03. When You Love Someone.

31 9 37
                                    

Seusai memasuki ruang kelas, ku letakkan tas di tempat duduk. Kedua netra ku sempat bertemu dengan Huang Renjun, anak yang duduk tepat si belakang tempat duduk ku. Dia tersenyum padaku.

Saat aku menanyakan "apa?" Huang Renjun justru menggeleng samar.

Keadaan kelas ramai untuk saat ini, mengingat beberapa menit lagi bel berbunyi.

Lagi-lagi aku bangun telat. Membuatku harus datang lebih siang dari biasanya.
Aku tak perlu menjelaskan kembali apa alasanku bangun terlambat.

Chatting dengan Huang Renjun lah jawabannya.

Kak Jungwoo mengetuk pintu kamarku dengan keras pagi tadi. Tapi butuh waktu sekitar sepuluh menit untuk aku terbangun dari tidur.

Aku kembali membuat Na Jaemin menunggu lama pagi ini.

Kami tertinggal bus, dan alhasil Jaemin menggunakan sepeda motornya untuk membawaku datang kemari.

Sepertinya aku membuat suasana hati Na Jaemin tak enak pagi ini. Walau dia terlihat sama seperti biasanya, tapi aku yakin dia cukup kesal.

Sekitar tiga menit setelah aku membalikkan badan dari Huang, Anak lelaki nakal itu melewati mejaku dengan satu buah buku tulis di tangan kirinya.

Dia Christopher Bang. Kami lebih mengenal dia sebagai Bangchan.

Awalnya, aku tak mengiraukan anak itu yang melewati mejaku dengan sebuah buku. Namun, setelah itu. Aku mulai tak nyaman saat dia mendatangi bangku Huang Renjun dan melemparkan buku itu di meja nya.

Bangchan lantas duduk tepat di meja Huang Renjun. Dan aku sangat yakin Huang sangat terusik olehnya.

"Janji lo kemaren, mau kerjain tugas gua! Tuh cepet kerjain!" seru nya.

Banyak siswa yang menatap mereka secara gamblang. Begitu pula dengan ku.

Huang mengambil buku tersebut, lalu bolpoin di tangannya mulai bergerak.

"Orang kaya lo berani ya, warnain rambut di sekolah?" Bangchan mengusak kasar rambut blonde Huang Renjun, dengan iringan tawa dari bibirnya.

Beberapa siswa melihat ini, namun banyak siswa pula yang mengabaikanya, dan menganggap ini hal biasa.

Bangchan yang bodoh! Bisa-bisanya dia mengatakan jika Huang mewarnai rambutnya!

Tak lama, Bangchan melintasi mejaku lagi. Dia menuju papan tulis tua berwarna hijau di depan kelas. Diambilnya sepotong kapur, lalu membuat goresan tebal di papan tersebut. Hingga akhirnya ia menghapus nya.

Pada awalnya aku bersikap biasa saja. Di pikiranku, Bangchan tengah melakukan hal tak berguna dengan menghabiskan kapur untuk menggambar aneh-aneh di papan tulis. Seperti yang ia lakukan biasanya.

Tetapi, dugaan ku salah. Dia membawa penghapus yang ia gunakan tadi, melewati meja ku lagi dan berakhir dengan ia yang mengoleskan bekas hapusan itu di wajah Huang. Terutama pada pipi anak laki-laki itu.

Bangchan tertawa, begitu pula dengan beberapa siswa lelaki yang lain.

Huang Renjun menyunggingkan bibir samar kala itu.

Jujur saja, aku sedikit tak suka jika orang yang menemani ku semalam, harus menerima perlakuan tak mengenakkan pagi ini.

Aku kurang berani untuk menentang anak lelaki nakal itu.

Ku lemparkan tutup bolpoin ke meja Sejeong. Kim Sejeong yang awalnya asik dengan android nya. Kini menatap ku dengan tatapan tanya.

"Suruh Bangchan pergi, dong. Gua eneg."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ineffable HRJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang