Please vote this story if you enjoy ❤️
Start : 1 Juni 2021
Finish :
TIRU YANG BAIK DAN TINGGALKAN YANG BURUK!
***
Asma melakukan kesalahan, siksa menimpanya.
Asma membela diri karena kebenaran, siksa menjemputnya.
Zemira melakukan kesalahan, siksa...
Note untuk orang tua: Cerita ini ditulis bukan untuk merendahkan kaum wanita yang telah menjadi ibu. Penulis sendiri juga seorang anak yang sudah tentu memiliki ibu.
Di sini penulis-berperan sebagai anak akan memberitahukan hal yang bisa merusak mental sang anak. Pesan untuk orang tua di seluruh dunia:
1. Jangan bandingkan anak kita dengan anak tetangga, saudara, atau orang lain!
2. Jangan pilih kasih! Kasih sayang untuk anak pertama ataupun kedua harus sama. Kasih sayang untuk anak tiri dan anak kandung juga harus sama. Ingat, yang memutuskan untuk menikah lagi adalah orang tua, bukan anak! Jadi, orang tua harus bisa bersikap adil.
3. Jangan tekan anak dengan hal yang tidak mereka sukai! Contoh : Si anak pengin jadi guru, tetapi orang tua pengin anaknya jadi pengusaha. Si anak pengin kuliah jurusan ini, tetapi orang tua pengin anaknya ngambil jurusan itu. Selebihnya, cari contoh sendiri, ya!
4. Bertengkar dengan pasangan kerap menjadi konflik rumah tangga, tetapi jangan sampai pertengkaran itu menimbulkan perceraian. Ingat! Korban perceraian adalah ANAK!
Note untuk anak : Di sini, penulis juga ingin mengatakan kalau orang tua bukan sosok yang sempurna. Mereka sama seperti kita—para anak—yang banyak melakukan kesalahan. Pesan untuk anak di seluruh dunia:
Jangan menuntut orang tua untuk terus memahami anak. Sekali-kali, anak juga harus memahami orang tua. Tidak ada manusia yang ingin mengalami perceraian dalam rumah tangganya. Semuanya pasti ingin rumah tangga mereka baik-baik saja.
Namun, terkadang harapan semacam itu hanya sebatas angan jika salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya dengan baik. Contoh : suami tidak memberikan nafkah lahir dan batin kepada istri, istri tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, dan masih banyak hal lain yang bisa memicu terjadinya KDRT.
KDRT kerap terjadi di mana-mana. Di dunia nyata saja banyak, apalagi di dunia fiksi—pasti tambah banyak.
Kembali ke laptop! Jika KDRT sudah terjadi, kemungkinan perceraian akan terjadi. Nah, terkadang, perceraian itu seolah-olah membuat anak merasa paling tersakiti dan mencari perhatian dengan cara curhat di sosial media 'pengin punya keluarga utuh' tanpa membayangkan bagaimana kalau salah satu orang tuanya membaca curhatan itu?
Sudah pasti hati orang tua akan sakit. Mereka merasa tidak bisa menjadi orang tua yang sempurna untuk anak-anaknya.
Sekali-kali, coba anak berpikir. Apa yang akan anak lakukan jika berada di posisi orang tua? Kalau dia melakukan hal serupa, berarti dia sudah tahu mengapa orang tuanya memilih jalan itu.
Di dunia ini, tidak ada makhluk yang sempurna. Toh, sejatinya, kesempurnaan hanya milik-Nya. Jadi, jangan menuntut orang tua untuk memahami apa yang anak mau kalau anak belum memahami sepenuhnya apa yang orang tua mau.
Semuanya sama. Anak dan orang tua itu sama, yang membedakan mereka adalah status—kalau orang tua sudah memiliki anak, kalau anak belum. Keduanya juga punya tujuan yang sama, sama-sama ingin hidup bahagia.
Intinya, jangan menuntut untuk dipahami kalau kamu sendiri belum bisa memahami orang lain!
BTW ini dari pemikiran aku, ya. Mohon maaf kalau kita beda pemikiran.