CHAPTER 7

7.9K 853 211
                                    

🐍🦁

Mata biru Narcissa memperhatikan wajah ceria Astoria yang memamerkan baju pengantin putihnya yang terbuat dari sutra terbaik pada Draco yang menyempatkan diri untuk pulang akhir pekan ini.

"Aunty, coba lihat, apakah aku pantas memakai ini nantinya?" tanya gadis itu pada Narcissa.

Istri dari Lucius Mlafoy itu pun mencoba untuk tersenyum sewajarnya, "Tentu, Asto, kau akan terlihat semakin cantik dengan baju itu," jawab Narcissa. Dia mencoba menahan rasa perih di dadanya saat teringat nasib Harry dan Darrel yang hidup sendiri tanpa Draco di sisi mereka.

"Bagaimana menurutmu, sayang?" tanya Astoria pada Draco.

Draco yang tengah melamun tersentak mendengar pertanyaan itu, "Ah, maaf, kau bilang apa?" tanyanya pada gadis itu.

Astoria menghela napas panjang lalu duduk di samping tunangannya, "Kau dari tadi asik sendiri dengan lamunanmu sampai tak mendengarku," kata gadis itu separuh merajuk.

Draco tersenyum lalu menggenggam tangan gadis itu, "Maaf, aku sibuk memikirkan esay para murid yang bertumpuk di mejaku," jawabnya.

"Lupakan sebentar pekerjaanmu, dua bulan lagi kita akan menikah," kata gadis itu.

Draco terdiam, sudah beberapa bulan sejak dia terakhir berbicara dengan Harry di tepi danau itu, sejak itu tak ada lagi yang terjadi diantara mereka.

"Draco," panggil Astoria tak sabar.

"Iya, sayang, aku ingat itu, maafkan aku, aku akan lebih meluangkan waktuku untukmu," hibur Draco yang langsung berhasil membuat gadis itu tersenyum.

Narcissa merasa tak tahan melihat pemandangan di depannya, hatinya merasakan satu dilema yang begitu besar, dia ingin anaknya berbahagia dengan gadis pilihannya, hidup yang telah dipilihnya. Tapi di satu sisi dia tak ingin Harry dan cucunya kehilangan bagian terpenting dalam hidup mereka, walau Harry telah memutuskan untuk hidup tanpa Draco tapi sisi seorang ibu membuat Narcissa merasa sedikit tidak terima dengan kenyataan itu.

"Kau tahu, tadi sepupuku datang ke rumah dengan membawa anaknya yang masih bayi, lucu sekali. Aku langsungteringat pada anak Harry yang ada di dalam foto di meja kerjanya," cerita Astoria dengan penuh semangat.

Narcissa tersentak, begitu pun dengan Lucius yang sejak tadi memilih diam. "Anak Harry?" tanya Narcissa pelan seakan tak percaya dengan pendengarannya.

Astoria mengangguk, "Kami melihatnya saat mengunjungi mereka di Hogwarts, anak yang tampan dan manis sekali. Sayang itu hanya foto saat dia masih bayi, iya kan sayang?" tanya Astoria pada Draco yang hanya mendapatkan anggukan dari pemuda itu. "Aku ingin tahu bagaimana wajahnya yang sekarang, pasti lebih tampan," celoteh gadis itu.

Tak ada yang berkomentar, semua tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Narcissa dan Lucius jelas hapal wajah cucu mereka yang sering mereka kunjungi diam-diam tanpa sepengetahuan Draco. Sedangkan Draco, dia masih ingat bagaimana wajah anak lelaki yang menggemaskan itu, senyum cerianya yang mengalahkan hangatnya matahari, matanya yang seindah mata Harry. Ada rasa rindu membuncah dalam dadanya, dia memejamkan matanya sejenak untuk mengingat apa saja yang telah diceritakan Harry tentang anak itu, anak yang telah menjadi hidup untuk pemuda yang begitu dicintainya.

-Daddy...-

Draco tersentak, suara kecil yang lama tak pernah muncul dalam kepalanya kini terdengar lagi, dia semakin memejamkan matanya, mencoba berkonsentrasi pada suara itu.

SOULMATESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang