Part 3

1.4K 157 0
                                    

♢♢♢

Tatapan mata pria itu semakin menajam ketika sang tunangan di hadapannya mengatupkan mulut, tak berniat untuk mengatakan apapun lagi selain argumentasinya yang sangat keliru bagi seorang Jung Jeffrey.

"Kita bicara lagi setelah acara makan malam ini selesai, walau bagaimanapun ini adalah hari ulang tahunmu, seharusnya kau tak merusaknya dengan tingkah kekanakanmu seperti ini,"
Penuturan tersebut jelas adalah bentuk eksplisit dari ketidaksetujuannya. Sangat jelas, bahkan Jeffrey bersumpah dalam hatinya, kalau setelah ini Nana akan menyesal telah mengatakannya.

Sementara, sekarang Nana hanya diam. Menelan rasa gugupnya bulat-bulat.
Ini memang jelas keluar dari zona nyamannya jika memandang secara perspektif adat istiadat. Tapi ini jelas sangat adil bagi dirinya yang telah terhina.

"Aku harap ini hanya sebagian dari perspektifmu saja. Karena aku yakin, kau bukan gadis bodoh yang akan menuduh tunanganmu sendiri dengan cara brutal seperti itu, kau gadis paling berpendidikan yang selalu kukagumi---mungkin kau tak tahu,"
Lagi Jeff menekankan maksudnya, seakan kata mengenai kekaguman itu telah menggebu-gebu dalam dirinya selama ini.

Dia tak ingin secepat ini menyatakan bahwa dirinya sudah tertangkap basah.

"Aku harap kau akan tetap setenang ini jika setelah acara malam ini aku masih tetap kukuh dengan keinginanku." permintaan itu hanya dijawab dengan kerutan tajam di dahi Jeff. Pria itu kelihatannya masih belum percaya sepenuhnya kalau Nana bisa bersikap seperti ini.

Memang, ketika gadis itu mengatakan semua keinginannya Jeffrey sempat terkejut, belum lagi hatinya mengalami reaksi yang memang seharusnya ia rasakan sebagai tunangan gadis itu.

Tapi entah mengapa setelah netranya melihat manik huzzle Nana saat ini, ia malah yakin kalau gadis itu akan segera mengurungkan niatnya setelah acara malam ini.


•°•°•°•

Makan malam telah selesai dan hanya ada mereka berdua di dalam restoran.
Untuk mem-booking satu restoran mewah bagi Jeff memang bukanlah apa-apa, karena itu yang biasa dilakukan oleh keluarga konglomerat saat mereka ingin menikmati hidangan di restoran. Memisahkan diri dari hal-hal yang dikira tak diperlukan.

Namun tentu banyak hal yang berbeda dengan malam ini. Jika biasanya Jeff akan memilih posisi meja paling tengah untuknya makan malam, tapi kali ini ia sengaja memesan meja di dekat jendela, yang pemandangannya langsung jatuh tepat ke suasana kemetropolitanan Seoul.

Lampu-lampu dari gedung pencakar langit tampak sangat indah seperti bintang-bintang yang siap mendapatkan pujian dari siapapun yang melihatnya. Belum lagi balkon restoran yang telah dihias dengan lilin-lilin kecil serta bunga-bunga cantik memenuhi pelataran.

Hanya meja yang membentang panjang di hadapan mereka saja yang kelihatannya kurang pas. Semestinya Jeff memilih meja kecil berbentuk bundar agar membuat suasana jadi lebih akrab dan romantis.

Kesimpulannya, meski balkon dan restoran telah dihias sedemikian indah dan mewahnya, tapi meja yang membentang di hadapan mereka itu seakan tetap menampilkan sosok Jeff yang sesungguhnya, tak mudah untuk didekati oleh siapapun, termasuk Nana.
Dia masih tetap seperti seseorang yang berkuasa, dan Nana adalah seseorang yang harus menuruti segala titahnya.

LIMERENCE (Nomin GS)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang