Bau kopi menusuk lembut ke hidung Aisyah. Ia menatap sayu langit-langit berwarna abu.
Dimana ini?
Batinnya sambil mengernyitkan dahi.
Mata Aisyah membulat setelah ia mengingat kejadian tadi.
"Jangan-jangan gue diculik sama para preman tadi?!" Seru Aisyah. Baru saja ia ingin bangun dari tidurnya, tiba-tiba terdengar suara pintu yang terbuka.
Dengan cepat Aisyah memejamkan matanya agar orang itu percaya ia masih tertidur."Aku tau kamu sudah bangun" Ucap orang itu. Suaranya seperti anak muda, terdengar berat namun em... Seksi.
Astaga... Bagaimana bisa dia terpesona dengan suara orang itu, padahal saat ini dirinya dalam bahaya.
Namun Aisyah masih berpura-pura tertidur."Aku tidak mempunyai maksud buruk padamu, tenang saja" Orang itu kembali berucap, mungkin ia paham apa yang sedang dipikirkan Aisyah.
Dengan pelan Aisyah membuka kelopak matanya. Pandangannya sesaat mengabur, lalu kembali jernih dan tergantikan raut tampan seseorang.
Alis lelaki itu menukik tajam.
Matanya jernih seperti bayi, jika dilihat lebih cermat, kornea matanya berwarna biru tua.
Hidung mancung
Pipi tirus
Lalu pandangan Aisyah terhenti dibibir lelaki itu.
Merah muda, tebal, dan... Seksi.Astagfirullah!
Aisyah memalingkan wajahnya, ia terlalu terpesona dengan wajah lelaki itu, hingga ia tak sadar jika perbuatannya itu kurang sopan, terlebih lagi pada lawan jenisnya.Sebentar...ah buat apa juga harus bersikap sopan pada orang yang menculiknya? Sepertinya otak Aisyah sedikit konslet karena ketampanan lelaki itu.
"Sibuk mengagumi wajahku, huh? " Goda lelaki itu. Lalu ia berjalan menuju nakas dan menuangkan air ke gelas kaca.
"Minum! " Ia menyodorkan gelas itu untuk Aisyah.
Aisyah menatap air itu dengan curiga.
Mengerti arti tatapan tersebut, lelaki itu memutar bola matanya dan berdecak. Tanpa aba-aba ia meminum air tersebut hingga hanya menyisakan setengah gelas."Lihat aku sudah meminumnya. Air ini tidak mengandung racun seperti yang otak kotormu pikirkan" Sindir lelaki itu.
Aisyah merasa malu karena lelaki itu menebak isi pikirannya dengan tepat.
Dengan cepat Aisyah mengambil gelas itu dari tangan lelaki tersebut, dan meminumnya dengan cepat."Hei... Aku bisa mengambilkan gelas baru untukmu. Kau tidak perlu meminum air itu dari bekas bibirku! " Lelaki itu menatap heran gelas yang sedang dipegang Aisyah. Air bekasnya tadi langsung habis dalam dua detik.
Bego!
Aisyah mengumpat dirinya sendiri dalam hati."Itu artinya secara tidak langsung kau sudah merenggut ciuman pertamaku" Gumam lelaki itu.
Buru-buru Aisyah menggeleng tanda tak setuju dengan ucapan lelaki itu.
"Bagiku tidak ada ciuman pertama bagi orang dewasa, karena ciuman pertama kita sudah diambil oleh orang tua dan orang terdekat kita ketika masih kecil" Aisyah yang sejak tadi bungkam, akhirnya angkat bicara.
Lelaki itu tersenyum, dalam hati ia membenarkan perkataan gadis tersebut.Aisyah kembali terpukau karena wajah tampan lelaki itu yang sedang tersenyum menatapnya. Dia jadi teringat apa yang lelaki itu katakan sebelumnya.
"Apa kamu memang belum pernah berciuman dengan lawan jenis seusia-mu?" Tanya Aisyah
"Belum" Ucap lelaki itu dengan singkat.
"Aku tidak mempercayainya, mana mungkin orang sepertimu tidak pernah berciuman"
"Terserah kau ingin mempercayainya atau tidak. Lagipula untuk apa aku berusaha menyakinkan orang asing sepertimu" Ucap lelaki itu dengan ketus.
