Prolog

14 1 0
                                    

Sejatinya pertemuan kedua insan manusia tersebut mungkin memang sebuah kebetulan. Namun jauh dilubuk hati Arka, ada sebuah rasa seperti sebuah benang telah mengikat keduanya dalam suatu hubungan yang sulit dijelaskan. Albert Einstein pernah berkata, "Jika kamu tidak bisa menjelaskan sesuatu, itu karna dirimu tidak benar-benar memahaminya" ya semacam itulah keadaannya.

Disebuah perpustakaan sekolah menengah atas paling bergengsi dikota tersebut, keduanya mematung tatkala indera penglihatannya menangkap sorot satu sama lain, bertemu dan berhenti cukup lama disana. Tak ada sepatah katapun terucap, hanya ada sedikit bulir airmata yang hampir mencelos dari sang adam. Rasa haru, senang, dan sedih kian menyeruak dalam hati masing-masing tanpa tau kenapa.

"Gw... Minta maaf" perkataan pembuka dari seorang Arka tersebut membuat gadis itu mencurahkan atensi penuh kepadanya. Entah mengapa saat itu juga airmatanya ingin sekali mencelos keluar.

Arka sedikit terkejut dengan kalimat yang baru saja dia lontarkan. "Ah sorry (again) gw ngelantur..." ucap Archer sembari menelisik name tag gadis didepannya. "Gw Archer Kamo. Panggil aja Arka".

Kaela masih dengan posisinya, tidak bergeming pun membalas sapaan Arka. Belum sempat sapaannya dibalas, bel sekolahpun berbunyi tanda waktu istirahat sudah habis. Tanpa basa basi Kaela segera berlari ke kelasnya meninggalkan Arka yang kini berbalik mematung.

"Aneh. Apa kita pernah ketemu sebelumnya? Dan kenapa gue tadi mau nangis?" -Kaela-

"Aneh. Kenapa gw ngerasa bersalah? Seems like I've known her somewhere?" -Arka-

Semestaku, KaelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang