Bright melangkahkan kakinya untuk segera masuk kedalam rumah besar itu, dengan cepat Bright bawa dirinya untuk segera bertemu dengan Win, suaminya. Setelah mencurahkan hati dan pikirannya kepada kedua orang tuanya, Sunny dan Davika, kini Bright tau apa yang akan dia lakukan untuk saat ini. Dia harus berbicara dengan Win.
Cklekkkk
Bright membuka pintu kamarnya perlahan, dia bisa melihat suami dan anaknya yang sedang tertidur saling berpelukan diatas ranjang king size itu. Perlahan dia membawa kakinya untuk mendekat dan memposisikan tubuhnya untuk terduduk disamping sang suami. Bright hanya diam sambil menatap wajah damai suami dan anaknya yang sedang terlelap. Tidak ingin menganggu tidur lelap keduanya, ia berencana menunggu Win terbangun di ruang keluarga. Belum sempurna dirinya bangkit dari duduknya sebuah tangan menghentikkan pergerakannya.
"Mas ..."
......
Tidak ada yang berniat memulai pembicaraan, mereka hanya duduk terdiam di sofa mewah rumah mereka sambil menahan rasa gugup dan canggung.
'apa aku harus memulai ? bagaimana jika itu membuat mas bright semakin marah ?' lirih Win dalam hati, tidak sadar dia membawa ujung jarinya untuk dia gigiti.
Bright yang melihat pun akhirnya menghela napas dan merubah posisinya untuk menghadap sepenuhnya pada Win.
"Win."
Hanya satu kata. Win menahan napas saat suaminya itu mengeluarkan suara dan menyebut namanya.
"Y-yaa mas ?"
"Bisakah kita bicara tanpa emosi ?"
Win hanya mengangguk.
"Win, jujur aku belum bisa memaafkanmu. Maafkan aku Win. A-aku, aku sudah memberitahu semuanya pada orangtuaku." Bright meremas kuat tangannya yang ada dipangkuan.
"Mas Bright, ap ..."
"Tolong dengarkan aku dulu." dengan mata yang sudah berkaca-kaca Bright memohon pada Win.
Win mengangguk.
"Setiap aku pulang kerumah ini, setiap aku melihatmu aku benar-benar merasa sakit, aku marah, aku ingin memaki." air matanya kembali jatuh dihadapan Win, Bright menundukkan kepalanya tidak ingin menunjukkan kelemahannya pada Win.
"Namun aku hiksss ... aku tidak bisa membohongi diriku sendiri Win." dengan wajah memerah dan berair, Bright menatap intens mata Win.
"Aku merindukanmu, tapi aku tidak sanggup."
Win tidak bergeming tanpa menyadari dirinya ikut meneteskan air mata.
'Begitu tidak tahu dirinya aku mas, begitu brengseknya aku hingga bisa membuatmu terluka seperti ini'
Tanpa mereka sadari sedari awal, sosok laki-laki kecil dan tampan sedang mendengar dan memperhatikan mereka.
......
Win hanya bisa menangis tersedu-sedu disebelah mertuanya. Memohon bantuan agar pria yang sedang duduk didepannya dengan kepala yang tertunduk menarik semua niatannya.
"Bundaaa ... hikss ... bunda tolong katakan pada mas bright ... hiksss, aku - aku tidak ingin berceraiii bun ... hiksss ..."
"Sayangg, dengarkan bunda yaa nak. Kal ..."