Aisyah termenung menyadari kebodohannya. Apa yang dia pikirkan hingga membahas ciuman dengan orang asing?
"Btw, kamu kok bisa bawa aku ke sini. Kamu mau nyulik aku ya" Tuduh Aisyah
"Tidak. Aku melihat beberapa preman mengerubungimu yang sedang pingsan tadi, sepertinya mereka akan memperkosamu" Ucap lelaki itu dengan serius.
Aisyah tercekat, tangannya langsung menutupi dadanya.
"Bercanda" Lelaki itu lalu tertawa dengan keras melihat respon gadis di depannya.
Aisyah cengo melihat wajah lelaki itu yang memerah, bukannya jadi jelek, namun terlihat semakin tampan saat dia tertawa.
MasyaAllah ganteng banget ciptaanMu, lebih ganteng dari Yusuf.
Tawa lelaki itu tak kunjung reda, sementara Aisyah juga tak kunjung bosan melihat wajah lelaki itu.
Menyadari dirinya terlalu lama tertawa, padahal tidak ada yang lucu, tawa lelaki itu pun reda, tergantikan dengan berdeham canggung serta tangan kirinya menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal.
"Nama kamu siapa? " Tanya lelaki itu sambil mengulurkan tangan.
"Aisyah. Kamu? " Aisyah menyambut uluran tangan itu.
Hangat, sedikit kasar, namun nyaman dipegang.
Aisyah sampai menutup matanya. Rasanya sangat nyaman saat tangannya dipegang seperti ini."Umar.
Eh udah dong jabat tangannya, keenakan kan kamu" Ucap lelaki itu setengah bercanda.Aisyah buru-buru melepaskannya. Ia tidak sadar tangannya sedari tadi memegang erat lelaki itu.
"U-umur kamu berapa? " Tanya Aisyah.
"Tujuh belas, kamu? "
"Lima belas.
Eh kamu blesteran ya. Mukanya kok kayak orang bule" Aisyah juga baru sadar, dari tadi ucapan Umar sedikit baku, pantesan ia jadi ikut berbicara agak baku juga."Eum... Iya" Jawab Umar sambil mengusap belakang kepalanya.
"Kamu sekolah dimana? " Tanya Aisyah. Ia mulai kepo dengan makhluk blesteran ini.
"Kepo banget sih" Jawab Umar dengan tampang sebal.
Aisyah merasa bersalah. Seharusnya dia tidak terlalu kepo pada orang asing ini. Tapi entah mengapa di dekatnya dia langsung merasa nyaman.
Padahal biasanya dia judes pada para lelaki apalagi orang asing. Namun perasaannya kini membuatnya bingung.
Hatinya berdebar hangat. Sangat asing ia rasakan.Bukan, Aisyah yakin ini bukan rasa cinta pada lawan jenis, namun rasa sayang dan nyaman.
Seperti kasih sayang adik terhadap saudaranya."Maaf" Aisyah menundukkan kepalanya.
Umar langsung tersenyum. Gadis ini terlihat naif dan polos. Padahal dia hanya bercanda.
Tidak masalah Aisyah ingin bertanya serinci mungkin tentang dirinya. Ia pasti akan menjawabnya.Bahkan jika ia bertanya berapa ukuran kolornya, ia pasti akan menjawab.
Umar menggelengkan kepalanya.
'Sepertinya pikiranku sudah tidak beres' batin Umar"Besok kamu akan tau" Ucap Umar. Ia mengelus kepala Aisyah.
Diperlakukan seperti itu pipi Aisyah memanas. Ia langsung menurunkan tangan Umar.
"Bukan mahram tau" Protes Aisyah. Padahal dalam hatinya ia suka diperlakukan seperti itu.
Karena sejak kecil, ia tak pernah merasakan usapan seorang lelaki. Apalagi dari ayahnya."Mau aku halal-in? " Goda Umar.
____________ Bersambung_____________
AN :
Aku sadar banyak susunan kalimat yg kurang pas, kalimat yg kurang cocok, feel nya juga gak dapet...
Tapi saia bomat😭
Siapa seh yg mau baca cerita aneh ini😭🙏
Jadi cerita ini ya cuma buat ngisi kegabutan gw 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge And Understanding
Novela JuvenilKesalahpahaman bisa menjadi dendam Namun dendam juga bisa menjadi cinta