Bai Ling mengelus perutnya dengan khawatir, telah sebulan kepergian Ye XuanYu untuk membantu pertahanan di perbatasan. Sudah sebulan juga dia tidak merasakan pergerakan dari bayinya, jika saja tabib tidak mengatakan bahwa anak-anak yang dikandungnya sehat, dia mungkin tidak percaya.
"Nak, apa kalian marah karena ditinggal oleh ayah kalian? Kenapa kalian tidak banyak bergerak?"
"Nak, jika mau marah padanya maka cepatlah besar, kita bisa membalas dendam pada ayah kalian karena meninggalkan kita sendirian disini." Meskipun tidak ada respon dari bayi yang ada diperutnya, Bai Ling terus mengajaknya bicara.
Bai Ling lalu mengalihkan pandangannya dan melihat langit malam tanpa bintang dari ruang baca milik Ye XuanYu. Semenjak kepergian Ye XuanYu, dia senang sekali pergi ke ruang baca suaminya, dia akan berada diruang baca seharian; duduk diam sambil mengelus perutnya sekalian mengajak bicara bayinya, mencari buku yang sekiranya menarik baginya, atau melihat pemandangan yang mengarah ke kolam teratai tempat dia biasa bersantai, bahkan mencari barang-barang yang mengikatkannya pada sang suami. Baru ditinggal sebulan rasanya sudah ditinggal bertahun-tahun.
Perutnya yang telah membesar membuatnya sulit untuk bergerak, dia merindukan kehidupannya dulu. Sebelum menikah, dia adalah wanita yang bebas, bebas pergi kemanapun dan melakukan apapun, berpetualang ke berbagai kota, bertemu dengan kenalan baru, sampai dia bertemu Ye XuanYu. Pertemuan mereka tidaklah indah, bahkan kalau dia ingat malah agak konyol juga menyebalkan.
Bei Ling menggelengkan kepalanya pelan, dia tersenyum saat mengingat awal pertemuannya dengan Ye XuanYu. Seharian berada di ruang baca, membuatnya mengenang masa lalu.
"Nyonya, makan malam sudah siap. Anda ingin makan di sini atau di kamar anda, nyonya?" Seorang pelayan datang pada Bai Ling yang baru akan pergi ke kamarnya. Diikuti pelayan yang membawa makan di belakangnya.
"Xiao Tao, tolong bantu aku, dan bawa makannya ke kamar."
Pelayan itu lalu menyuruh pelayan yang membawa makanan untuk menaruhnya di kamar sang nyonya. Dan datang ke samping Bai Ling untuk membantunya jalan, namun baru beberapa langkah, Bai Ling merasakan sakit yang luar biasa sehingga dia tidak bisa menahan teriakannya. Peleayan yang bersamanya terkejut dan panik saat melihat nyonyanya kesakitan. Bahkan semakin panik saat melihat darah serta air yang merembes keluar.
"Nyonya muda, penjaga! Penjaga! Tolong nyoba muda! Bendahara Ye! Tolong!" Pelayan itu berteriak dengan panik.
Penjaga yang menjaga di daerah itu langsung berdatangan, begitupun bendahara Ye dan istrinya, bibi Ye. Mereka terkejut melihat Bai Ling yang duduk di lantai dengan pelayan menahan tubuhnya dibelakang.
"Bayinya akan lahir!" Bibi Ye berteriak saat melihat air ketuban serta darah merembes membasahi lantai. Mereka semua yang berada disana terkejut juga takut.
Bendahara Ye yang mendengar istrinya berteriak tersadar jika nyonya mudanya akan melahirkan dan langsung menyuruh penjaga untuk memanggil tabib keluarga Ye. Dan juga meminta beberapa penjaga agar memindahkan Bai Ling ke ruangan yang telah di bangun khusus untuk proses melahirkannya.
Suasana pada malam itu tidak seperti biasanya, cukup sunyi di luar tapi ramai orang yang terburu-buru di salah satu pondok keluarga Ye. Di sebuah ruangan tertutup tampak beberapa orang yang hilir mudik tiada henti; pelayan yang membawa baskom berisi air, pelayan yang membawa obat-obatan, pelayan yang membawa bahan pakaian, dan yang lainnya yang diperlukan untuk proses melahirkan.
***
Ye Bai Yang yang pertama kali sadar mendapati dirinya seperti berada diruang sempit yang penuh air, dia mencoba menggerakkan badannya namun tempat yang dia tempati saat ini cukup sempit untuknya bergerak. Namun saat dia mencoba bergerak dia merasakan sosok lain yang terperangkap bersamanya, dia kembali membuat gerakan agar dapat melihat sosok itu. Tetapi saat dia ingin bergerak, tiba-tiba tubuhnya bergerak sendiri dengan kepala menghadap bawah, seperti terhisap oleh sesuatu.Dalam kepanikan dia mencoba bertahan dari dorongan yang kuat, dia membentangkan tangannya juga kakinya. Namun saat dia melakukannya, orang lain yang bersamanya tersadar, orang itu bergerak dan menendangnya seperti mencari sedikit ruang untuk dirinya sendiri.
Ye Bai Yang yang ditendang, tidak dapat menstabilkan tubuhnya dan akhirnya meluncur karena kuatnya dorongan itu.
***
"Astaga, bagaimana ini? Bayinya belum keluar juga." Tabib dan pelayan yang membantu proses melahirkan berkeringat. Semuanya tampak baik-baik saja saat tabib memeriksanya, tetapi bayi yang dikandungnya tidak mau keluar.Bai Ling menggertak giginya, menahan rasa sakit di bagian perut bagian bawah, dengan napas terengah dia mengelus perutnya dan berkata, "sayang, apa kau marah pada ibu karena apa yang ibu katakan tentang ayah kalian tadi, huh? Nak, kalau kau ingin marah maka keluarlah jangan menyiksa ibumu lagi. Kalau tidak, saat ayah kalian pulang nanti, dia akan memukul pantat kalian karena menyiksa ibunya."
Baiklah, kadar kecerdasan Bai Ling menurun drastis karena rasa sakit yang dia rasakan. Jadi jangan di bawa serius ucapannya. Bagaimana bisa dia menyuruh anak-anak memarahinya? Namun di satu waktu, dia juga mengancam anaknya!
Seperti didengar oleh bayinya, entah karena mendengar perkataan pertama Bai Ling atau karena takut ancamannya, akhirnya perutnya berkontraksi. Tidak lama kemudian Bai Ling merasakan dorongan yang kuat dari perutnya dan jeritan memilukan jiwa terdengar darinya.
***
Ye Bai Yin yang akhirnya tersadar dan mendapati dirinya seperti di dalam tong dengan air hangat menjadi waspada namun juga merasa damai. Tetapi, saat dia mencoba terbiasa dengan air hangat yang tidak membahayakannya, air hangat itu tiba-tiba menyusut, seperti terkuras dengan sendirinya. Sedikit-sedikit air hangat itu berkurang dan itu membuatnya panik. Karena kepanikannya secara tidak sengaja dia menendang sesuatu, namun belum juga mengetahui apa yang ditendang, tak berapa lama kemudian tiba-tiba tubuhnya berputar dengan kepala dibawah dan merasakankan hisapan kuat entah dari mana.***
Ye Bai Yang yang keluar dari tempat- entah- apa- itu- karena dorongan juga tertendang, mulai melihat cahaya.
'Ini? Ada apa ini sebenarnya?' batinnya saat pandangannya mulai jelas, dia dapat melihat sebuah ruangan yang cukup asing baginya, juga banyaknya orang yang menatapnya dengan senyum sumringah.
"Nyonya, tuan muda sudah keluar." Bai Yang melihat orang tua menatapnya dengan senyum, lalu dia merasakan tubuhnya terangkat.
Tabib yang membawa Bai Yang yang tadinya senang merasa khawatir setelahnya, saat menyadari bayi dalam gendongannya hanya diam melihatnya, dan tidak menangis. Oleh sebab itu, tabib lalu menggendongnya dengan punggung dia tepuk, hingga akhirnya bayi Bai Yang menangis karena kesakitan.
Bai Yang yang menangis terkejut saat mendengarnya, 'hah? Suara bayi? Aku!? Apakah aku dilahirkan kembali? Renkarnasi? Tapi, dengan ingatan sebelumnya!? Benarkah?'
"Nyonya, tuan muda sehat!" Tabib keluarga Ye akhirnya bisa bernapas lega karena bayi pertama lahir dengan selamat dan sehat, tidak kekurangan apapun. Jika ada apa-apanya dengan kondisi tuan muda, dia takut jika dia akan disalahkan bahkan di hukum. Tabib itu lalu memberikan bayi Bai Yang pada pelayan disampingnya untuk dibersihkan.
Satu lagi, bayi satu lagi belum dikeluarkan, tabib itupun kembali membantu Bai Ling. Bai Ling yang melihat jika anak pertamanya lahir dengan sehat tersenyum lemah. Beberapa saat kemudian bayi kedua menunjukan tanda-tanda untuk keluar, dan sekali lagi jeritan menyayat hati terdengar.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan tap ⭐ serta 💬 cerita ini....
280421
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rebirth of Two Twins
Historical Fiction[ Bukan Novel Terjemahan ] ⚠️ Slow update ⚠️ Dua saudara Ye, Ye Bai Yin dan Ye Bai Yang Semenjak orang tuanya meninggal Bai Yin selalu mengurus, menjaga Bai Yang yang sakit-sakitan. Mereka tak terpisahkan, bahkan saat adik laki-laki ayahnya ingin me...