 yang berbeda, itupun di hasil akhirnya. sedangkan cara pengerjaan depannya, sama" Ucap Bu Mega dengan tegas.

Rere dan ketiga sahabatnya hanya diam. Tentu saja jawaban nomor 3 mereka berbeda, karena Rere, yang mengerjakan, tidak menyelesaikan jawabanya di nomor 3. Belum menemukan jawaban yang pas katanya. Jadi ketiga sahabatnya harus menjawabnya sendiri-sendiri. Tapi, bisa-bisanya mereka melupakan satu hal yang sangat penting, bahwa guru matematikanya ini tidak bisa diremehkan. Ia sangat teliti dalam hal sekecil apapun. harusnya kemarin mereka mengerjakan PR matematikanya tanpa gotong royong.

"Kalian mengerjakannya bersama-sama kan?"

Rere,Naya,Zeva dan Xevin mengangguk bersamaan. Tak ada gunya berbohong sama guru yang satu ini. Meskipun pernyataannya tak sepenuhnya benar.

"terlalu positif thinking" bisik naya, kepada zefa, disebelahnya.

"Okelah jika jawaban kalian benar semua. Nah ini, dari 20 soal yang benar cuma 2" Ucap bu Mega, masih dengan suara lantangnya.

Kali ini giliran Naya, zefa, dan Xevin yang terkejut, mereka menatap Rere bersamaan. Sedangkan Rere hanya cengengesan seperti tanpa dosa.

"Lu sih maksa gue buat ngerajin matematika, padahal gue bodoh banget di Matematika" Ucap Rere pelan pada Xevin yang duduk disebelahnya.

"Kalo kimia kan gue jagonya, dan lo lebih bodoh lagi di kimia. Kalo bahasa inggris, emang Naya pakarnya" Jawab Xevin.

----

"Sebagai hukuman, kalian harus mempelajari ulang materi-materi yang sudah saya berikan. minggu depan saya akan memberi kalian berempat 50 soal tes matematika. Jika nilai kalian jelek di tes ini, jangan harap nilai matematika di raport bakalan bagus" Ucap Bu Mega.

Rere dan ketiga temannya terlihat muram. membersihkan semua kamar mandi akan lebih baik daripada mengerjakan tes matematika. Ini sama aja hukuman 1 minggu full. Bagaimana tidak, mereka harus benar-benar bergelut dengan matematika dalam waktu seminggu, atau nilai raport taruhannya.

###

Jam istirahat adalah waktu yang ditunggu-tunggu oleh kebanyak murid Adhikari. Apalagi setelah jam pelajaran Bu Mega, yang dua jam saja sudah berasa 2 bulan. Rere, masih dengan ketiga sahabatnya, berjalan santai menuju kantin. Suasana kantin ramai seperti biasa. Mereka segera menempati tempat duduk paling pojok, sebelum kedahuluan orang lain. Karena itu satu-satunya tempat duduk yang tersisa.

"Re, Vin kenapa kalian masih cemberut sih. lupakan sejenak tes matematika. mari nikmati mi ayamnya" Ucap Zefa, sambil menaruh mi ayam yang baru ia pesan.

Mi ayam kantin memang menggiurkan, selalu jadi makanan tervaforit di kantin. Biasanya Rere yang paling antusias menikmati mi ayam yang menurutnya langka ini. Karena tidak setiap hari mereka bisa menikmatinya karena sering kehabisan. harusnya mereka bersyukur bisa menikmatinya hari ini.

"Keknya hari ini, hari sial gue deh" gerutu Rere "tadi pagi ada cowo numpahin kopinya ke seragam gue, terus buku matematika gue ketinggalan, ya untung sih ada yang nganterin balik ke rumah. dan sekarang dapet omelan plus hukuman dari bu mega"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang