[03] Pembelaan dari Stevanno

51.5K 6.1K 43
                                    

LEONA berjalan lurus, melewati koridor yang akan mengantarkannya kepada tanga menuju kelasnya.

Oh?

Ada Stevanno di depannya, yang pasti, memiliki tujuan sama dengannya.

Leona menyengir kecil. Karena dia tau mengenai kepergian Stevanno pada tahun 2020, rasanya sedikit aneh karena Stevanno muda yang masih hidup, tengah di depannya sekarang.

Sejak insiden payung saat itu, dua bulan yang lalu, dia dan Stevanno hanya bersikap biasa dan tak berbicara apa-apa.

Leona memasuki kelas. Pelajaran pertama adalah pelajaran Fisika. Di pelajaran ini, semua murid akan maju satu persatu mengambil undian untuk membentuk kelompok. Masing-masing kelompok akan membuat sebuah powerpoint dan mempresentasikannya pada jam kedua.

Leona ingat, sejak dulu, dia selalu mengambil undian dari bawah. Jika dia ambil undian dari bawah seperti di kehidupan sebelumnya, dia akan sekelompok dengan Risa. Karena dia waktu itu belum tau mengenai perselingkuhan Virel dan Risa setahun kemudian, Risa termasuk salah satu teman yang baik baginya.

Leona mengambil undian dari yang paling atas.

Kelompok 2.

Tentu saja berubah. Di kehidupan sebelumnya, dia berada di kelompok 1, bersama Risa.

Cinda melirik ke arah kertas kecil yang Leona pegang, lalu memekik girang. "Demi apa? Kita satu kelompok, dong!"

Suasana yang tadinya riuh karena menyusun kelompok, mendadak hening karena teriakan heboh milik Cinda.

Leona menutup wajahnya. Cinda yang teriak, Leona yang malu.

Leona dan Cinda mengambil tempat di kursi meja yang disatukan, dengan kertas bertempel 2 pada dinding kelas, memang khusus menjadi sudut tempat kelompok 2 dalam mata pelajaran apa pun, jadi para murid hanya tinggal menyatukan meja-mejanya.

"Hah? Kok lo malah di sini?" tanya Cinda ketika melihat Galang mengambil posisi di sebelah Cinda.

Galang memperlihatkan kertas nomor yang dia miliki. "Harusnya gue yang ngomong kaya gitu. Kenapa lo malah di sini?"

"Gue yang ngambil nomor duluan, ya," ucap Cinda tersenyum gemas. "C lebih dulu dibanding G."

Leona justru kaget ketika melihat seseorang yang baru saja duduk di sebelahnya.

Stevanno meletakkan peralatan tulisnya di atas meja. Galang dan Cinda yang tengah berdebat pun, tampak tersenyum senang melihat kedatangan Stevanno di kelompok mereka, karena sudah jelas, Stevanno pasti dapat memimpin presentasi nanti dengan sangat baik.

"Aduh, gue mau ke toilet dulu," ucap Cinda tampak meringis, menahan sesuatu. "Kalian lanjut aja. Nanti gue yang bagian catat mencatat."

"Ah elah. Lagian lo masih pagi juga, udah kebelet pipis," komentar Galang. "Makanya, sebelum sekolah itu mandi dulu. Sekalian pipis atau berak."

Cinda mengetuk kepala Galang keras, sebelum meminta izin ke Bu Rolina dan berlari keluar kelas.

Galang segera membuka laptopnya, yang sukarela dia korbankan untuk presentasi hari ini. Stevanno pun tampak sibuk dengan buku cetak, mencari dan membaca materi.

"Anyway, Le," Galang membuka suara, membuat Leona yang semula sibuk membaca buku, lantas menoleh. "Lo kan bendahara kelas. Lo naruh uang kas kelas di tas?"

Leona terdiam sejenak, lalu mengangguk ragu setelahnya. "Kenapa, Lang?"

"Kayanya, nanti lo harus cek uang kas yang ada di tas lo, deh," sahut Galang. "Tadi, waktu semua siswa di lapangan, gue telat dan gak sengaja lihat Redi buka tas lo."

BelongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang