Itadori Yuuji itu bukannya seseorang yang lemah, ia hanya terlalu baik hati. Tetapi memang jika kau bandingkan dia dengan kakaknya, akan sangat terlihat jauh perbedaan diantara keduanya. Barangkali itu pula yang menjadi penyebab Yuuji menerima penolakan dari seseorang yang ia kagumi sedari dulu entah untuk keberapa kalinya.
Gojo Satoru namanya. Manusia yang selalu dielu-elukan namanya kemanapun ia pergi. Satoru itu cemerlang. prestasinya luar biasa banyak tidak terhitung. Usianya masih muda tetapi kariernya bukan main-main. Yuuji mengenalnya saat ia masih berusia enam tahun. Hanya Satoru yang sering datang berkunjung untuk menemui Sukuna, dan Yuuji yang kerap kali menggangu karena dirinya ingin ikut diajak bermain. Barangkali sejak pertemuan mereka dulu itu Yuuji sudah mantap menetapkan Satoru sebagai pusat dunianya. walaupun jelas, Satoru merasakan hal yang berbeda dengannya.
Memijat pelipisnya dengan lelah, Satoru menatap remaja di depannya lekat-lekat. "Yuuji-kun."
"Yup, membalas panggilan Komandan, Yuuji di sini."
Yuuji tau dan sangat sadar bahwa kalimat selanjutnya yang akan ia dengar adalah kalimat penolakan serta penjelasan tentang kenapa keduanya tidak bisa bersama. Walaupun begitu dirinya masih memasang wajah penuh tawa seakan-akan ia hanya bemain-main.
"Hei, dengar -aku tau kau lelah dengan penjelasanku dan penolakanku, tapi aku juga sama lelahnya mendengar kau menyatakan cinta padaku seperti berganti pakaian setiap harinya."
Yuuji tersenyum lebar, "aku tau, kok," ia menjeda sejenak ucapannya. Yuuji merogoh saku hoodie-nya kemudian mengeluarkan ponsel. Ia menekan layar hitam itu dan membuka aplikasi memo lalu ditekannya salah satu dokumen yang ia beri penanda disana. "untuk mengoreksimu saja ya Kak, bulan ini tanggal lima, tujuh, duabelas, tigabelas, limabelas, duapuluh tiga, dan duapuluh empat aku tidak menyatakan cinta padamu. Jadi tidak benar kalau aku menyatakan cinta setiap hari, jangan dilebih-lebihkan dong Kak."
Satoru tidak dapat berkomentar. Benar-benar sulit sekali untuk membaca pikiran remaja di depannya ini.
Mereka bukannya baru mengenal selama satu dua hari, tetapi sepuluh tahun. Dan dalam waktu yang sebegitu lamanya, Satoru masih tidak mengerti apapun tentang Yuuji. Yuuji memang sekadar adik sahabatnya saat mereka pertama kali bertemu. Tetapi tentunya waktu mengubah segalanya. Bukan hanya adik seorang sahabat lagi tetapi Satoru sudah menganggap Yuuji sebagai adiknya sendiri. Bahkan jika mungkin, Satoru ingin mengajukan hak untuk mengadopsi Yuuji terlampau berharganya. Satoru hanya ingin melindungi Yuuji dari dunia yang kejam ini selayaknya orang tua pada anaknya, bukannya memenuhi hidup Yuuji dengan perasaan romantis.
Keterdiaman menyapa keduanya. Yuuji yang masih memasang senyum di wajahnya, dan Satoru yang terdiam kebingungan dengan segala perilaku aneh pemuda bersurai pink itu. Suara bising restaurant keluarga yang mereka datangi menjadi latar belakang musik bagi keduanya.
Keduanya hanya mampu saling tatap dengan pikiran masing-masing yang berkeliaran di kepala. Tentunya sebelum Yuuji memecah keheningan yang ada, karena bocah itu benci keterdiaman.
"Kak."
"Kalau kau ingin menyatakan cinta lagi, aku menolak." Tegas Satoru.
Yuuji tertawa kecil sembari melambaikan tangannya tanda oposisi. "tidak kak, tidak. Aku hanya ingin bertanya."
Satoru mengangguk kemudian meminum milkshakenya.
"Aku penasaran tentang satu hal ... kau tau ... mmm ..."
"Yuuji, langsung ke intinya. Jangan menakutiku. Awas saja kalau ini pernyataan cinta yang lain."
"Sungguh kak, bukan pernyataan cinta. Maksudku sih iya masih berhubungan dengan itu, tapi tidak. Aduh, bagaimana ya menjelaskannya ... "
Mengaduk-aduk milkshakenya yang tinggal sisa seperempat, Satoru menatap Yuuji tajam. "Yuuji."
Yuuji membalas tatapan Satoru dengan kikuk. Berdehem sebentar untuk membersihkan tenggorokannya, ia kembali mengutarakan pertanyaannya kemudian, "Satoru-san, kenapa dirimu tidak pernah menggunakan perbedaan umur sebagai alasan?"
