CHAPTER 3

7.1K 930 54
                                    

🐍🦁

Harry duduknya pake bantalan. :V

Maret 2001

"Daddy… lihat, Grandpa memberiku kuda-kudaan kayu yang bisa berlari," seru seorang bocah kecil pada ayahnya.

Harry tersenyum melihat betapa bahagianya anak itu, "Kau suka, Son?" tanya Harry lembut dan anak itu mengangguk dengan penuh semangat, "Sudah ucapkan terima kasih pada Granpa Sev?" tanya Harry lagi dan dijawab lagi dengan anggukan. "Kalau begitu sekarang coba buka kado dari Daddy," kata Harry sambil mengulurkan sebuah kotak panjang pada putranya.

Anak kecil berambut pirang dan berkulit putih itu segera menerima kado dari ayahnya dan dia bersorak gembira melihat apa yang di dapatnya, "SAPU TERBAAAANG…" teriak anak itu yang disambut tawa Harry dan senyum tipis Severus, "Thank you, Daddy," serunya lagi sambil melompat ke pangkuan ayahnya.

Harry memeluk anak itu dengan penuh sayang, "Happy birthday, Darrel," bisik Harry sambil mencium rambut halus anaknya.

Anak itu tertawa bahagia dan melompat turun, dia tak sabar untuk mencoba semua mainannya.

"Kenapa kau belikan dia sapu terbang mainan? Bagaimana kalau dia terluka?" tanya Severus sambil terus memperhatikan bocah kecil yang telah dianggap cucu olehnya sendiri itu.

Harry tertawa, "Kau juga membelikannya kuda mainan yanng bisa berlari, Sev, aku yakin dia akan segera menaiki kuda itu." jawab Harry tak mau kalah, dan dia menyeringai mendengar dengusan orang yang telah dianggapnya ayah itu.

Hampir tiga tahun mereka tinggal bersama dan itu cukup mengikat mereka sebagai keluarga. Severus yang dingin itu begitu sayang pada Darrel, seperti halnya pada Harry.

"Tak terasa Darrel telah berusia dua tahun, kehidupan yang seperti mimpi bagiku," kata Harry pelan sambil terus memperhatikan putranya.

"Kau tetap tak ingin mengatakan hal ini pada Draco?" tanya Severus.

Harry menggeleng, "Tidak, Sev, Darrel adalah putraku, aku akan memberikan semua cintaku untuknya."

"Harry…"

"Draco tak pernah mencintaiku, dan aku tak ingin menyakiti putraku dengan hal itu," potongnya, "Biar aku saja yang merasakan sakit ini, Sev, tak akan aku biarkan siapapun menyakiti anakku, termasuk Draco," desis Harry.

-Daddy… kenapa menangis?-

Harry tersentak mendengar bisikan kecil di kepalanya, dengan cepat dia memandang anaknya yang juga tengah memandangnya dari sudut ruangan. Ya, Darrel memang memiliki keistimewaan lebih dibanding penyihir lainnya, dia bisa bertelepati dengan Harry dan merasakan apa yang tengah dirasakan oleh Harry, oleh karena itulah Harry selalu berhati-hati agar putranya tidak tahu apa yang menjadi sakitnya selama ini.

Harry tersenyum dan menjawab pertanyaan putranya dengan cara yang sama, -Tidak, Darrel, Daddy tidak menangis, percayalah. Daddy senang melihatmu bermain dengan gembira.-

Anak lelaki itu tertawa lagi mendengar jawaban ayahnya dan kembali bermain.

"Apa katanya?" tanya Severus yang memperhatikan ayah dan anak itu saling berpandangan.

SOULMATESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang