| 5 |

789 120 11
                                    

Aktivitas mereka berdua, sang anak malaikat dan anak buah kesayangan Lucifer itu seakan menjadi rutinitas setiap beberapa minggu sekali. Atau mungkin lebih cepat dari itu, karena tak tahan membelenggu rindu lebih lama.

Jeno lebih berhati-hati dalam menyelinap keluar dari surga. Memakai berbagai macam alasan walaupun lebih banyak ia katakan bahwa ia keluar adalah untuk sekedar berkunjung ke dunia manusia. Hell, tidak.

Dia bahkan belum tahu bagaimana isi seluk beluk dunia fana yang selama ink di bicarakan oleh para Guardian . Ia terlena dalam rasa yang ditimbulkan dari hasrat yang seharusnya tak ia miliki. Entah mengapa itu bisa terjadi, tak berani menanyakannya pada sang pencipta walau hanya sekali seumur hidupnya menjadi malaikat.

Bertemu dengan Jaemin menjadi sebuah candu bagi Jeno sendiri. Tidak, mereka berdua saling kecanduan akan presensi satu sama lain. Membelenggu rindu dalam-dalam rasanya membuat mereka bisa menggila kapan saja.

Kini, Jeno berjalan ke sekitaran taman Sheba. Taman yang di penuhi bunga-bunga cantik berwarna-warni dengan nektar yang memabukkan itu tak dapat mengalihkan pikirannya dari sosok Jaemin yang melekat bagai parasit.

"Jeno"

Suara lembut menyapa, membuat si empu menoleh dengan senyum manis.

"Setelah ini kau mau kemana?" tanya nya lembut. Wujud wanita berambut terang itu tersenyum, sayapnya melambai elegan membuat siapapun terpesona, tak terkecuali Jeno sendiri.

"Aku ingin berjalan-jalan!"

Sosok anggun itu adalah Jophiel. Termasuk salah satu Archangel Dan Jeno berada dalam asuhannya.

"Kau mau ikut?" tanya nya tak bisa menyembunyikan rasa antusias walau dalam hati sedikit merutuk, ia tak mungkin mengajak Jophiel, bisa-bisa ia dikutuk nantinya.

"Tak perlu, aku hanya lewat saja. Setelah ini aku akan menemui Michael"

Jophiel pergi dari sana, meninggalkan Jeno yang melambai dengan senyum manisnya seperti biasa. Entah bagaimana jadinya jika Jophiel benar-benar tahu akan tujuan jalan-jalannya ini akan kemana.

Diam-diam ia meminta maaf.

...

Jeno terbang ke tempat dimana ia dan Jaemin selalu bertemu, taman yang entah mungkin saja di ciptakan Jaemin tanpa sengaja atau entahlah. Pasalnya mereka sama sekali tidak di usik atau di curigai. Taman itu seakan terisolasi dari semesta.

"Jaem, sebenarnya bagaimana bisa kau menemukan tempat ini?" Tanya nya seraya menatap luasnya langit yang kini menampakkan banyak sekali bintang. Para kakak Guardian emang tidak salah. Langit di dunia fana sangat indah. Tapi, apakah taman itu salah satu tempat yang ada di dunia fana?

"Entah, aku hanya membuka portal dan menemukan tempat ini tanpa sengaja sesaat setelah kita bertemu kembali saat itu" Jaemin menatap wajah Jeno dari bawah, begitu cantik dibawah gemerlapnya sinar dari banyaknya bintang yang membentuk milky way.

Kesayangannya. Anak malaikat yang masih dalam pelukan sang pencipta itu kini menjadi salah satu makhluk yang mampu menaklukannya tanpa melakukan apapun. Jeno. Tatapannya menilik jelas bagaimana fitur wajah kekasihnya. Kedua mata berbinar yang dibalut kelopak bagai bulan sabit, hidung bangir yang akan mengerut ketika ia tertawa, kulit seputih susu dan bibir merah yang selalu terasa pas dengan miliknya ketika mereka tengah bercumbu.

"K-kenapa kau melihatku seperti itu?" Jeno tergagap kala Jaemin menatapnya dengan intens. Selalu saja seperti itu. Dominasi Jaemin memang tidak ada duanya.

"Kau cantik," bisiknya lalu mendekat lebih intens, menelusupkan kedua tangannya ke pinggang Jeno. Membuat malaikat yang bahkan hanya punya dua sayap lebar pertanda bahwa ia belum benar-benar dewasa itu tegang. Walaupun mereka telah bercumbu mesra lebih dari satu kali, tetap saja Jeno selalu gugup.

Notre DestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang