TW // hospitalization
─────────────────────────────────
Terlahir kembar tidak menjamin seratus persen kau akan memiliki kemiripan dengan kembaranmu, mungkin rupa memang sama tetapi takdir dan keberuntungan itu pasti akan berbeda, contohnya adalah Miya Atsumu dan Miya Osamu. Osamu selalu iri pada Atsumu yang beruntung dia sangat sehat dan Osamu iri akan itu, yang bisa bebas berlari dan pergi kemanapun dia mau. Iri kepada Atsumu yang bisa menyentuh dan menikmati hujan, Osamu juga ingin menyentuh bahkan bermain dibawah hujan, ia sangat menyukai hujan namun keadaannya sangat tidak memungkinkan untuk itu.
Osamu mengidap sebuah penyakit langka dimana dirinya tidak boleh terkena air hujan dan sistem imunnya yang terus menerus berubah mengharuskan dirinya untuk dirawat dan menghabiskan hari-harinya di rumah sakit.
“Barang-barang lo udah gua kemasin semua, ada yang ketinggalan gak?” Atsumu menutup sebuah kotak besar yang berisi barang-barang milik Osamu, ya Osamu akan pindah rumah sakit hari ini karena Atsumu yang meminta sebab ia merasa rumah sakit tempat Osamu dirawat terlalu jauh dari rumah. Osamu menoleh, menatap sang kembaran lalu matanya memindai sekelilingnya memastikan barangnya tidak ada yang tertinggal. “Udah ngga ada, makasih ya Tsum” Osamu tersenyum menghela napasnya sebentar lalu mengalihkan atensinya kembali keluar jendela, mengamati gedung-gedung tinggi dan hiruk-pikuk jalanan diluar sana. Atsumu menghampiri si surai abu, ikut mengamati keadaan diluar jendela. “Seneng gak lo pindah rumah sakit biar kita bisa deketan?” Osamu mengedikkan bahunya, masih menatap mobil dan orang yang berlalu lalang di jalanan sana. “Biasa aja, gua baru seneng kalo dibolehin pulang ke rumah” Osamu terkekeh, menertawain keinginannya yang terdengar begitu mustahil padahal keinginannya sangat sederhana
Osamu ingin pulang ke rumah.
“Cepet sehat makanya, semangat! Gua selalu nunggu lo pulang ke rumah.” Atsumu menepuk pundak kembarannya itu, mencoba menyalurkan dorongan dan semangat. Keduanya diam, kembali melihat keluar jendela sampai atensi keduanya teralihkan ketika suara pintu dibuka.
Cklek.
“Mobilnya sudah siap, ayo berangkat” itu ibu Miya bersaudara. “Siap bunda! Ayo Sam, lo jalan duluan sama bunda gua mau ngangkat kotak lo dulu.” Osamu mengangguk ia bangkit dari duduknya, lalu berjalan keluar kamar sambil menggandeng sang ibu, disusul oleh sang kakak yang membawa kotak besar ditangannya.
Sesampainya di lobby rumah sakit mereka berpamitan kepada dokter dan perawat yang telah merawat Osamu selama berada disini. Mereka tersenyum hangat, menyemangati dan berharap untuk kesembuhan Osamu yang mustahil itu.
Perjalanan menuju rumah sakit yang baru memakan waktu sekitar lima belas menit. Selama perjalanan Osamu hanya diam, ia memang tidak banyak bicara berbeda dengan Atsumu yang sangat cerewet. “Kalo disini kan enak Sam, gua bisa sering-sering jenguk lo.” Osamu hanya mengangguk menanggapi. Mobil yang membawa mereka kini telah sampai di pelataran rumah sakit yang mereka tuju, dokter dan perawat yang akan merawat Osamu selama disini sudah siap menyambut kedatangannya.
“Selamat datang, tuan Osamu. Mari kami antar ke kamar rawat tuan.” Osamu tersenyum ramah, lalu berjalan mengikuti dokter dan perawat tadi dengan sang ibu, ayah dan kembarannya disampingnya. Mereka menaiki sebuah lift menuju lantai teratas rumah sakit ini, tempat dimana hanya pasien VIP yang bisa dirawat di kamar itu.
10-2
Itu nomor kamar Osamu, ruangan yang luas dan mewah, tempat dimana Osamu akan menghabiskan waktunya sepanjang hari. Setelah sedikit berbincang dengan dokter untuk hal-hal yang perlu diperhatikan untuk Osamu dan merapikan barang bawaannya, orang tuanya pamit pergi lebih dulu karena harus mengurus pekerjaannya.
Osamu duduk diranjangnya dengan jarum infus yang kembali tertancap ditangannya. Atsumu masih disana, ia masih ingin bersama sang kembaran karena jujur saja, Atsumu rindu pada kembarannya itu.
“Samu?” Atsumu bersua lebih dulu, tangannya bertumpu pada sisi ranjang Osamu untuk menopang kepalanya. “Apaan, lo kenapa gak balik juga? Emang gak ada kelas lo?” Atsumu menggelengkan kepalanya, bibirnya mengerucut. “Gak ada, gua masih kangen lo tau. Kok lo ngusir gua sih?” Osamu terkekeh mendengar ucapan Atsumu. “Gua ngga ngusir, gua cuma nanya. Lagian tumben lo kangen gua?” Atsumu menghela napasnya dan memutar bola matanya malas. “Ya emang gak boleh apa gua kangen? Jujur nih ya gua tuh pengen lo pulang, gua pengen main sama lo. Kenapa lo harus sakit sih dan kenapa juga harus lo yang sakit kenapa bukan gua?” Osamu menjitak kepala Atsumu dengan kencang setelah mendengar perkataan terakhir kembarannya itu yang disambut dengan ringisan ngilu oleh si surai kuning. “Terus gua bakal mau lo yang harus ada diposisi gua sekarang? Tolol ah malesin. Udah mending lo pulang deh sono, gua capek mau istirahat.” Atsumu mendengus kesal, ia hanya berkata jujur padahal kalau saja ia bisa meminta pada Tuhan untuk bertukar dengan Osamu maka ia akan lakukan dengan senang hati sebab ia tidak ingin melihat sang adik hanya bisa menghabiskan waktu seumur hidupnya berada didalam dinding putih yang dingin dan kaku ini, ditemani oleh bau obat-obatan yang membuatnya sangat mual. Atsumu bangkit dari duduknya, meraih tasnya dan bersiap pergi. “Yaudah gua balik dulu deh, udah sore juga. Itu makanan yang bunda bawain dimakan, besok gua kesini lagi.” Ucap Atsumu sambil menepuk kepala Osamu ringan. Osamu lagi lagi hanya mengangguk. “Hati-hati, besok bawa cerita yang menarik kalo lo cuma mau curhatin Omi doang mending pulang aja”
keduanya tertawa setelahnya, lalu Atsumu benar-benar pulang. Lagi, Osamu sendirian lagi dan jujur saja ia tidak suka.
Don't forget to vote and comment for appreciation.
KAMU SEDANG MEMBACA
Highlight Reel - Suna x Osamu
FanfictionI hope i can be well and being the lucky one in this world, without pain, without illness. This story might contains harsh words and some triggers that might be not suitable for you, please proceed with caution.