09

0 1 0
                                    

"Kita mau ke mana?"

"Ke tempat biasa. Gak papa, kan?" Agnia hanya membalasnya dengan gelengan pelan menggumamkan kalimat 'Gak apa-apa'.

Setelah sampai tujuan—tempat dimana Irhab menyatakan cintanya pada Agnia—mereka berdua segera turun dari mobil. Agnia berlari kecil untuk melihat gemerlap cahaya di bawah sana serta menanti datangnya tahun baru.

Dan juga hari dimana hubungannya dengan Irhab genap 3 tahun.

"Indah, kan?"

Agnia mengangguk sedikit antusias. Pemandangan di bawah sana, sama seperti tahun-tahun sebelumnya.

Di saat Agnia serta Irhab diselimuti keheningan, denting ponsel milik Irhab membuat Agnia menoleh seiring langkah cowok itu menjauh untuk sekadar menghidupkan ponselnya saja.

Entah sejak kapan Agnia merasa Irhab berubah. Dari ketikan cowok itu sampai-sampai kebiasaan serta sifat Irhab yang tidak seperti sebelumnya.

Irhab yang sekarang tidak seperti Irhab yang dulu.

Anehnya, Agnia merasa ada hal yang mengganjal di hatinya entah karena apa.

"Agnia."

Lamunan Agnia terhenti dan mendapati Irhab yang tahu-tahu sudah kembali dan berada di hadapannya. Wajah cowok itu menampilkan ekspresi rumit sampai-sampai Agnia dibuat tidak bisa menerka-nerka.

"Kenapa?" tanya Agnia dengan sedikit mendongakkan kepala.

Irhab menahan napasnya disertai matanya yang memejam, kemudian mengucapkan kata yang lagi-lagi membuat Agnia tidak mengerti kenapa hatinya menyesak setelahnya.

"Kenapa selama ini kamu gak bilang kalau sebenernya, Kamu-gak-pernah-suka-sama aku?"

Dalam pengucapkannya, Irhab menekankan kalimat terakhir dengan sedikit nada pilu.

Agnia tertegun.

Ia sendiri pernah membayangkan bagaimana jika Irhab tahu bahwa selama ini, hubungan mereka yang genap 3 tahun tinggal menghitung menit, dijalani tanpa adanya rasa dari pihaknya.

Namun saat itu Agnia tidak peduli bahkan terkesan tak acuh jika memang Irhab mengetahui semua itu.

Mengetahui bahwa selama ini Agnia tidak pernah menyukai atau pun mencintai Irhab.

Juga mengetahui bahwa hubungan ini hanya dilandasi rasa terima kasih serta kasihannya saja.

"Maksud kamu?" Agnia mencoba tidak mengerti dengan apa yang baru saja Irhab katakan.

"Masih belum ngerti juga?" Kali ini, nada bicara Irhab dari yang Agnia dengar, terdengar keki di telinga.

Cowok itu kembali menyalakan ponselnya dan menghidupkan pesan suara yang langsung membuat mata Agnia membulat sempurna saat melihat nama kontaknya.

Qatar. Iya. Kontak nomor itu diberi nama Qatar.

Jari Irhab menekan salah satu pesan suara yang berisi rekaman suara Agnia saat cewek itu berada di kafe bersama Qatar tempo hari.

Agnia semakin dibuat tertegun mendengar suaranya.

Ternyata diam-diam Qatar merekam seluruh percapakan Agnia bersama cowok itu yang sedang membicarakan Irhab serta hubungan keduanya dan mengirimkan rekaman itu pada Irhab.

"Kenapa kamu gak jujur aja?" Irhab bertanya pada Agnia. Cowok itu butuh sekali penjelasan pacarnya yang mengatakan—di dalam rekaman—bahwa selama ini, Agnia tidak pernah menyukai ataupun mencintainya.

Sedangkan cewek di hadapannya menggagu. Badannya membeku. Serta lidahnya terlalu kelu untuk sekadar menjelaskan.

"Agnia. Jawab pertanyaan aku," desak Irhab dan itu malah membuat Agnia semakin terdiam. "kenapa Agnia? Kenapa!?"

Menggeleng. Yang Agnia bisa kini hanyalah menggelengkan kepalanya lalu meraih kedua tangan Irhab. "Gak, Irhab! Ini ... i-ini ... ini gak seperti yang kamu denger! Ak-aku ... bisa jelasin semuanya!"

Perlahan, Irhab melepaskan kedua tangan Agnia yang menggenggam pergelangan tangannya. "Gak perlu kamu jelasin semuanya, Agnia. Aku udah tau semuanya." Agnia merasa dadanya menyesak. "seharusnya kamu jujur dari awal, Aku gak papa kalau kamu waktu itu gak nerima aku. Gak papa. Gak papa banget malah."

"Tapi sekarang semuanya sia-sia, Agnia. Kamu berhasil banget bikin aku hancur walapun gak separah yang kamu bayangin dulu."

Tangis Agnia tak terbendung lagi. Semuanya runtuh. Dan Agnia tidak bisa apa-apa.

"Kita putus aja, ya?"

Setelah Irhab berujar, kembang api diluncurkan dan memeriahkan malam pergantian tahun. Malam yang sebelumnya adalah malam paling bahagia—bagi Irhab—karena cowok itu menyatakan perasaan cintanya pada Agnia.

Namun dimalam yang sama pula, Irhab mengakhiri semuanya.

oOo

A/N:

Ngetik part ini awalnya pas lagi leskom + sambil dengerin lagunya Mbak Ocha
*korban sinetron terdetected :)


Ini part paling panjang, menurut kalian gimana? Puas gak?

Flavorless RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang