O8. Summer Rain

131 29 13
                                    

Highlight Reel — Summer Rain

─────────────────────────────────

Langit abu menyelimuti bumi hari ini, rintik hujan mulai turun membasahi apa saja yang ada di bawahnya. Ini adalah hujan pertama di tahun ini padahal masih terhitung musim panas, ah mungkin musim panas akan berakhir setelah ini.

Osamu termangu, ia duduk disofa menghadap ke arah jendela. Raut wajahnya nampak muram.

“Hujan ya?”

Osamu suka sekali hujan, tetapi ia justru sedih ketika hujan turun. Sebab ia tidak bisa menyentuh rintik yang jatuh itu secara langsung, bahkan meskipun hanya seujung kuku saja. Penyakit yang dideritanya benar-benar membuatnya tersiksa.

Osamu menghela napasnya panjang, kemudian menyandarkan punggungnya pada sofa dan memejamkan matanya. Menikmati suata rintik hujan yang mulai terdengar deras, Osamu selalu berkhayal tentang bagaimana rasanya bermain di bawah guyuran hujan meskipun dulu saat kecil ia pernah tapi Osamu lupa bagaimana rasanya, sebab hari itu yang tersisa hanyalah rasa sakit. Cukup lama ia bergumul dengan fantasi-fantasi di kepalanya, tiba-tiba atensinya teralihkan pada pintu kamarnya yang terbuka. Oh ternyata itu Atsumu dan Sakusa, mereka datang berkunjung hari ini.

“Osamuu~” Panggil Atsumu dan langsung mendekati kembarannya yang sedang duduk di atas sofa. “Jangan berisik elah” Osamu terkekeh. “Halo Osamu” sapa Sakusa. “Halo Kiyoomi” Osamu balas menyapanya. “Osamu gua kangen lo ih, sorry gua jarang kesini karena sumpah tugas gua banya banget anjir” ujar Atsumu. “Iyaa gak apa-apa kok 'Tsum, gua juga kangen lo” Osamu tersenyum, jujur saja dia memang rindu pada kembarannya itu. “Ngomong-ngomong Suna mana?” Tanya sang kembaran. “Ya di kamarnya, abis kemo dia karena akhir-akhir ini dia sering mimisan” Atsumu hanya mengangguk. “Oh, by the way gua bawaan lo dessert box kesukaan lo nih tadi Omi yang beliin” Ujar Atsumu sembari menyodorkan sebuah kotak berisikan makanan manis dengan rasa Tiramisu kesukaan Osamu. “Thanks, Omi” kata Osamu namun mendapat protes dari kembarannya itu. “Kok makasihnya ke Omi doang sih?” Atsumu cemberut. “Loh, kan Omi yang beliin” ujar Osamu sambil menyuapkan makanan manis itu ke mulutnya. “Tapi kan gua yang bawa” sungut Atsumu, Osamu memutar bola matanya malas. “Yaudah iya makasih Tsumu” Atsumu langsung tertawa setelahnya. “Omi kok lo mau sih sama dia” tanya Osamu, sedang yang ditanya hanya mengedikkan bahunya. “Gak tau Sam, gua sendiri aja heran” kemudian ketiganya tertawa.

Cukup lama mereka berbincang sambil menunggu hujan reda tetapi rintiknya justru turun semakin deras.

“Hujannya makin deres aja” Atsumu melihat keluar jendela, langit makin kelabu dan tidak menunjukkan tanda-tanda hujan akan berhenti. Osamu yang sekarang sudah kembali berbaring di atas ranjangnya hanya berdehem pelan, ia sudah lelah karena banyak berbincang tadi sedang Sakusa kini tertidur di atas sofa. “Sam?” Panggil Atsumu, namun tidak mendapat jawaban apa-apa dari Osamu. “Samu?” Panggilnya sekali lagi tetapi Osamu tetap tidak menjawab, Atsumu yang tadinya melihat keluar jendela menghampiri Osamu dam ternyata Osamunya sudah tertidur. Atsumu menarik kursi dan duduk di samping ranjang Osamu, meraih tangan kembarannya yang tertancap selang infus didalamnya.

“Sakit ya Sam?” Atsumu mengusap tangan saudaranya itu dengan lembut sambil menatap wajah Osamu yang damai. “Pasti capek ya tiap hari minum obat yang makin lama dosisnya makin tinggi” Atsumu tersenyum miris, entah kenapa hatinya tiba-tiba terasa sakit dan dadanya sesak. Benar, semakin lama dosis obat yang diterima Osamu semakin tinggi sebab ia menjadi sering mengeluh sakit dan sendinya terasa sangat ngilu di saat-saat tertentu serta kondisnya juga mulai tidak stabil, terkadang ia akan terlihat sangat sehat seperti orang yang tidak memiliki penyakit ditubuhnya, sedangkan akan ada hari-hari dimana dirinya akan mengeluh sakit sepanjang hari bahkan terkadang sampai menangis. “Sam, tau gak tadi gua ke gereja. Pasti lo kalo tau kaget karena gua ini suka males buat ibadah,” Atsumu menjeda kalimatnya, ia menghela napasnya sejenak. “tadi gua berdoa sama Tuhan Sam, entah itu Yesus, Allah atau Budha yang denger tapi gua berdoa buat kesembuhan lo” Atsumu tersenyum, dirinya masih asik bermonolog. “Gua minta sama Tuhan biar lo sembuh, gua tau ini mustahil tapi gak ada salahnya buat berharap kan? Gua tau doa sama permintaan gua kedengeran kaya lagi minta hujan di musim panas, yang kedengerannya emang gak mungkin tapi pasti disetiap satu tahun bakalan ada hari dimana hujan turun dimusim panas, contohnya kaya sekarang.” Atsumu meletakkan tangan Osamu kembali di atas kasur, kemudian menumpu dagunya sendiri dengan tangannya. Dirinya masih memandangi kembarannya yang sudah terlelap jauh di alam mimpi. “Sam, jangan tinggalin gua ya. Biar musim panas gua gak gersang terus.” Sial, Atsumu mulai terisak.

Kalau dilihat memang Atsumu seperti matahari yang cerah di musim panas, sedang Osamu seperti hujan yang teduh. Mereka masih saling melengkapi sampai saat ini, tetapi tidak akan ada yang tahu apakah selanjutnya hanya akan ada kemarau berkepanjangan sebab hujannya sudah tidak pernah turun lagi.

Atsumu masih terisak, semakin lama semakin kencang sampai Sakusa yang sedari tidur sekarang terbangun karena isakannya. Sakusa menghampir Atsumu, mengusap punggungnya yang bergetar karena menangis.

“Hey, sshh jangan nangis nanti Osamu denger” Sakusa berusaha menenangkan kekasihnya itu. “Eh Omi udah bangun?” Atsumu menoleh sambil menyeka air matanya. “Iya soalnya denger suara kamu, untung aku yang bangun bukan Osamu. Kamu kenapa kok nangis?” Atsumu mencoba menetralkan nafasnya sebelum menjawab pertanyaan Sakusa. “Aku takut Osamu pergi” ucapnya lirih. “Osamu masih disini, jangan mikir yang ngga ngga.” Benar juga, seharusnya selama Osamu masih disini dirinya tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Tetapi Atsumu tidak bisa, bayangan dan pikiran buruk terus membayanginya. “Aku cuma takut, Omi. Aku gak bisa bayangin kalau Osamu pergi nanti.” Ujar Atsumu, air matanya kembali mengalir. “Udah udah jangan dipikir, pulang aja yuk? Hujannya udah reda tuh. Biar Osamu istirahat, nanti kamu kabarin aja lewat telepon kalau pulang dulu”

Sakusa benar, sepertinya dirinya harus pulang karena semakin lama ia berada disini dan melihat saudaranya terbaring di atas kasur membuat Atsumu semakin sedih. Atsumu mengangguk, kemudian berkemas dengan hati-hati karena tidak mau mengganggu Osamu. Sebelum pulang ia meninggalkan sebuah catatan yang ia tempel pada vas bunga yang terletak di atas nakas samping ranjang Osamu.

“Osamu, gua pulang dulu ya karena udah sore. Cepet sembuh, gua sayang lo.”
—Atsumu♡

Highlight Reel - Suna x Osamu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang