Andria duduk di lantai dengan nafas memburu dan tubuh yang bergetar. Tenaganya seakan tersedot habis setelah melihat apa yang terjadi di depan matanya. Di dalam flat kecil miliknya. Semua barang tak pada tempatnya, bahkan lampu baca yang terdapat di atas meja kecil di samping sofa ruang televisinya sudah hancur tak berbentuk. Meja panjang di depan sofa sudah terbalik dan banyak pecahan kaca di lantai.
Tiba-tiba terdengar bunyi gebrakan yang disusul dengan bunyi derap langkah seperti terburu-buru. Andria segera memutar badannya dan menemukan seorang pria berdiri di sana. Rahang tegasnya terlihat mengeras dan kaku juga amarah terlihat berkobar di dalam mata biru pria itu, namun sedetik setelahnya amarah itu hilang diganti dengan tatapan sendu. Pria itu kemudian berlutut di depan Andria.
"Aku akan meminta seseorang untuk membereskan rumahmu. Maafkan aku," sesal pria itu sembari mendekap Andria. Suaranya terdengar amat sangat menyesal.
Segera Andria mengelus punggung pria itu. "Tidak apa-apa."
Pelukan mereka terurai begitu Andria mencoba bangkit berdiri kemudian diikuti pria itu. Andria hanya bisa menghela nafas pasrah sembari matanya mengelilingi flat kecilnya. Ia tak akan menyalahkan Frans, kekasihnya. Frans pria yang baik, ia sangat mencintai Andria sehingga menjadi begitu posesif pada Andria.
Andria sangat mengenal Frans karena mereka telah menjalin hubungan lebih dari tiga tahun. Berawal dari Frans yang menolong ayah Andria dari kecelakaan kecil di pabrik tempat ayah Andria bekerja, mereka kini akan segera memasuki jenjang yang lebih serius. Hanya saja akhir-akhir ini sepertinya Andria harus memikirkan ulang untuk menikah dengan Frans. Bukan karena Frans yang posesif padanya, atau bukan karena Andria meragukan perasaannya pada Frans atau perasaan Frans padanya. Hanya saja emosi Frans yang sulit terkontrol terkadang membuat Andria kewalahan.
Sudah tak terhitung berapa kali Frans melakukan hal yang sedikit melukai Andria hanya karena Frans melihat Andria berbicara dengan seorang pria, atau diantar pulang dengan pria yang sudah dijelaskan oleh Andria bahwa pria itu adalah supir kantornya. Alasannya sudah jelas, karena Frans cemburu. Wanita itu bahkan tau kalau Frans meminta seseorang untuk memata-matai nya setiap hari, membuat ia jengah dan kesal dengan sifat Frans namun dia tak dapat melawan.
Pernah suatu hari Andria melawan Frans dan berakhir di lantai karena pria itu memukulnya walaupun setelahnya Frans akan menangis dan memohon maaf pada Andria. Ia bingung bagaimana harus menyikapi Frans. Ia tak ingin meninggalkan Frans namun di satu sisi ia sangat takut dengan Frans.
"Aku akan mengganti semua barangmu yang rusak. Maafkan aku. Aku menyesal. Aku hanya kesal karena saat aku ke rumahmu, kau tak ada. Ini sudah malam Andria dan aku mengkhawatirkanmu. Apalagi saat orang suruhanku berkata kau masuk ke dalam mobil seorang pria," Frans mencoba menjelaskan kembali, wajahnya benar-benar terlihat menyesal.
Andria mengelus pelan pipi kiri Frans dan tersenyum. "Itu supir kantor yang biasanya ditugaskan untuk mengantar pegawai yang bekerja lembur, Frans. Aku sudah pernah mengatakannya padamu, kan?"
Seakan terhipnotis oleh mata coklat terang Andria, Frans tersenyum. "Ya, kau sudah memberitahuku. Maafkan aku," gumam pria itu lagi. "Aku hanya takut kehilanganmu. Aku mencintaimu, Andria," sambung Frans.
Andria hanya bisa menganggukan kepalanya saja. Dia tak mungkin memaki, mengomeli Frans karena pasti yang terjadi selanjutnya adalah tangan Frans akan melayang ke pipinya.
****
Pukul lima sore Andria segera menggesekan tanda pengenalnya pada mesin absen sebagai tanda bahwa ia telah selesai bekerja. Ia segera pamit pada Mrs Anderson yang masih bertahan di mejanya dan segera membereskan barang-barangnya, menarik mantelnya dan berjalan menuju lift.
KAMU SEDANG MEMBACA
Set Me Free
RomanceAku menginginkan mu dan tidak ada yang bisa menahanku. Sekalipun itu kekasih psikopat mu. - Nate Rolland Mikaelson -