Alasan yang Yuuji maksud tentu saja alasan penolakan pernyataan cinta yang Yuuji utarakan. Tidak salah sih Yuuji penasaran tentang hal itu, karena umur mereka bisa dibilang sedikit jauh, dengan Satoru memegang jabatan sebagai yang lebih tua diantara keduanya. Yuuji baru saja berumur enambelas sementara Satoru sudah duapuluh delapan.
Pria yang berkarier sebagai arsitek itu mengetuk ringan meja yang memisahkan keduanya, pertanda supaya Yuuji mendengarkannya dengan serius. Yuuji membawa dirinya untuk duduk lebih maju dan memangku wajahnya dengan tangan.
"Karena aku tau rasa sakit menerima penolakan dengan alasan 'kau terlalu muda untukku.'"
Yuuji mengeryitkan dahinya, "memangnya alasan lain tidak menyakitkan? Wah, yang kualami selama ratusan kali ditolak ini belum seberapa ya?"
"Jadi kau mau merasakan penolakan yang sepeti itu? Ya sudah, katakan lagi kau mencintaku, nanti akan kutolak dengan alasan, 'kau terlalu muda untukku, Yuuji.'"
"Kak, kau ini benar-benar tidak berperasaan." Balas Yuuji sembari mengerucutkan bibirnya. Kakinya mulai mengetuk-etuk lantai di bawah meja dan bibirnya terus-terusan bergumam tentang Satoru yang tidak berperasaan.
"Makannya jangan suka padaku."
Seolah perkataan Satoru adalah hal yang lucu -atau barangkali hal itu memang lucu menurut Yuuji, remaja itu tertawa terbahak-bahak sembari memegangi perutnya. Beberapa pelanggan lain yang duduk tidak jauh dari mereka mulai menatap Yuuji aneh karena suara tawanya yang sedikit menggangu. Setelah Yuuji mendengar seseorang berdehem keras barulah Yuuji berhenti tertawa. Menetralkan rasa gelinya akibat perkataan Satoru, Yuuji berdiri dan menunduk sebagai permintaan maaf karena tawanya yang menggangu.
Setelah ia kembali duduk barulah ia menatap Satoru lalu tersenyum lebar, "mustahil untuk tidak mencintaimu kak. Sumpah deh, kakak tidak pernah becermin ya? Dewi Aphrodite saja barangkali iri."
Satoru mendengus. Mulus sekali gombalannya, seperti dirinya tau siapa itu Dewi Aphrodite saja.
"Aku tidak tau sih siapa itu Dewi Aphrodite itu, tapi Nobara bilang dia itu eksistensi yang paling indah. Eits tapi bukan berarti aku menyukaimu hanya karena wajahmu ya kak." Lanjut Yuuji seolah ia dapat membaca pikiran Satoru.
"Lantas kenapa?"
"Mau kujabarkan?" tanya Yuuji. Dahinya berkerut memikirkan tentang apa yang harus ia katakan, tetapi seperti mendadak dihantam palu seberat satu ton, ia melebarkan bola matanya. Menegakkan posisi duduknya, Yuuji mendadak menyadari sesuatu. Ia mengecek jam yang membungkus tangan kirinya. melihat waktu yang terpampang di sana, ia menjadi panik sendiri dan menyambar ponsel dan jamnya. "maaf ya kak, sudah pukul dua. Bisa-bisa aku dapat hukuman lagi kalau terlambat."
Bersamaan dengan itu ponselnya berdering dan menampilkan nama panggilan yang tertera, 'kapten'. Anggota Tim basket itu buru-buru mengangkat panggilan masuk dan berdebat dengan si pemanggil untuk beberapa lama. Setelah panggilan selesai, ia berpaling sedikit dan menundukkan dirinya; menyamakan tingginya dengan Satoru yang sedang duduk lalu menempatkan bibirnya tepat di sebelah telinga.
Ia kemudian berbisik, "aku duluan ya kak."
Hal itu sukses membuat Satoru bergidik di tempatnya. Sebelum Satoru dapat mengembalikan kesadarannya, Yuuji sudah menghilang dari pandangannya.
********
Malam itu Satoru mendapatkan e-mail dari Yuuji. Sebuah dokumen dengan total 67 halaman, berisi tentang penjabaran perasaan remaja itu untuk dirinya. Satoru tidak dapat menahan dirinya untuk tertawa kecil melihat tingkah Yuuji.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Ways To Love You (Gojo × Yuuji)
Fanfiction"Satoru-san, kenapa dirimu tidak pernah menggunakan perbedaan umur sebagai alasan?" "Karena aku tau rasa sakit menerima penolakan dengan alasan 'kau terlalu muda untukku.'" Yuuji tidak pernah menyerah untuk mendapatkan apapun yang ia inginkan, baik...