| 1 |

2.8K 267 3
                                    

Dalam damainya alam surga yang indah, seorang malaikat tengah dihakimi di aula cahaya. Tangisnya tak henti mengalun dari belah bibir nya yang ia gigit kuat guna meredam suara tangisnya - yang mana sia-sia saja. Makhluk yang bahkan ketika menangis pun suaranya menjadi alunan melodi yang candu untuk didengar.

"Sebagai makhluk yang paling mulia, kau sudah melewati batas"

Kedua sayap putih bersih itu layu ke lantai, bersamaan dengan luruhnya tubuh itu ke lantai pengadilan langit.

Jeno tetap diam. Ia bahkan tidak tahu harus berkata apa selain menangis. Tubuhnya ditekan paksa oleh petinggi surga. Bersyukur Tuhan tidak bisa hadir dalam pengadilan. Maka dari itu Gabriel mengambil alih.

"Pembelaanmu?"

Secara tiba-tiba tekanan yang dipaksakan ke tubuhnya meluruh, membuat Jeno terperanjat. Ia menatap Gabriel yang berdiri di depan meja penghakiman, sayapnya melebar dengan indah namun tatapannya penuh intimidasi.

"Aku tidak berbuat apapun" ujarnya lugas. Kepalanya tetap mendongak, menantang Gabriel yang masih menatapnya tanpa emosi.

"Masih berani kau berbicara seperti itu di depan meja penghakiman?" sela Nora, agaknya tidak percaya akan apa yang keluar dari mulut salah satu saudara termuda nya tersebut.

"A-aku.. Aku hanya mencintai dia. Apa itu salah?" ujarnya terbata diiringi isak tangis yang mulai kembali menyambangi kedua mata bulannya.

Gabriel menghela nafasnya panjang. Walaupun Tuhan tak menghadiri pengadilan kali ini, tentu saja ia ikut menyaksikan dimana salah satu hamba sahaya nya yang diciptakan suci itu menyalahi aturan.

"Sebagai makhluk yang dilahirkan dalam keadaan suci tanpa setitik dosa, layaknya tanda lahir yang melekat dalam diri, malaikat tidak pernah di izinkan untuk mencintai iblis"

"Kau pun tahu itu, wahai saudaraku" Gabriel sedikitnya mengingatkan bagaimana mereka tercipta.

"Lalu kenapa.. " bahkan Jeno sekalipun tak tahu bagaimana bisa ia mencintai seorang iblis.

"Kau akan diturunkan ke dunia manusia. Dunia fana dimana tak akan ada yang perah abadi"

"Kami akan mengubah sayapmu"

"Kau akan hidup disana dengan status sang pengkhianat surga"

Jeno tercekat. Sang pengkhianat surga. Mengingatkannya akan sang Lucifer yang dijatuhkan ke neraka.

Dan kini, ia akan menjadi bagian dari sang Lucifer itu sendiri.

Kedua sayap putih yang lunglai di lantai itu perlahan menghitam, Jeno mengigit bibirnya kuat kala merasakan perubahan pada sayapnya. Tubuhnya terbakar dari dalam, ia sulit bernafas, bibir yang digigitnya mengeluarkan cairan pekat. Kedua mata bulan nya pun tak luput dari cairan hitam tersebut.

"Hik- Aaaaaaaakkkhhh!!!" teriaknya, merasakan sakitnya kala seluruh tubuh mengejang kuat akan tekanan dan luapan kegelapan menyelimutinya. Mengubah warna sayap dan rambut keemasan nya menjadi hitam pekat.

Perubahan Jeno disaksikan oleh seluruh malaikat yang hadir di pengadilan langit. Menyaksikan bagaimana salah satu saudara mereka berubah menjadi makhluk bersayap hitam dengan rambut yang sama hitamnya, pekat dan tak menunjukkan sedikitpun eksistensinya yang semula adalah malaikat suci yang diciptakan dari cahaya.

Konsekuensi dari dosa yang ia perbuat. Jeno kembali menangis, ia mencoba meraih lantai, mencakarnya kuat kala merasa bahwa tubuhnya perlahan dihisap kebawah. Inilah saat ia untuk jatuh, tak bisa memantaskan diri lagi untuk menghadap Tuhan di atas langit sana.

Gabriel menatap dingin tubuh Jeno yang perlahan lenyap, ia berjalan menjauh dari meja penghakiman. Sayapnya terbuka lebar lalu mengibas kuat, membawa siempu terbang entah kemana. Membuat ribuan tanya mampir dibenak setiap malaikat yang hadir disana.


Notre DestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang