"Temen mu itu,"
Jaemin menatapku,
"albinisme?"
Kedua netra milikku membola dalam beberapa detik. Dua detik tepatnya. Dan setelah itu pandangan ku kembali normal.
"He'em. Dia yang aku ceritain waktu itu."
Na Jaemin membenarkan tali tasnya di bahu kanan. Lalu kami mulai kembali berjalan beriringan meninggalkan ruang kelasku dengan Huang Renjun di dalamnya.
"Namanya siapa?"
Ku dongkakkan kepala, "Huang... emm, Huang Renjun."
Jaemin mengganguk samar.
"Kayanya dia anaknya rada nakal, ya? Suka bolos gitu?"
Aku menggeleng dengan sontak setelah ucapan Jaemin barusan. Jaemin hanya menautkan alis samar sembari menatap ku.
"Dia tuh pendiem, Jaem. Malahan dia gapunya temen di kelasku. Lagian aku yakin, kok. Dia bolos ada alasannya."
Ku dengar Na Jaemin menghembuskan nafas berat setelah aku mengatakan hal itu. Entah karena dia tak suka dengan jawaban ku, atau alasan lain. Namun, dia tak lekas menanggapi perkataanku tadi, untuk beberapa detik.
Sampai akhirnya pemuda tersebut kembali membuka suara,
"Temenmu itu kasian, kamu jangan ikutan jauhin." ujarnya dengan nada suara datar.
Aku mendongkak dengan kedua alis tertaut. "Kenapa?"
Jaemin menatapku pula, "dia sama kaya kita, punya perasaan."
~~~
Na Jaemin mengantarkanku sampai di rumah.
Ah! Jaemin memang selalu mengantarkan ku sampai di rumah setiap hari. Pasalnya saja, anak ini selalu menitipkan sepeda motornya di halaman rumahku.Memasuki gerbang rumah, kerutan samar mulai terbentuk di dahi ku. Sempat aku melirik Jaemin seperdetik.
"Kak Jungwoo pulang?" tanya nya. Aku hanya mengganguk untuk membalas.
Pintu rumahku terbuka! Sepeda motor kak Jungwoo terparkir di halaman rumah.
Memasuki pintu rumah. Aku sempat menghela nafas, dan kurasa Jaemin hanya terkikik.
Kak Jungwoo, kakak kedua ku tengah tertidur si sofa tamu dengan helm hitam tepat berada di atas perutnya. Di meja, berserakan barang barang miliknya, serta beberapa kantong plastik putih, yang kurasa isinya adalah beberapa buah-buahan dan makanan ringan.
Sepertinya kak Jungwoo pulang beberapa jam lalu. Kemarin lusa ia meminta izin ayah dan bunda untuk pergi ke luar kota menemui teman nya.
Dia tertidur mungkin karena terlalu lelah.
Ku segera masuk ke dalam, setelah Na Jaemin berpamitan untuk pulang.
Aku berlanjut menuju dapur, untuk menggambil segelas air putih dingin dari dalam lemari es.
Saat itu, bunda Hani terlihat sedikit tergopoh-gopoh dari dapur kearah pintu luar, dengan plastik hitam di tangannya. Aku hanya memandangnya sekilas.
Bunda menghampiri Jaemin dan memberikan plastik itu. Hmm, mungkin oleh-oleh dari kak Jungwoo.
Aku ini anak bungsu dari dua bersaudara. Aku memiliki dua kakak laki-laki. Kakak laki-laki pertama ku bernama Kim Taemin, ia sedang mengikuti program wajib militer sejak tiga bulan lalu, karena usianya yang telah memenuhi syarat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable HRJ
FanfictionIneffable/in·ef·fa·ble/; tak terkatakan, tak terlukiskan, tak terbayangkan ❝Tentang Huang RenJun, pemuda dengan segala kelebihan, yang tak lagi sanggup aku gambarkan.❞ 2021 ©Chjihyxe