—wantsumlemon
***
Awan hitam mulai menghias langit di atas sekolah. Dengan perlahan butir-butiran hujan mulai turun menyiram lapangan sepak bola yang terletak di depan kelas ku. Aku menopang kepala ku dengan tangan ku dan menatap lapangan yang tersiram oleh rintik hujan. Saat itu juga aku teringat akan seorang gadis yang sudah lama tidak ku jumpai.
Nama nya Merah. Merah adalah gadis ceria, gadis berparas putih, gadis berambut hitam bergelombang, gadis yang tak begitu mencolok di mata orang-orang. Namun yang membuat gadis tersebut di hafal oleh orang-orang di sekitar nya dan juga diri ku adalah semua barang nya berwarna merah.
Lucu bukan? Ha ha.
Semua yang ia punya berwarna merah, mulai dari tas, payung, hingga peralatan sekolah nya berwarna merah. Satu hal lagi yang sangat ku hafal dari diri nya, yaitu ia sangat menyukai hujan. Setiap kali rintik hujan turun ia akan selalu tersenyum dan berlari ke lapangan dengan payung merah nya. Ia akan berdiri di bawah rintik hujan hingga rintik tersebut menghilang.
Namun, sekarang Merah tak dapat merasakan rintik hujan itu lagi. Ia telah tertidur lelap dan tak mungkin untuk diri nya bangun lagi. Sungguh aku merindukan nya.
Tak lama bel berdering menandakan waktunya untuk para murid pulang. Sang guru matematika mengehentikan penjelasan nya dan meninggalkan kelas dengan cepat. Teman-teman satu kelas ku mulai membereskan buku mereka dan berjalan dengan gembira keluar dari kelas. Aku perlahan merapikan buku-buku yang berserakan di atas meja ku dan meletakkan nya ke dalam tas ku. Di saat aku berjalan keluar seorang gadis berparas putih dengan rambut pendek bergelombang tengah berdiri di samping pintu masuk.
"Magenta?"
Sang gadis menoleh dan menatap ku dengan senyuman yang terulas di bibir mungil nya. "Hi, Angkasa." Sapa nya kembali. Nama nya Magenta, gadis berparas putih dengan rambut pendek bergelombang adalah salah satu sahabat Merah, mungkin dia satu-satu nya sahabat Merah. Magenta berbeda dengan Merah, Magenta adalah gadis pendiam, cerdas dan sangat di kenal oleh para guru-guru.
"Lu ada waktu enggak?"
"Enggak."
"Jika ini tentang Merah apa kau masih tak punya waktu?"
Aku membeku di saat Magenta menyebut nama Merah.
"Maksud lu?"
"Ini tentang Merah dan pesan yang ia tinggalkan ke gue."
Aku mengusap wajah ku kasar lalu mengangguk sebagai jawaban. Gadis itu menggenggam tangan ku lalu mengajak ku ke arah kantin yang sudah tak lagi di datangi oleh para murid. Magenta melepas genggaman tangan nya dan berbalik menatap ku. Ia mengeluarkan secarik kertas dari tas nya lalu memberikan nya kepada ku.
"Ini adalah surat yang Merah tinggal kan untuk gue dan elu. Ia menuliskan ini sebelum operasi terakhir nya." Aku menerima surat itu lalu mulai membaca nya dengan perlahan. Air mata mulai berlinang dari mata ku. Aku dapat merasakan hatiku retak hingga beberapa bagian.
"Angkasa. . .gue tau semenjak hari itu elu sangat lah sedih. Gue dapat merasakan ke kesedihan lu, karena gue juga sedih, Sa. Gue telah kehilangan satu-satunya sahabat gue."
"Tapi dia ingin elu sama gue tetap bahagia. Merah tak suka melihat kita bersedih lama-lama. Ia membenci melihat orang sedih.""Gimana, Gen? Merah adalah salah satu nya gadis yang dapat membuat gue bahagia. Dengan kepergian dia rasa nya bumi ini telah hancur! Tak ada lagi si gadis berpayung merah yang berdiri di tengah lapangan dengan tangan yang mengulur keluar."
"Hanya dengan tingkah sederhana nya itu telah membuat ku terasa bahagia. Sekarang ia menyuruh gue untuk berbahagia tanpa diri nya, sedangkan semua kebahagiaan gue di dunia ini adalah dirinya."Magenta menghela napas nya lalu menatap ku lembut."Izin kan gue untuk menjadi kebahagiaan elu. Gue tau gue enggak seperti Merah yang ceria, yang anggun dan setiap langkah gue enggak se indah milik nya. Tapi izin kan gue menjadi diri gue sendiri dan membuat elu bahagia dengan cara gue sendiri."
Aku membeku di tempat ku, kata-kata tak dapat keluar dari mulut ku. Aku tak tau apa yang harus aku katakan. Aku ingin memberi nya kesempatan tapi aku takut ia akan lelah hanya untuk membuat ku bahagia.
"Iya, gue mau."
"Angkasa." Magenta menggenggam tangan ku dan tersenyum."Kalau elu belum siap, gue enggak apa kok. Kita coba cari cara lain supaya elu sama gue bisa bahagia seperti keinginan Merah."
"Gue mau ko—"
"Jangan bohong kepada hati lu sendiri." Potongnya, aku menggelengkan kepala lalu tersenyum ke arah nya.
"Gue enggak berbohong kepada hati gue, Genta. Gue akan coba untuk menjadi bahagia dengan cara elu. Namun, jika itu tidak berhasil gue mohon lu harus mencari kebahagiaan lu."
"Gue menjalankan ini untuk Merah dan juga diri gue. Jadi marilah kita coba untuk menjalani keinginan Merah. Mari kita coba untuk kembali bahagia, seperti dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita dari Mereka
FanfictionSetiap orang pasti memiliki cerita pilu ataupun cerita indah di dalam buku kehidupan mereka, bukan? - wantsumlemon