CHAPTER 6

7.5K 846 107
                                    


🐍🦁

Ruangan kayu yang tak seberapa besar itu terasa begitu hening, tak ada yang bersuara, hanya gemeretak kayu yang terbakar di perapianlah yang menjadi satu-satunya suara di sana. Narcissa menutup mulutnya dengan tangannya yang putih, air mata mengalir dari mata birunya.

Severus merasa tak mampu menyembunyikan ini lagi dari keduanya, lalu siang tadi dia mengajak Lucius dan Narcissa ke rumahnya, karena tak mungkin dia menceritakan ini di tempat yang ramai. Dan kini disaat dia telah selesai menceritakan semuanya tak ada satu pun dari mereka yang bersuara.

"Ini tak mungkin, Sev, bagaimana ini terjadi?" tanya Narcissa yang masih tak bisa mempercayai hal ini seutuhnya.

Lucius mengepalkan kedua tangannya dan menopangkannya di keningnya, "Ini gila," desisnya.

"Aku tak meminta kalian percaya, aku hanya menceritakan apa yang kalian ingin tahu," jawab Severus datar.

Suara langkah kaki kecil yang setengah berlari terdengar menuruni tangga kayu di belakang mereka, Severus memang meminta Darrel untuk bermain bersama Kreacher di kamarnya sendiri.

"Grandpa," seru bocah kecil itu.

Mata Narcissa dan Lucius tak lepas memandang anak itu, mereka masih bingung akan apa yang terjadi.

"Yes, Darrel," jawab Severus.

Darrel memandang pada Narcissa yang belum berhenti menangis, perlahan dia mendekati dan menyentuh pipi wanita itu lalu mengusap air matanya dengan jemari mungilnya, "Ma'am, kenapa menangis? Apakah anda sedang sakit?" tanyanya polos.

Narcissa semakin terisak, dia menciumi tangan mungil itu, anak ini adalah anak Draco, cucunya yang terlahir karena keajaiban. Dengan lembut dia meraih bocah itu dan memeluknya erat.

Seakan mengerti kesedihan wanita cantik yang memeluknya itu Darrel pun berusaha menghiburnya, dia memeluk leher wanita itu dan menciumi pipinya, "Jangan menangis lagi, Daddy pernah berkata padaku kalau dia menciumi pipiku berarti dia telah mengambil rasa sakit dan sedihku, jadi aku tak boleh menangis lagi," katanya polos.

Narcissa terhenyak, anak ini begitu pintar dan selama ini Harry melindunginya seorang diri. Suara tangis semakin keras terdengar dari bibir merahnya.

Lucius yang terkenal dingin pun harus sekuat tenaga menahan butiran kristal bening yang nyaris jatuh dari mata abu-abunya. Saat anak ini tak ada di depannya dia bisa merasa tak percaya kalau anak ini adalah anak Draco, tapi begitu anak ini muncul kembali di hadapannya keraguan itu hilang sepenuhnya.

"Darrel," panggil Severus, "Kemarilah."

Bocah lelaki itu turun melepas pelukannya pada Narcissa dan menghampiri kakeknya, "Yes, Grandpa?" jawabnya.

Severus mengangkat cucunya dan meletakkannya di pangkuannya, "Coba kau bicara dengan Daddy, tanyakan apa dia bisa pulang karena ada teman Grandpa yang bernama Lucius Malfoy ingin bertemu dengannya."

Darrel mengangguk mengerti, sedangkan Lucius dan Narcissa masih bingung bagaimana cara anak itu menyampaikan pesan Severus pada ayahnya.


🐍🦁

Sementara di Hogwarts Harry tengah berbincang santai dengan Minerva dan beberapa staff pengajar lainnya, termasuk Draco. Mereka telah melewati minggu pertama mengajar dengan lancar. Sejak tadi Harry merasa tak tenang seakan ada yang mengganjal di dadanya. Dia sibuk dengan pikirannya sendiri sampai tak mennyimak apa yang dibincangkan oleh teman-temannya.

SOULMATESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang