Awal Mula Perubahan

583 27 0
                                    

Senja bisa menjadi waktu paling tenang ketika orang-orang masih terjaga. Ketika sang mentari memutuskan untuk bersembunyi dan membiarkan bintang serta rembulan menggantikannya, pada saat itu sebagian besar populasi manusia di bumi juga memutuskan untuk kembali ke tempat ternyaman mereka. Rumah.

Hal yang sama dilakukan oleh gadis remaja yang sedang bejalan di lorong sekolahnya. Sendiri dengan keheningan. Menggenggam erat tas tangan sekolahnya sambil memperhatikan lantai yang ia lewati. Sinar mentari senja membuat wajah cantiknya terlihat makin bersinar. Rambutnya yang berwarna coklat pun terlihat indah karena sinar itu. Gadis itu adalah Haibara Ai.

Sepuluh tahun berlalu dan dia berhasil menjadi remaja umur 18 tahun lagi. Wajah cantiknya kembali terlihat, ekspresi tenangnya membuat dia terlihat sangat elegan. Tanpa bertanya pun orang-orang bisa paham bahwa gadis itu memiliki intelegensi yang tinggi. Seorang ilmuwan cerdas, begitu kenyataannya.

Langkah Haibara tiba-tiba terhenti. Matanya pun terpejam, ia segera menghela nafas berat.

"Sepertinya kamu memiliki banyak waktu luang, Meitantei-san?" gumam Haibara masih dalam posisi awalnya, "tidak mendapat pekerjaan untuk hari ini?" lanjutnya sambil mengangkat wajah dan menatap ke depan, senyum kecil sarkastik tersungging di bibir Haibara.

Tak jauh di depan Haibara, berdirilah seorang pemuda yang seumuran dengan gadis tersebut. Pemuda itu memakai seragam yang identik dengan seragam Haibara, pastinya mereka berdua satu sekolah.

Pemuda yang dipanggil Haibara dengan sebutan Meitantei-san itu tidak lain adalah teman seperjuangan Haibara, Edogawa Conan.

"Aku sudah menyelesaikan pekerjaanku untuk hari ini," ucap Conan sambil bergerak menghadap langsung ke arah Haibara, "ayo kita pulang."

Salah satu ujung bibir Haibara meninggi. Gadis itu kembali menurunkan pandangannya seraya memulai langkahnya kembali, "Aku sedang ingin sendiri, pulanglah dulu."

Suara Haibara begitu lembut, namun nadanya terdengar sangat dingin. Conan pun langsung terbelalak ketika Haibara melewatinya tanpa berniat untuk bertukar pandang. Meski demikian, pemuda itu berhasil keluar dari rasa terkejutnya dengan cepat. Ia berbalik dan mulai mengejar Haibara yang berada cukup jauh dari posisinya.

"Hey, aku tidak mengerti," ucap Conan dengan nada protes, "kenapa kau marah?" tanya pemuda itu ketika berhasil menyejajarkan langkah dengan Haibara.

Haibara menghela nafas pelan, "Aku tidak marah."

"Lalu?!" Conan terlihat gemas dan tidak sabar.

Haibara menatap Conan dengan pandangan tajam, "Aku hanya sedang ingin sendiri."

Seakan sudah tidak bisa menahan diri lagi, Conan menghela nafas berat dan segera meraih salah satu bahu Haibara dengan tangannya yang bebas. Pemuda itu pun meminta Haibara untuk berhenti.

Anehnya, Haibara mengikuti perintah itu dan membalas tatapan Conan dengan berani. Dua orang itu saling bertukar pandangan dengan eskpresi masing-masing. Conan terlihat bosan dan lelah. Haibara sendiri terlihat sedang mempertahankan ekspresi tenangnya dengan sekuat tenaga.

Conan mencengkram bahu Haibara dengan erat, "Jika kau ada masalah, katakan saja."

Mulut Haibara terbuka sedikit, seakan ia berusaha untuk mengatakan sesuatu. Namun, tidak ada kalimat yang keluar dari mulut Haibara setelah beberapa detik berlalu. Gadis itu kembali mengatupkan bibirnya. Ia menarik nafas kuat-kuat sambil memejamkan mata. Kepalanya sedikit tertunduk sebelum ia mendongkak lagi untuk menatap Conan.

"Kamu ingin penawarnya, kan?" tanya Haibara dengan nada dingin dan tenang.

Conan terlihat tenang-tenang saja usai mendapat pertanyaan itu. Terlebih ekspresinya berubah jadi dingin. Mulutnya membentuk garis lurus, matanya menyipit ketika membalas tatapan Haibara.

Juu Nen GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang