Melani tidak dapat menahan tumpahan air matanya lebih lama lagi. Isakannya terdengar memilukan. Tempat sampah di ujung ruangan sana sudah terlampau penuh menampung tissue yang ia gunakan untuk mengelap wajah. Beberapa barangnya terjatuh.
Tiara hanya bisa terus menepuk punggung sahabatnya perlahan. Berkali-kali gadis itu mendesah. Memikirkan alasan apa yang akan ia berikan pada Seno saat pria itu datang menjemputnya sebentar lagi.
Sudah hampir setengah jam. Dan Melani masih setia dengan air matanya.
"Mel... sudah. Berhentilah menangis, atau Kak Seno akan mengejekmu."
"Apa?" Melani menyipitkan matanya yang sudah hampir bengkak. Membuat Tiara tidak bisa menahan tawa. "Kak Seno?"
Tiara mengangguk.
Melani berpikir sebentar. Tapi di detik berikutnya, suara tangisannya lebih keras di bandingkan sebelumnya. Sampai membuat salah seorang pegawai Tiara mengintip dari sela pintu yang terbuka.
Tiara menggeleng dan tersenyum canggung menjawab pertanyaan tanpa suara pegawainya disana.
"Kenapa, Ra... kenapa kau tidak mengingatkanku tentang Angga? Kenapa kau malah bersikap seperti tidak tahu apa-apa, seperti kemarin?" Melani mengambil tissue terakhir di atas meja. "Aku bahkan lupa begitu saja setelah Dimas datang. Aku— aku... "
"Aku minta maaf, Mel." Tiara benar-benar menyesal. Ketakutannya kemarin menjadi kenyataan. Dan ia tidak bisa memberikan alasan untuk membuat Melani lebih tenang. "Aku serba salah. Kau sahabatku. Aku ingin kau bahagia. Tapi, Angga juga keliru karena tidak berani berhadapan langsung denganmu."
"Kau sudah tahu namanya?" Melani di buat terkejut sekali lagi. Ia merasa menjadi orang paling bodoh karena tidak tahu apa-apa. "Kau mengenalnya?" Selidiknya serius. Belum pernah sekali pun ia menceritakan tentang pria tiga bulan lalu. Apalagi memberitahukan nama, atau apa saja tentangnya.
"Mel ..." susah payah Tiara meneguk ludah.
Ia tidak mungkin langsung mengatakan kalau Angga adalah sepupunya. Melani akan mendiamkannya selama mungkin sampai rasa kecewa karena merasa di bohongi itu hilang."Ra... tidak ada yang kau sembunyikan, kan?"
"Ehm... itu... sebenarnya.... "
"Sebenarnya apa?" Melani sudah tidak sabar lagi. Berbagai spekulasi muncul di kepalanya. "Kau mempermainkanku, Ra?"
"Tidak! Tentu saja tidak!" Tiara menggeleng cepat. Ia sebelumnya berpikir, akan menjadikan hal ini sebagai kejutan setelah Angga resmi menjadi suami Melani. Tapi—
"Tiara Andri yani... aku tidak akan me—"
"Oke! Angga itu sepupuku!"
Dan bagai tersambar petir namun tidak ada kerusakan fisik yang berarti. Melani merasa kedua lututnya lemas seketika.
0000°°°0000
Beberapa pegawai dengan make up tipis itu tampak mondar mandir melayani pelanggan yang terus berdatangan. Tidak sedikit yang berlari kecil lalu kembali lagi sambil membawa beberapa kotak. Dan sebagian lainnya sedang menjelaskan tentang apa saja yang ingin mereka ketahui di depan meja panjang berisikan deretan perhiasan dengan kilaunya.
Gold Collector, begitu julukan para penggila perhiasan itu mereka tujukan pada tempat ini. Ruangan ber-AC penuh dengan desain interior industrial itu sangat memanjakan mata bagi siapapun. Terlebih untuk kaum sosialita yang tidak ingin ketinggalan jaman. Karena tampilan akhirnya benar-benar seperti dunia anak muda. Stylish. Modern. Dan tentu saja berkelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry You
RomanceMenikah adalah satu hal penting, yang untuk setiap orang akan memiliki pendapat berbeda. Begitu juga dengannya. Melani. Seorang gadis manis yang menginginkan sebuah pernikahan hebat dengan segala keindahannya. Terlebih, saat kekasihnya, Dimas melam...