Dahulu kita tidak mengalami cinta-pada-pandangan-pertama. Sungguh, kita benar-benar acuh satu dengan yang lain kala itu. Kita adalah orang asing yang kebetulan sama-sama berjuang di tempat yang sama.
Tahu-tahu kita semakin dekat dan mekarlah bunga hati yang selama ini kuncup sebatas 'yang kukenal'. Hanya saja bunga itu tidaklah mekar dengan wajar, milikmu lebih berseri sedang milikku tidak tahan dan malah layu. Dengan tega aku menjatuhkah diriku ke atas tanah, berusaha sebisa mungkin agar aku tidak melanjutkan ini semua denganmu.
Kutengok bahwa kelopakmu yang begitu segar terlihat layu sedikit. Mungkin karena kamu tahu bahwa kamu hanya berjuang sendiri. Lama-kelamaan milikmupun layu, kemudian rontok hebat lantas menghilang tertiup angin.
Maka akupun menyesal.
Tapi aku tidak bisa kembali, begitupun dirimu.
Suatu kali kulihat lagi dirimu kembali tumbuh, kamu berhasil melewati ini semua. Sedang aku yang payah berusaha menganggap semua ini adalah jalan hidupku.
Oh lihatlah kita berdua, kembali menjadi teman. Karena sesungguhnya memang kita pernah mekar bersama, hanya tidak ada yang sempat menyatakan.
Kamu sempurna bagi syarat-syaratku. Belum pernah kutemui yang seperti dirimu sepanjang hidupku. Dan tidak, aku tidak pernah merasa kecil bersamamu. Aku nyaman dan merasa aman. Aku hanya takut, kalau-kalau aku bakal melukai kesempurnaanmu. Aku benar-benar takut dan bodoh waktu itu.
Menyesal, sungguh menyesal.
Tolong, sadarkan aku.
Heulida, 210421
Art by Frank Cheyne Papé (United Kingdom, 1878-1972) (http://vengodelaverno.blogspot.com/2012/03/frank-cheyne-pape.html)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cincau, cinta yang kacau!
RomanceHampir mustahil dinyatakan kala mengingat realita. Salah satu akar kegilaan dan kebodohan anak manusia. Yang menuntut juga menerima. Ah sudahlah!